Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kunang-kunang



Kunang-kunang

"Anya, aku tidak melarang kamu bertemu dengan Raka. Tetapi jika kamu mau bertemu dengannya, aku akan bersama denganmu. Apakah kamu setuju?" tanya Aiden. Ia berusaha untuk berkompromi demi hubungan rumah tangga mereka.     

"Baiklah," Anya mengusap air matanya dan tersenyum. "Aku akan memberitahumu apa yang akan aku lakukan dan mengajakmu untuk menemaniku."     

"Pulanglah bersamaku. Kamu bahkan belum mencoba ayunan barumu," Aiden mengulurkan tangannya pada Anya.     

Anya meletakkan tangannya di atas tangan Aiden, seperti yang biasa ia lakukan, dan menggandengnya dengan erat, "Maafkan aku. Aku terlalu panik hari ini."     

"Aku juga salah. Seharusnya aku menjelaskannya padamu dan tidak membuatmu khawatir seperti ini," Aiden menariknya agar turun dari sepedanya. "Nico ingin mencoba sepedamu. Apakah kamu mau memberikan kuncinya pada Nico?"     

Anya melihat ke arah Nico dan merasa sedikit tersentuh karena Nico bersedia menunggu ia dan Aiden hingga berbaikan di tengah-tengah lautan nyamuk. Akhirnya ia memberikan kunci sepedanya pada Nico. "Apakah kamu menginginkannya? Aku akan memberikannya untukmu,"     

Nico tertawa saat mendengarnya. Ia punya mobil mewah! Buat apa sepeda seperti ini?     

"Bibi, aku hanya ingin mencobanya karena aku tidak pernah menaiki sepeda seperti ini. Aku akan mengantar sepeda ini pulang untukmu," kata Nico.     

Anya mengangguk, "Di sekitar danau ini banyak kunang-kunang di bawah pohon."     

"Benarkah?" Nico tiba-tiba saja tertarik.     

"Benar. Tadi aku melihatnya. Kamu bisa memfoto kunang-kunang itu dan mengirimkannya pada Tara," Anya menggenggam tangan Aiden dan menuntunnya ke arah tempat parkir. Sementara itu, Nico sudah pergi dan mencari kunang-kunang yang dimaksud oleh Anya.     

Semua wanita sangat menyukai sesuatu yang indah dan romantis. Mungkin jika ia mengirimkan foto itu pada Tara, Tara akan jatuh hati karena keromantisannya.     

Aiden menatap Anya dengan keheranan. "Mengapa kamu tiba-tiba menyarankan pada Nico untuk melihat kunang-kunang?"     

"Sepeda listrik itu akan segera kehabisan daya. Jika ia berputar-putar di danau ini, ia tidak akan bisa pulang," Anya mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Salah siapa Nico ikut-ikutan membohongiku!"     

Aiden mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Anya dengan lembut. "Jika aku tidak mempercayaimu saat kejadian di rumah sakit, aku pasti sudah meninggalkanmu. Jika mendapatkan kesempatan, Raisa akan masuk bersama dengan banyak orang sebagai saksi dan mengambil foto juga. Mungkin ia akan menyebarkan foto dan video itu ke internet."     

"Anya, aku percaya padamu dan akan selalu melindungimu. Tetapi kamu juga harus percaya kepadaku. Aku tidak akan pernah menyakitimu dan tidak akan pernah melakukan apa pun yang tidak kamu inginkan."     

Anya memeluk pinggang Aiden dengan erat. Ia menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma yang sudah lama ia rindukan. Hal ini membuatnya merasa sangat lega.     

"Aku akan berhati-hati agar orang lain tidak menjebakku seperti itu lagi. Tolong jangan bertindak gegabah dan berusaha untuk berkomunikasi denganku," kata Anya sambil menyandarkan kepalanya di tubuh Aiden. Saat ini, Anya terlihat seperti kucing yang sangat manja.     

"Hmm …" Aiden mengangguk dan membawa Anya kembali ke mobil.     

Di perjalanan pulang, Aiden menggenggam tangan Anya dengan lembut dan berkata dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Raka sudah tahu bahwa Raisa yang menjebakmu dan bertengkar hebat dengan adiknya. Setelah ia diperbolehkan pulang dari rumah sakit, ia tinggal bersama dengan Nico. Tara membantu untuk mengobati lukanya. Kamu tidak perlu khawatir. Jika kamu ingin melihat keadaannya …"     

"Aku tidak ingin menjenguknya!" sela Anya. "Raka sangat cerdas. Ia tidak mudah untuk dibohongi. Pada saat di rumah sakit, ia pasti sudah tahu bahwa ada seseorang yang menjebakku. Tetapi ia tidak berusaha menjelaskannya dan membelaku. Ia malah mengatakan hal-hal yang membuat kesalahpahamannya menjadi semakin rumit. Ia sengaja mempermalukanku."     

"Ia sengaja memicu kemarahanku agar aku menceraikanmu," Aiden memicingkan matanya. "Raka tidak bisa melupakanmu.     

"Ia tidak bisa melupakanku bukan karena ia masih mencintaiku. Ia hanya merasa bersalah padaku. Tiga tahun lalu, ia pikir aku mengakhiri hubungan dengannya karena uang. Setelah mengetahui kebenarannya ia merasa bersalah."     

