Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ruang Parfum



Ruang Parfum

0"Nyonya, Tuan sangat mengkhawatirkan Anda. Ia menyuruh saya untuk mengikuti Anda pulang dan memastikan bahwa Anda selamat sampai di rumah. Ia dan Harris membantu Anda untuk mencari sepeda Anda yang hilang," Abdi membocorkan semua kebohongan Aiden.     

"Abdi, apakah kamu masih mau bekerja besok?" tanya Aiden dengan suara rendah.     

"Tuan, Anda sangat peduli pada Nyonya dan telah melakukan banyak hal untuknya. Mengapa Anda tidak memberitahunya?" tanya Abdi.     

"Iya! Mengapa kamu tidak memberitahuku?" tanya Anya sambil tersenyum. "Aiden, kamu menyukaiku kan?"     

Aiden menatap Anya yang berlagak angkuh, tidak mau menjawab pertanyaannya.     

"Apakah kamu tidak mau mengakuinya? Aiden, apakah kamu jatuh cinta padaku?"     

Aiden tersenyum tetapi tidak menjawabnya. Mungkin, di kehidupannya ini, ia tidak bisa hidup tapa Anya.     

"Kamu menungguku di ruang kerjamu setiap hari. Kamu datang untuk menjemputku di halte bus. Kamu takut saat aku kehilangan sepedaku dan membantuku untuk menemukannya. Kamu membantuku untuk memetik bunga dan menjualnya. Kamu telah melakukan banyak hal untukku, tetapi kamu masih tidak mau mengakui bahwa kamu telah jatuh cinta padaku!" kata Anya dengan penuh semangat.     

"Kamu adalah istriku. Tentu saja sebagai seorang suami aku harus menjemputmu jika kamu pulang kerja larut malam."     

Aiden berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Kamu ingin memetik bunga dan memanen ubi, tetapi sepedamu hilang. Jadi aku membantumu untuk melakukannya. Dan aku membantumu menjualnya karena aku tidak sengaja memetik semuanya. Kalau bunga itu tidak terjual, bukankah bunga-bunga itu akan layu? Kamu tidak perlu memikirkannya terlalu dalam. Itu hanyalah hal kecil untukku."     

"Mengapa kamu menjadi angkuh? Apakah sulit untuk mengakui bahwa kamu mencintaiku?" Anya memegang wajah Aiden dan mengecup bibirnya.     

"Apakah kamu ingin mendengarnya?" Aiden mengangkat alisnya dan menatap ke arah Anya.     

"Ya!" Anya menatpanya dengan penuh harap.     

"Ketika aku jatuh cinta padamu, aku akan mengatakannya," kata Aiden dengan tenang.     

"Aiden, aku benar-benar menyukaimu. Suatu hari nanti, kamu akan mengatakan bahwa kamu mencintaiku!" Anya memeluk Aiden dengan erat dan menciumnya sekali lagi.     

Ciuman itu hanya sekejap, tetapi sudah cukup untuk membangkitkan gairah Aiden.     

Anya tidak menyadari posisinya saat ini. Ia berada di pangkuan Aiden sambil mengenakan rok. Roknya sedikit terangkat sehingga menunjukkan kakinya yang jenjang.     

Aiden melihat kejadian yang membuat pria mana pun bisa mimisan. Seluruh tubuhnya menegang dan darahnya seolah mengalir ke kepalanya.     

Ia mengalihkan pandangannya dan mengembalikan Anya ke tempat duduknya sendiri. Pada saat itulah Anya baru menyadari apa yang terjadi.     

Ia kembali duduk dan berdeham dengan gugup.     

Mata Aiden menatap ke arahnya. Pinggang Anya yang berlekuk, kaki jenjangnya yang mulus, kecantikannya benar-benar membuatnya sangat menginginkan istrinya seutuhnya.     

Anya bisa melihat gairah di mata Aiden sehingga ia merasa gugup.     

Namun, saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke tempat kerja Anya. Mereka sedang berada di dalam mobil bersama dengan Abdi!     

Aiden mendekatkan tubuhnya ke arah Anya, membuat tubuh Anya semakin menegang.     

"Tuan, kita sudah tiba di Rose Scent," ketika suara Abdi terdengar, Aiden langsung tersadar.     

Ia melepaskan Anya dan membuat Anya melotot ke arahnya. "Aku tidak menyukaimu sekarang."     

"Apa yang kamu katakan?" tanya Aiden sambil memegang dahu Anya dan mengangkat alisnya. "Katakan sekali lagi!"     

"Aku … Aku mau keluar dari mobil." Anya meringkuk mundur karena ketakutan.     

"Kamu tidak bisa keluar dari mobil jika kamu tidak mengatakannya dengan jelas." Aiden mengurung Anya dengan kedua lengannya.     

Melihat Aiden tidak membiarkannya pergi, Anya berinisiatif untuk mengecup bibirnya. "Aku harus bekerja. Sampai jumpa nanti malam!"     

