Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengganti Nama



Mengganti Nama

0"Hari ini, aku ingin memperkenalkan kepala parfumeur dari Rose Scent, putri dari Diana Hutama, Anya Tedjasukmana. Kalian bisa mendengarkan penjelasannya mengenai kedua parfum yang baru saja diluncurkan."     

Saat mengatakannya, Aiden tetap menggenggam tangan Anya untuk memberinya kekuatan. Anya bisa merasakan kehangatan dari tangan Aiden, memberinya keberanian untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah.     

Ia mengangkat kepalanya dan menatap para wartawan di hadapannya dengan tatapan tegas. Tidak ada ketakutan dan keraguan di matanya.     

"Ibuku sudah bekerja di dunia ini hampir sepuluh tahun," kata Anya dengan percaya diri. "Tanaman adalah hidupnya. Ia bekerja untuk mengembangkan tanaman agar bisa mendapatkan aroma yang murni darinya. Kehidupanku sangat dipengaruhi oleh ibuku dan aku sangat mencintai dunia ibuku. Aku ingin membuat parfum dengan aroma alam yang menyegarkan."     

"Beberapa saat yang lalu, sebuah resep telah hilang dan dicuri dari Rose Scent. Anda adalah tersangka utamanya. Apakah parfum ini benar-benar asli buatan Anda?"     

"Parfum ini adalah percobaanku selama bertahun-tahun. Sebelum aku memutuskan untuk meluncurkan produknya, aku mendapatkan nasihat dari Bu Esther. Dengan bantuan dari Bu Esther juga, akhirnya aku bisa meluncurkan Neutral Fresh 'Blue Night' dan Ladies Charm 'Fragrant Day'. Aku sangat bersyukur pada Bu Esther karena telah mendukung dan membantuku," kata Anya sambil memandang Esther dengan tulus.     

"Bu Esther, apa yang Anda katakan padanya?" tanya wartawan tersebut.     

"Parfum buatan Anya, seperti yang ia katakan, sangat menyegarkan dan murni."     

"Aku mempelajari niat utamanya adalah membuat parfum yang beraroma segar sehingga hanya ada sedikit aroma bunga di dalamnya. Katanya, ia membuat parfum itu untuk seseorang yang dekat dengannya dan orang tersebut tidak menyukai aroma bunga. Oleh karena itu aku menyarankan padanya untuk membuat dua jenis parfum, satu untuk pria dan satunya untuk wanita."     

"Dari nasihatku itu, akhirnya lahirlah dua parfum baru Rose Scent. Bahannya sangat aman dan aromanya juga menyenangkan. Aku bahkan membeli satu botol parfum untukku sendiri," sambil tersenyum, Esther menunjukkan foto meja rias di rumahnya pada wartawan. Di atas meja rias itu terdapat satu botol parfum Ladies Charm 'Fragrant Day' milik Anya.     

"Bu Esther, sepertinya Anda sangat mempercayai Anya," kata wartawan tersebut sambil tersenyum.     

"Ya, aku percaya suatu hari nanti Anya akan membuat parfum yang dikenal seluruh dunia. Orang-orang yang bisa mendapatkan parfumnya kemarin sangat beruntung. Suatu hari nanti, tidak mungkin ada yang bisa membeli parfumnya dengan harga yang sama seperti kemarin," jawab Esther.     

Beberapa orang yang sudah mengantri di area pengembalian barang mulai ragu. Parfum yang mereka beli itu ternyata tidak memiliki masalah dan mereka menimbang-nimbang apakah mereka harus membatalkan keputusan mereka. Apa lagi, setelah mengembalikannya, mereka tidak boleh membeli parfum yang sama.     

Selain itu, parfum yang sudah dikembalikan akan kembali ke harga normal, bukan harga diskon seperti pada saat acara mall kemarin.     

Tetapi dengan harga normal sekali pun, orang-orang pasti akan berbondong-bondong membelinya. Pencipta parfum ini telah mendapatkan pengakuan dari ahli di bidangnya, Esther sang pemilik Rose Scent!     

Mereka merasa bimbang dan beberapa mulai membatalkan keputusan mereka. Beberapa orang yang tidak mendapatkan parfum Anya kemarin mulai bertanya kapan akan ada produk baru.     

"Kalian bisa terus memantau website resmi Rose Scent. Peluncuran produk terbaru akan diumumkan di sana," kata Esther.     

Setelah itu, wawancara beralih membahas mengenai Rose Scent, perkembangannya dan hasil penjualannya selama acara kemarin. Mereka juga membahas acara telur emas yang dilakukan oleh Rose Scent. Aiden menyuruh Esther dan Mila untuk menanganinya. Ia membawa Anya kembali ke ruang pegawai untuk mengobati luka di dahinya.     

Aiden meletakkan plastik berisi es di kepala Anya dengan lembut. "Pulanglah setelah ini, tidak perlu bekerja lagi."     

"Aku tidak apa-apa. Aku hanya merasa panik tadi. Tetapi setelah melihatmu, aku merasa lega. Lukanya juga tidak sakit," kata Anya sambil tersenyum.     