"Apakah kamu ingin bertemu dengannya untuk memperjelas semuanya?" tanya Aiden.     

"Jika itu yang dibutuhkan, mungkin aku harus menjelaskan semuanya pada Raka," Anya mengangguk dan bersandar di bahu Aiden. Ia memeluk lengan Aiden erat-erat, merasa takut Aiden akan pergi dan mengabaikannya lagi seperti beberapa hari terakhir.     

Aiden menunduk dan melihat Anya di pelukannya. Anya benar-benar lelah dan ia sangat ketakutan hari ini.     

Namun, setelah semua ini, Aiden tidak bisa menyalahkan Anya. Ia terlalu menyayangi Anya. Tangannya menepuk-nepuk punggung Anya seperti sedang menghibur anak kecil.     

Anya merasa sangat lega melihat Aiden kembali seperti sebelumnya. "Terima kasih atas semua yang kamu lakukan untukku. Terima kasih karena telah mencariku malam ini."     

"Lain kali, tidak peduli apa pun yang orang lain katakan, jangan percaya. Jika kamu ingin tahu, tanyakan langsung kepadaku," kata Aiden.     

"Hmm … Kamu juga." Anya menegadah dan menatap Aiden. "Nico berkata kamu tidak pernah jatuh cinta. Apa itu benar?"     

Alis Aiden terangkat, "Apakah kamu ingin tahu?"     

"Aku hanya iseng bertanya. Jika kamu tidak ingin mengatakannya, tidak usah menjawabnya," Anya menggelengkan kepalanya dan menahan rasa penasarannya.     

"Kamu adalah wanita pertama untukku. Apakah jawaban itu memuaskanmu?" tanya Aiden dengan tenang.     

"Sangat puas. Aku sangat menyukaimu, Aiden." Anya memegang wajah Aiden dan mencium bibirnya.     

Aiden tidak ragu sama sekali dan langsung membalas ciuman Anya dengan hangat. Mereka saling berpelukan dan ciuman mereka tidak terpisahkan.     

Namun, perjalanan mereka sangat singkat dan mobil mereka berhenti di depan rumah.     

Hana langsung bergegas keluar dan ingin menyambut kedatangan mereka. Namun, Abdi langsung menghentikannya. "Tunggu dulu. Tuan dan Nyonya masih berada di dalam mobil."     

Anya mencium Aiden, menumpahkan seluruh perasaannya pada Aiden dan memusatkan semua upayanya pada ciuman itu.     

Hari di mana Aiden melemparkannya dari mobil dan meninggalkannya di tengah jalan, Aiden berkata bahwa ia tidak akan pernah menciumnya lagi.     

Tetapi hari ini, mereka tidak hanya berbaikan. Aiden juga membalas ciumannya. Apakah itu artinya, Aiden sudah menerimanya kembali?     

…     

Ketika Anya dan Aiden sudah tiba di rumah, Nico masih berada di dekat danau. Ia melakukan panggilan video dengan Tara dan menunjukkan kunang-kunang di pinggir danau tersebut.     

"Mengapa kamu meneleponku malam-malam hanya untuk ini?" tanya Tara dengan tidak peduli.     

"Tara, apakah ada orang lain yang memberimu bunga selain aku?" tanya Nico.     

Tara membuka sebuah pintu ruangan dan menunjukkan bunga-bunga yang diterimanya setiap hari. Para klien prianya sering sekali mengirimkan bunga sehingga ruangan itu penuh dengan bunga. "Lihat ini. Aku bahkan tidak tahu yang mana yang kamu kirimkan."     

Ruangan itu sangat besar dengan tiga rak yang dipenuhi dengan bunga. Selain bunga, ada juga boneka, bunga, camilan dan sebagainya.     

Tara sangat terkenal di antara kliennya dan teman sepergaulannya sehingga setiap hari ia selalu mendapatkan banyak kiriman hadiah.     

"Datanglah ke danau dekat rumahku. Aku akan membawamu untuk menangkap kunang-kunang," Nico mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Ia menunjukkan kunang-kunang yang terbang di atas danau seperti lampion-lampion kecil yang indah.     

"Sudah jam sebelas malam. Aku harus tidur," Tara menguap. "Aku akan menemanimu menangkap kunang-kunang di lain waktu."     

"Aku akan menjemputmu akhir pekan ini!" kata Nico.     

"Ya. Sekarang aku mau tidur. Pulanglah," kata Tara.     

"Selamat malam!" Nico mengakhiri panggilan video itu dan kembali ke sepeda listrik Anya. Ia mengendarai sepeda itu untuk beberapa saat. Namun ia bahkan belum sempat keluar dari area danau ketika sepeda Anya tiba-tiba berhenti     

"Tidakkkk!" Nico melolong dengan panik dan menelepon Anya. Namun, bukan Anya yang mengangkat panggilan tersebut, melainkan Aiden. "Nico, apakah sepedanya kehabisan daya?"     

"Bagaimana Paman bisa tahu?" tiba-tiba Nico menyadarinya. "Paman, apakah bibi tahu bahwa daya sepeda ini akan habis? Apakah bibi sengaja membohongiku dan menyuruhku untuk melihat kunang-kunang?" tanya Nico sambil memicingkan matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.