Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tenggelam



Tenggelam

0Tidak peduli seberapa besar kamu membenciku, kamu tidak akan bisa pergi dariku. Meski kamu mati sekali pun, kamu tetap adalah milikku!" teriak Aiden.     

"Kamu …" Anya tidak bisa mengatakan apa pun.     

Aiden menarik dasi di lehernya, melepaskan dasi itu dengan agak keras. Karena emosinya yang terus meningkat, matanya menjadi lebih kabur. Ia melihat dua bayangan gelap dan tidak bisa melihat dengan jelas.     

Dokter sudah memperingatkan agar ia tidak terlalu emosi. Untuk memastikan pemulihannya, suasana hatinya harus terus baik.     

Aiden tersandung saat mau masuk ke dalam kamar mandi. Anya bisa melihat suaminya itu kesusahan, tetapi ia tidak membantunya.     

Aiden menggunakan tangannya untuk meraba-raba pintu saat berusaha masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya.     

Anya hanya bisa terpaku di tempatnya. Saat ini otaknya terasa kosong. Ia khawatir mengenai keselamatan Raka.     

Ia takut dirinya menjadi penyebab kematian Raka. Terlebih lagi, ia takut Aiden akan mendapatkan gelar sebagai seorang pembunuh.     

Kemarahannya, rasa bersalah dan seluruh emosinya seolah bercampur aduk.     

Kurungan di rumah Aiden tiba-tiba saja menghilang. Apakah Aiden benar-benar menangkap Raka dan menenggelamkannya?     

Di mana ia menenggelamkannya? Aiden tidak mungkin pergi ke laut karena jaraknya cukup jauh dan harus menempuh dua jam dengan menggunakan mobil. Apakah ia menenggelamkannya di danau dekat rumah?     

Anya bergegas turun dan pergi ke taman. Ia menaiki sepeda listriknya dan pergi menuju danau tempat ia pernah berkencan dengan Aiden.     

Ia mengelilingi taman itu dengan sepedanya di malam hari.     

Sambil menyetir, Anya menelepon Nico. "Nico, bukankah kamu pernah bertanya padaku untuk apa kurungan emas yang ada di taman bunga iris di rumah? Pamanmu membuatnya untuk Raka. Hari ini, ia menangkap Raka, mengurungnya dan menenggelamkannya. Cepat cari Harris dan cari cara untuk menyelamatkan temanmu. Jangan biarkan Pamanmu menjadi seorang pembunuh.     

Nico bingung saat mendengar celotehan bibinya. Ia menatap ke arah sofa rumahnya sambil tertegun dan tidak bisa merespon. Apa yang sebenarnya bibinya katakan?     

"Bibi, aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas," kata Nico dengan tenang.     

"Pamanmu mengurung Raka dan mengenggelamkannya. Ia pernah memperingatkanku jika aku bertemu dengan Raka lagi, ia benar-benar akan membunuhnya. Kurungan di rumah tiba-tiba saja hilang dan ponsel Raka ada di tangan Pamanmu. Sesuatu pasti terjadi pada Raka," teriak Anya dengan panik.     

"Oh," Nico bereaksi sambil menggaruk-garuk kepalanya.     

Ternyata kurungan emas yang ada di tengah taman iris itu untuk Raka.     

"Bibi, kamu di mana? Mengapa aku bisa mendengar suara angin?" tanya Nico dengan tenang.     

"Aku pergi ke danau di dekat rumah untuk mencari tempat di mana Pamanmu menenggelamkan Raka," Anya juga mencari dokter terdekat sehingga ia tahu harus ke mana setelah menemukan Raka.     

"Bibi, apakah kamu khawatir terhadap keselamatan Raka? Atau kamu khawatir Pamanku telah menjadi pembunuh?" tanya Nico.     

"Aku tidak tahu. Aku tidak ingin sesuatu terjadi pada Raka dan juga Pamanmu. Tidak ada yang boleh terjadi pada mereka," kata Anya.     

"Jangan khawatir. Aku sudah berangkat ke rumah Harris. Aku akan mencarinya. Apakah Bibi keluar sendirian? Berhati-hatilah," kata Nico.     

"Cepat cari bantuan," kata Anya dengan panik sebelum menutup telepon.     

Ia mengitari danau tersebut beberapa kali. Suaranya menjadi serak karena berteriak tetapi ia tidak mendapatkan jawaban sama sekali.     

Seorang petugas yang sedang berpatroli di dekat tempat tersebut mendekatinya. "Nona, ada yang bisa saya bantu?"     

Keringat membanjiri tubuh Anya, membuat sebagian rambutnya ikut basah dan meneteskan air. Wajahnya memerah karena panik . Ia ingin meminta bantuan dari orang di hadapannya. Tapi jika Raka benar-benar tenggelam di danau tersebut, bagaimana Anya menjelaskan kepada mereka? Ketika orang-orang ini menemukan Raka di dalam kurungan, apa yang harus Anya katakan?     

Anya tidak mungkin mengatakan bahwa semua ini adalah tindakan Aiden.     

Pada saat itu, Aiden muncul tepat waktu. "Anya, apakah kamu mencariku?" katanya sambil menghampiri Anya.     

