Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hari yang Dinantikan



Hari yang Dinantikan

0"Anya, kamu menjual bunga di kantorku. Kamu menggunakan asistenku dan keponakanku untuk bekerja di bawahmu. Apakah kamu tahu bahwa kamu telah membuatku rugi?" suara yang sudah lama tidak didengar Anya kali ini terdengar dari seberang telepon.     

Ketika mendengar suara itu, Anya hampir saja melempar ponselnya. Ia tahu bahwa ia salah karena menggunakan hubungannya dengan Nico untuk menjual bunganya. Tetapi bunga yang dipetik terlalu banyak. Ia tidak bisa membiarkan bunga itu tidak terjual dan layu!     

"Jangan berpura-pura mati. Bicaralah padaku!" kata Aiden dengan suara tajam.     

Anya langsung merasa kesal. Bukankah semua ini gara-gara Aiden? Kalau saja Aiden tidak memetik semua bunganya, ia tidak akan perlu panik! "Bagaimana bisa kamu bersikap seegois ini? Kamu hanya memikirkan kerugianmu sendiri. Bagaimana dengan kerugianku? Ada begitu banyak bunga dan kamu menyuruh para pelayanmu untuk memetik semuanya. Jika aku tidak menjualnya saat ini juga, apakah kamu akan menyimpannya sendiri?"     

���Kamu bisa menjualnya di tempat lain. Tetapi jika kamu menjualnya di perusahaanku, aku meminta sebagian hasilnya," kata Aiden.     

Dagu Nico serasa hampir copot dari kepalanya. Apakah ia salah dengar?     

Sementara itu, Anya menggigit bibirnya sambil mengucapkan mantra dalam hati, berusaha untuk tetap tenang. Memang benar kata orang, semakin kaya seseorang, semakin tinggi pula tingkat kepelitannya.     

Aiden memang seorang pebisnis. Ia bahkan meminta uang dari istrinya sendiri.     

Anya tidak punya pilihan lain karena ia benar-benar harus menjual bunganya. Ia berusaha untuk menekan kemarahannya dan berkata, "Seberapa besar yang kamu inginkan?"     

"Dua puluh lima persen dari setiap buket bunga yang terjual," kata Aiden dengan asal.     

Nico memandang Aiden dengan sinis. Matanya seolah menunjukkan bahwa Aiden benar-benar kejam, terhadap istrinya sekali pun.     

Aiden membalas tatapan itu seakan tidak peduli dengan penilaian Nico. Memangnya Nico bisa apa?     

Nico hanya terdiam melihatnya. Apa yang bisa ia lakukan? Toh Aiden bukan menindas kekasih Nico. Ia tidak perlu repot-repot membela seseorang yang bukan miliknya.     

Anya menghitung seberapa banyak uang yang harus ia berikan pada Aiden dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mendapatkan banyak keuntungan tetapi kamu ingin merampokku. Apakah kita bisa mendiskusikannya baik-baik?" kata Anya sambil menggertakkan giginya.     

"Panggil aku suami dengan manis dan rayu aku. Jika aku puas, aku akan menutup mataku terhadap semua yang kamu lakukan hari ini. Aku tidak akan meminta bagian darimu," ketika Aiden mengatakannya, Nico langsung memandang Aiden sambil menunjukkan dua jempol tangannya.     

Nico mengajarkan Aiden agar tidak terlalu serius. Ia harus bisa menggoda dan merayu Anya supaya hubungan mereka tidak hambar.     

Ketika Anya mendengar kata-kata Aiden, wajahnya langsung memerah karena malu. Ia melirik ke arah Hana diam-diam dan berbisik, "Kita masih belum berbaikan. Aku tidak bisa melakukannya."     

"Kalau begitu bayar!" tidak ada keraguan dalam suara Aiden dan tidak ada kelonggaran sama sekali dari permintaannya.     

"Aku …" Anya bimbang untuk sejenak dan akhirnya menuruti permintaan Aiden. "Suamiku …" nadanya terdengar kaku dan dingin.     

"Kamu tidak tulus mengatakannya," Aiden tidak senang saat mendengarnya.     

Anya hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk menekan kekesalannya. Semua ini demi uang! Demi bunganya! "Suamiku …"     

"Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir," ketika mengatakannya, sudut bibir Aiden membentuk senyuman tipis. Ia terlihat sangat senang menggoda Anya, terutama setelah berhari-hari ia tidak bisa berbicara dengan istrinya sendiri.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan mengatur perasaannya. Ia mengingat kembali saat bersama dengan Aiden di atas bianglala sambil memandangi kembang api dan menyalurkan perasaan itu padanya.     

"Suamiku, apakah kamu akan pulang cepat malam ini?" suara Anya terdengar lembut dan penuh harap.     

Sudah berhari-hari ia dan Aiden berpisah karena pertengkaran mereka. Apakah hubungan mereka akan berubah hari ini? Aiden sudah mau berbicara dengannya …     

Hati Aiden luluh saat mendengar suara itu, "Apakah kamu ingin aku pulang?"     

"Parfum yang kuberikan padamu sebelumnya hanyalah sampel. Parfum itu sudah dibungkus dengan botol khusus. Aku ingin memberikan parfum buatanku itu untukmu hari ini," kata Anya dengan pelan.     

"Aku akan kembali jam satu siang," akhirnya Aiden luluh juga.     

Anya tahu bahwa Aiden tidak bersalah kemarin. Aiden pergi untuk mengurus pekerjaan di malam hari dan Hana salah mengira bahwa Aiden akan menjemput Anya. Oleh karena itu, Anya berinisiatif untuk menunggunya di tempat perhentian bus.     