"Bersabar memang perlu, tetapi tidak ada gunanya berdebat dengan orang-orang yang tidak masuk akal seperti mereka. Mereka hanya berusaha untuk menjatuhkanmu, apa pun alasannya. Tetapi setidaknya, kamu harus bisa melindungi dirimu sendiri. Jangan sampai terluka seperti ini." Aiden melihat luka di dahi Anya.     

"Hmm ... Itu sebabnya aku meneleponmu dan meminta bantuanmu karena aku sudah tidak bisa menghadapi mereka," kata Anya.     

Aiden menundukkan kepalanya dan mencium puncak kepala Anya. "Kamu pintar, tahu kapan harus menelepon suamimu."     

"Aku tahu kamu pasti memiliki solusi." Anya menengadah dan menatap wajah tampan Aiden. "Apakah benar-benar ada parfum yang bisa menyebabkan alergi."     

"Semua parfum mengandung alkohol. Setelah kejadian hari ini, ingatkan semua para pegawai untuk memperingati pelanggan dan menanyakan apakah mereka memiliki alergi terhadap suatu bahan. Selain itu, kamu bisa merekomendasikan parfum pada orang-orang yang alergi alkohol dengan membuat parfum khusus yang bebas alkohol," kata Aiden.     

Anya mengangguk. "Ketika mendengar bahwa orang yang menggunakan parfumku masuk rumah sakit, aku sangat takut. Untung saja penyebabnya bukan parfumku."     

"Aku menggunakan kesempatan ini untuk mempromosikan namamu. Lebih baik kita memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah nama Rose Scent." Saran Aiden.     

"Apakah kamu benar-benar ingin mengganti namanya? Bisakah kamu tidak menggunakan namaku secara langsung? Itu terlalu mencolok." tanya Anya.     

"Tugasmu adalah membuat produk baru dan tugasku adalah membuat toko ini menjadi semakin terkenal," kata Aiden.     

"Sebelum aku mulai kuliahku, aku akan melatih beberapa orang yang bisa memegang area pembuatan parfum sehingga ada orang yang bisa menggantikan aku," kata Anya.     

Aiden mengangkat plastik es di tangannya dan melihat dahi Anya. Dahi istrinya itu bengkak dan memerah.     

"Kamu memberiku parfum sebagai hadiah dan aku memberi Rose Scent padamu sebagai balasannya. Apakah kamu menyukainya?"     

"Tentu saja, terima kasih suamiku!" Anya berpikir setelah bertemu dengan Aiden, kehidupannya menjadi lebih cerah.     

Ia tidak hanya mendapatkan sebuah toko parfum, tetapi juga bisa meluncurkan produknya sendiri. Ditambah lagi, ia memiliki Esther yang bersedia untuk menjadi gurunya.     

"Bagaimana caramu berterima kasih?" tanya Aiden sambil memandangnya.     

Anya memegang wajah Aiden dan mengecup bibirnya.     

"Tidak cukup." Aiden memegang bagian belakang kepala Anya dan menarik kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka.     

Anya larut dalam ciuman tersebut. Ketika berada di dalam pelukan Aiden, kepalanya tidak sakit lagi. Ia bahkan merasa lebih baik.     

Aiden menciumnya lebih dalam. Ia benar-benar ingin memiliki Anya seutuhnya.     

"Anya, aku rasa ..."     

"Salah siapa kamu mendorongku dari mobil dan melukaiku? Luka di lututku belum sembuh. Kamu tidak boleh memikirkan hal-hal yang nakal!" Anya langsung menolak meski Aiden belum menyelesaikan kata-katanya.     

"Apakah ini hukuman untukku?" tanya Aiden sambil mengerutkan keningnya.     

"Ya. Apakah kamu menerimanya?" Anya melingkarkan tangannya di leher Aiden.     

"Aku menerimanya. Tidak peduli seberapa marahnya aku padamu, aku seharusnya tidak membuat istriku terluka. Aku pantas menerimanya," Aiden mengakui kesalahannya.     

"Baguslah! Aku baik-baik saja. Kembalilah bekerja," kata Anya sambil menepuk-nepuk bahu Aiden.     

"Apakah kamu mengusirku?" tanya Aiden dengan kesal.     

"Kenapa? Apakah kamu masih mau minum teh di sini?" tanya Anya sambil tertawa.     

"Kepalamu terluka. Sebagai bosmu, aku mengijinkan kamu untuk pulang hari ini. Ayo!" Aiden menggandeng tangan Anya keluar dari ruang istirahat pegawai.     

Harris bergegas menghampiri mereka dan mereka meninggalkan Rose Scent dari pintu samping.     

"Nyonya, apakah kepala Anda baik-baik saja? Apakah Anda mau ke rumah sakit?" tanya Harris dengan khawatir.     

"Aku baik-baik saja. Kalian kembalilah ke kantor. Aku akan pulang," kata Anya.     

"Pulang? Apakah kamu tidak mau mengambil uang hasil jualan bungamu di kantor?" tanya Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.