Anya menatap sosok Aiden yang tiba-tiba saja muncul. Ia seolah kehilangan kata-kata.     

"Aku …" Anya berhenti berbicara. Ia melihat ke arah dua petugas tersebut sebelum menelan ludahnya. "Terima kasih. Tadi aku mencari seseorang dan sekarang aku sudah menemukannya."     

"Baiklah. Sudah larut malam. Kamu adalah seorang gadis. Jangan terlalu lama berada di luar. Cepat pulang," kata petugas tersebut.     

Anya mengangguk. Setelah petugas tersebut pergi, Aiden menatap Anya dengan dingin. "Apakah kamu ke sini untuk mencari mayat Raka?"     

"Aiden, aku lah yang bersalah. Kamu boleh memarahiku, kamu boleh memukulku. Tetapi jangan menjadi pembunuh hanya karena aku!" teriak Anya dengan panik. "Di mana Raka? Cepat selamatkan dia. Selama Raka tidak mati, kamu akan baik-baik saja."     

"Siapa yang kamu khawatirkan? Dia atau aku?" Aiden menanyakan pertanyaan yang sama dengan Nico.     

"Dasar kamu bodoh. Kamu adalah suamiku dan aku tidak mau suamiku menjadi seorang pembunuh. Jika Raka masih hidup, kamu tidak akan dicap sebagai pembunuh," teriak Anya. Ia tidak bisa menahan dirinya dan akhirnya menangis. Mengapa Aiden melakukan semua ini?     

"Kamu memedulikanku," kata Aiden. Hatinya terasa luluh. Anya bukan khawatir pada Raka, tetapi khawatir jika Aiden dianggap sebagai pembunuh.     

"Apa gunanya mengatakan itu? waktu sudah lama berlalu. Raka pasti sudah …"     

"Raka baik-baik saja. Ia sedang tertidur di sofa rumahku ketika Bibi meneleponku," kata Nico sambil menghampiri Aiden dan Anya dengan tenang.     

"Ha?" Anya mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Nico. Pandangannya masih dikaburkan oleh air mata. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar.     

"Raka tidak mati. Apakah kamu senang?" kata Aiden dengan sinis.     

Aya melangkah maju dengan marah. Ia mengepalkan tangannya dan memukuli dada Aiden berulang kali sambil menangis. "Apakah kamu senang membohongiku? Apakah kamu tidak tahu aku ketakutan setengah mati? Bagaimana jika kamu dipenjara karena telah membunuh seseorang? Bagaimana kalau kamu dihukum mati? Aku akan menjadi janda di usia muda."     

"Kamu bisa menikah lagi," kata Aiden dengan marah.     

"Aku tidak mau menikah lagi. Kalian semua pria sama saja, semuanya berengsek. Aku tidak peduli lagi padamu," Anya menangis dengan kesal. Ia membalikkan badannya, meninggalkan Aiden dan Nico. Ia berjalan menuju ke arah sepeda listriknya dan memegang setir sambil menangis.     

Seluruh kekuatannya rasanya telah habis. Ia telah berkeliling berulang kali di danau ini dengan sangat ketakutan. Sekarang ketakutannya itu menjadi rasa kesal yang luar biasa setelah tahu Aiden membohonginya.     

Namun, semakin keras ia menangis, kekesalannya bukan semakin berkurang. Ia malah merasa semakin sedih.     

Ia benar-benar berpikir Aiden telah membunuh Raka. Ia pikir Aiden menenggelamkan Raka di danau ini sehingga ia memutari danau ini berkali-kali di tengah malam.     

Anya takut gelap, tetapi ia tetap rela keluar tengah malam untuk mencari Raka karena ia takut Aiden akan menjadi seorang pembunuh. Ia tidak mau suaminya menjadi seorang pembunuh.     

Jika ia bisa menyelamatkan nyawa Raka, Aiden juga akan selamat.     

Ia tidak mau Raka mati. Tetapi ia lebih takut hidup Aiden hancur karenanya dan menjadi seorang pembunuh hanya karena rasa cemburunya.     

Tetapi pada akhirnya, Nico mengatakan bahwa Raka baik-baik saja dan sedang tidur di sofa rumahnya.     

Aiden telah membohonginya dan mengatakan bahwa ia telah membunuh Raka.     

Anya mempercayai kata-kata Aiden. Ia begitu ketakutan hingga mencari-cari Raka seperti orang bodoh. Tetapi Aiden dan Nico hanya melihat kekonyolannya.     

Nico juga tahu bahwa ia sedang mencari Raka, tetapi ia tidak langsung memberitahunya bahwa Raka baik-baik saja. Nico diam saja dan membiarkan Anya terus mencari sesuatu yang sama sekali tidak terjadi.     

Apakah Nico dan Aiden menganggapnya sebagai orang bodoh?     

Nico mengedikkan bahunya. "Paman, kamu yang menyebabkan semua ini. Selesaikan sendiri. Aku akan pulang."     

"Kalian semua orang jahat," Anya melotot ke arah Aiden dan Nico sambil berteriak dengan marah. "Aiden, aku tidak akan melupakan hari ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.