Ciuman sekilas itu sudah cukup untuk menenangkan Aiden. "Aku akan menjemputmu nanti malam. Jangan lembur."     

"Baik!" setelah Aiden tidak menghalanginya, Anya langsung keluar dari mobil dan berlari menuju ke Rose Scent dengan perasaan yang sangat gembira.     

"Kembali ke kantor," Aiden tidak membiarkan Abdi menjalankan mobilnya hingga Anya sudah tidak terlihat lagi.     

"Tuan, Anda sangat menyayangi Nyonya," kata Abdi sambil tersenyum.     

"Sama halnya denganmu," suasana hati Aiden sangat baik hari ini. Meski ia sempat memarahi Abdi karena membocorkan rahasianya, nada suaranya terdengar santai saat ini.     

"Nyonya terlihat sangat senang," kata Abdi.     

"Jangan katakan padanya mengenai penglihatanku," kata Aiden.     

"Tuan, jangan khawatir. Saya tahu apa yang boleh saya bicarakan dan tidak," jawab Abdi.     

Aiden mengangguk. "Bulan depan aku akan meminta Harris untuk menaikkan gajimu."     

"Terima kasih Tuan."     

Ketika Abdi menceritakan bahwa Aiden menjemput Anya di halte bus kemarin lusa, hatinya dipenuhi dengan perasaan yang bercampur aduk.     

Ia memang menjemput Anya, tetapi ia membiarkan Anya menunggu sendirian di tempat itu dalam waktu yang cukup lama. Ia pikir Anya akan menemui seseorang. Ia pikir Anya sedang menunggu Raka.     

Anya mengatakan bahwa Aiden mempercayainya, tetapi sebenarnya ia tidak sepenunhnya mempercayai Anya, terutama dalam masalah yang melibatkan Raka.     

Aiden mengingatkan dirinya untuk lebih mempercayai dan mendukung Anya di kemudian hari. Ia ingin membahagiakan Anya. Ia ingin memanjakan Anya, menjadikannya sebagai istri yang paling bahagia di dunia. Ia tidak mau ada apa pun yang membuatnya merasa sedih.     

…     

Sehari setelah peluncuran produk, Rose Scent sangat sibuk. Para pegawai bergegas mengisi rak-rak dengan produk baru.     

Mereka juga harus mengirimkan hadiah untuk para pengunjung yang memenangkan telur emas.     

Di tengah kesibukan itu, Anya merasa senang. Yang membuatnya merasa lebih bahagia adalah parfum buatannya yang terjual habis.     

"Anya, Bu Esther mencarimu," kata Mila.     

"Baiklah," Anya bergegas naik ke lantai dua dan menemui Esther.     

Di kantornya, Esther sedang berdiri menghadap ke arah jendela, melihat jalanan di luar. Tidak ada yang tahu apa sedang yang ia pikirkan.     

"Bu Esther, kamu mencariku?" Anya mengetuk pintunya tiga kali, kemudian mendorongnya dan masuk ke dalam ruang kantor Esther.     

Esther berbalik dan tersenyum tipis ke arah Anya. "Kemarin, aku tidak bisa datang ke toko. Kamu sudah bekerja keras dan membuat Rose Scent mendapatkan keuntungan besar."     

"Aku masih belum tahu berapa jumlah keuntungan bersih yang kita dapatkan. Kita masih harus menghitung dengan biaya telur emas dan juga hadiah yang kita berikan pada para pengunjung …"     

"Biaya untuk hadiah itu sangat rendah dan keuntungan yang kita dapatkan sudah bagus. Aku datang untuk membicarakan mengenai sesuatu denganmu. Aku memberikan ruang parfum ini untukmu," Esther menyerahkan kunci ruang parfum pada Anya.     

"Bu Esther, apakah itu artinya aku bisa menggunakan ruang parfum ini sesuka hati?" Anya menunjuk ke arah wajahnya, tidak bisa mempercayai hadiah yang diberikan oleh Esther.     

Matanya terlihat berbinar saat memandang kunci di hadapannya. Ia tidak bisa mengulurkan tangannya untuk mengambil kunci itu karena benda itu sungguh berharga baginya.     

Ia bisa menggunakan ruang parfum sesuka hati! Ia bisa menciptakan parfumnya sendiri!     

"Parfum edisi khusus yang baru saja diluncurkan kemarin sangat berhasil. Kamu bisa membuatnya sendiri tanpa bantuanku," kata Esther.     

"Kalau parfum itu terjual habis, mengapa kita tidak menuliskan formulanya dan memproduksinya secara masal …"     

"Tidak perlu memproduksinya secara besar-besaran. Kamu masih harus membangun reputasi dan namamu terlebih dahulu."     

"Aku mengerti. Semakin banyak produk baru, maka semakin banyak …"     

Saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba saja terdengar suara keributan dari lantai satu.     

"Tutup saja toko ini! Kasihan sekali putriku. Gara-gara parfum dari toko ini, wajahnya hancur!" sebuah suara teriakan terdengar dari lantai bawah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.