Ia tidak bisa menyalahkan Aiden karena Aiden tidak tahu apa-apa. Semua ini hanyalah kesalahpahaman. Meski demikian, masih ada sedikit kekesalan di hatinya.     

Namun saat Aiden berkata bahwa ia akan pulang hari ini, Anya merasa senang.     

"Hmm … Aku akan menunggumu. Terima kasih sudah membantuku untuk mengambil sepeda listrik-ku. Terima kasih sudah menyuruh pelayanmu untuk membantuku memetik bunga," kata Anya dengan penuh rasa terima kasih.     

"Apakah kamu akan lebih bersyukur jika aku tidak mengambil keuntungan darimu?" kata Aiden dengan bercanda.     

"Hmm …" Anya mengangguk dengan serius.     

"Baiklah, agar kamu senang, aku tidak akan mengambil keuntungan darimu. Harris akan mengatur kendaraan untuk mengangkut semua bunga jualanmu dan setelah semuanya terjual habis, Harris akan mengatur semua uang yang kamu dapatkan," kata Aiden dengan tenang.     

Anya langsung merasa sangat lega. "Terima kasih, Aiden."     

"Hmm … Aku harus rapat sekarang," Aiden menutup teleponnya dan mengembalikan ponsel itu pada Nico.     

Selama Aiden berbicara dengan Anya, Nico berada tidak jauh darinya untuk menguping.     

Sepertinya, pamannya itu telah jatuh hati pada seorang gadis bunga bernama Anya.     

"Apa yang kamu tunggu? Bagaimana dengan pertemuannya?" tegur Aiden.     

Nico mengerucutkan bibirnya. Ia merasa kesal saat melihat Aiden bersikap sangat baik pada Anya, tetapi terus memarahinya. Apakah Aiden tidak tahu bahwa semua ini berkat dirinya?     

Meski demikian, Nico tetap mengikuti Aiden dan berjalan memasuki ruang konferensi.     

…     

Anya sangat sibuk. Namun dengan bantuan dari pelayan Aiden, semua bunga telah dibungkus dengan rapi.     

Karena begitu banyaknya pesanan, Anya merasa bingung sehingga ia membuat beberapa kartu berbentuk hati dan menuliskan kode harganya di buket tersebut.     

Harga yang tertera pada semua buket-buket tersebut sangatlah murah untuk ukuran buket bunga yang indah seperti buket buatan Anya.     

Abdi membawa mobil besar milik Aiden untuk mengangkut buket bunga tersebut ke kantor.     

Anya melihat jam dinding. Ia telah meminta ijin pada Esther selama dua jam dan ia harus segera kembali bekerja.     

"Bu Hana, aku harus kembali bekerja. Sisa bunganya bisa kamu letakkan di dalam vas untuk menghias rumah," teriak Anya sambil terburu-buru.     

"Baik," Hana mengangguk.     

Anya bergegas naik ke atas untuk mandi dan mengganti bajunya. Kemudian ia kembali turun.     

"Bu Hana, ini untukmu. Terima kasih karena sudah membantuku hari ini," kata Anya.     

"Anya, aku tidak bisa menerima uang darimu. Simpan saja," kata Hana sambil menolak pemberian Anya.     

Anya sudah tidak punya tenaga untuk mengatakan apa pun. Ia sudah sibuk sejak pagi karena Aiden. Awalnya ia hanya ingin menjual beberapa bunga kualitas tertinggi untuk toko bunga dan beberapa bunga lainnya untuk pembuat minyak esensial. Tetapi tiba-tiba saja, Aiden menyuruh semua pelayannya untuk memetik semua bunganya.     

Ia harus menunggu musim bunga selanjutnya pada bulan desember dan untuk sementara ini ia tidak harus disibukkan oleh bunganya.     

"Bu Hana, aku sangat lelah. Tolong jangan tolak pemberianku. Kalau tidak, aku akan malu untuk meminta bantuanmu di lain waktu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku akan menerimanya. Terima kasih Anya!" Hana menerima uang itu dan berkata, "Semalam adalah kesalahanku. Seharusnya aku bertanya pada Aiden dengan lebih jelas agar tidak membiarkanmu menunggu sia-sia."     

Anya menggelengkan kepalanya. "Itu bukan salahmu. Aku tahu kamu hanya peduli kepadaku dan ingin aku berdamai dengan Aiden."     

Hana mengangguk, "Anya, aku sangat peduli kepadamu. Ketika Aiden kembali hari ini, kalian harus berbicara baik-baik. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan."     

"Baiklah," kata Anya sambil mengangguk. "Bu Hana, Rose Scent akan sangat sibuk hari ini. Jika kamu bisa menanyakan jam pulang Aiden pada Harris, tolong beritahu aku. Aku akan kembali secepat mungkin."     

"Aku akan menanyakannya untukmu," Hana sangat senang. Anya masih mau mempercayainya meskipun ia melakukan kesalahan kemarin.     

Anya sibuk sejak pagi dan tidak punya tenaga untuk pergi ke Rose Scent dengan bus dan pada akhirnya ia memanggil taksi.     

Pada pukul sepuluh pagi, Anya kembali ke Rose Scent dan menyadari bahwa tidak ada pelanggan sama sekali di toko tersebut.     

Hari ini adalah hari di mana mall mengadakan acara sehingga arus pengunjungnya sangat luar biasa. Tetapi mengapa tidak ada pelanggan sama sekali di Rose Scent?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.