Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rasa Kepemilikan



Rasa Kepemilikan

0Wajah Aiden langsung terlihat muram, "Di mana sepeda itu menghilang?"     

"Nyonya menitipkan sepedanya di depan toko bunga karena mengenal pemiliknya. Namun, toko bunga itu sudah tutup pada pukul setengah sepuluh. Saat mengetahui tidak ada yang menjaga, pencuri datang dan menghancurkan kunci sepeda Nyonya," jawab Abdi.     

Aiden langsung menelepon Harris, "Harris, sepeda Anya telah dicuri seseorang. Segera periksa semua CCTV di sekitar tempat ini dan cari sepeda itu."     

"Baik, Tuan," Harris langsung menerima perintah itu.     

Beberapa menit kemudian, Harris sudah melacak pencuri sepeda tersebut dan mengirimkan lokasi pencurinya pada Aiden.     

"Abdi, ikuti Anya pulang sampai ke rumah. Aku dan Harris akan menangkap pencurinya!" Dari jauh, ia bisa melihat Anya sedang berjalan kaki, menyusuri jalan sambil mencari keberadaan sepedanya.     

Sebenarnya, jika ia melihat ke sekelilingnya dengan lebih seksama, ia bisa menemukan mobil Aiden.     

Namun, suasana hatinya yang buruk dan perasaannya yang kacau membuatnya tidak memedulikan sekelilingnya. Ia tidak sedih hanya karena sepedanya hilang, tetapi juga karena ia menunggu Aiden yang tidak kunjung datang. Ia benar-benar senang saat mendengar berita dari Hana dan menantikan kedatangan Aiden. Ia benar-benar ingin berbaikan dengan Aiden. Tetapi itu hanya keinginannya belaka. Aiden masih marah kepadanya dan tidak ingin menemuinya.     

"Baik, Tuan. Saya akan mengikuti Nyonya dari belakang," kata Abdi sambil turun dari mobilnya.     

"Jangan ganggu dia. Suasana hatinya sedang buruk," kata Abdi.     

"Baik Tuan," Abdi bergegas mengikuti Anya agar tidak kehilangan jejaknya. Ia menjaga jaraknya agar Anya tidak bisa melihatnya, tetapi juga tidak terlalu jauh agar ia bisa menjaga Anya kalau ada sesuatu yang terjadi.     

Anya menyusuri jalanan tanpa melihat ke belakang sama sekali sehingga ia tidak sadar bahwa Abdi sedang mengikutinya.     

"Anya, mengapa kamu pulang jalan kaki? Di mana sepeda listrikmu?" tanya Hana dengan khawatir.     

"Bu Hana …�� bibir Anya bergetar saat ia berusaha untuk menahan tangisnya. Ia langsung berlari dan memeluk Hana, mencari kehangatan dari siapa pun yang bisa memberikannya. "Seseorang mencuri sepedaku. Kata polisi, sulit untuk menangkap pencurinya dan menemukan sepedanya lagi."     

"Siapa yang berani-berani mencuri sepedamu! Dasar kurang ajar. Polisi pasti akan menangkap mereka dan menemukan sepedamu kembali," kata Hana, menghibur Anya sambil menepuk-nepuk punggungnya.     

Anya hanya menangis di pelukan Hana. Ia tidak bisa mengeluh pada Hana bahwa suami yang ia nantikan pun tidak kunjung menjemputnya. Hatinya terasa benar-benar sakit.     

Hana juga merasa sedih saat mendengar tangisan Anya. "Anya, jangan menangis. Mandilah dan istirahatlah. Mungkin besok sepedamu akan ditemukan."     

"Benarkah?" tanya Anya sambil masih meneteskan air mata.     

"Aku yakin kita bisa menemukannya. Area di sekitar perumahan ini masih tertata dengan baik. Banyak petugas yang berpatroli tiap malam. Jadi, pasti ada seseorang yang bisa menemukan sepedamu," bujuk Hana.     

"Baiklah, aku akan kembali ke kamar," Anya naik ke lantai atas dengan lesu.     

Pada saat yang sama, Aiden dan Harris sedang menuju ke tempat pencuri sepeda itu.     

Aiden tahu seberapa pentingnya sepeda listrik itu bagi Anya. Ia selalu mengendarai sepeda itu untuk pergi ke taman bunganya.     

Akhir-akhir ini, ketika Abdi tidak mengantarnya ke tempat kerja, ia juga menggunakan sepeda itu untuk berangkat ke tempat kerjanya.     

Sebenarnya, Aiden bisa saja membelikan sepeda listrik baru untuknya, bahkan yang lebih bagus dari sebelumnya. Tetapi ia tahu bahwa sepeda yang baru itu tidak akan bisa menggantikan sepeda miliknya.     

Selama tinggal di rumah Aiden, Anya merasa tidak memiliki apa-apa. Tempat tidur yang ia tiduri bukan miliknya. Mobil yang ia kendarai bukan miliknya. Bahkan baju yang ia kenakan pun bukan miliknya. Hanya sepeda itu lah satu-satunya yang ia miliki, sementara yang lainnya adalah milik Aiden.     

Dan kali ini, Anya kehilangan satu-satunya benda yang ia miliki.     

Oleh karena itu, Aiden harus membantunya untuk menemukan sepeda itu.     

Saat Aiden dan Harris mendatangi pencuri sepeda itu, sang pencuri terlihat sangat gugup. "Siapa kalian dan apa yang kalian inginkan?"     

Mata Aiden terlihat sangat dingin dan tajam seperti pisau. Tubuhnya memancarkan aura membunuh. Ia benar-benar marah dan kesal.     

Tanpa mengatakan apa pun, ia menendang pencuri tersebut hingga terjatuh.     

Harris juga sama marahnya. Ia baru saja mandi dan hendak tidur, tetapi Aiden tiba-tiba saja meneleponnya hanya karena pencuri sialan ini.     

Kemarahan mereka begitu besar hingga mereka memukuli pencuri tersebut hingga membabi buta.     

"Tuan-tuan, aku tidak punya uang. Tolong biarkan aku pergi!" pencuri itu bersujud dan meminta ampun.     

"Aku tidak ingin uangmu. Aku sudah bisa lihat kamu tidak memiliki uang. Sepeda itu bukan milikmu," dengus Harris dengan kesal. Biasanya ia selalu tenang dalam mengerjakan apa pun. Tetapi kali ini istirahatnya telah diganggu, membuat Harris lebih uring-uringan dari biasanya.     

"Sepeda?" pencuri itu tertegun. "Aku akan mengembalikan sepedanya. Aku tidak akan pernah mencuri lagi."     

Tidak jauh dari tempat itu, suara sirene polisi terdengar, Aiden dan Harris bergegas pergi saat mengetahui bahwa polisi akan menangani semuanya.     

…     

Anya baru saja selesai mandi ketika ponselnya berbunyi.     

Ia langsung menerima panggilan tersebut dan sebuah suara keras terdengar dari ujung telepon. "Selamat malam, ini dari kantor polisi. Apa benar saya berbicara dengan Nona Anya?"     

"Benar, saya Anya. Apakah sepedaku sudah ditemukan?" tanya Anya dengan penuh semangat.     

"Ya. Salah satu warga menelepon polisi dan menangkap pencuri sepeda Anda. Sepeda Anda sekarang berada di kantor polisi. Silahkan Anda mengambilnya," kata polisi tersebut.     

"Terima kasih banyak, Pak Polisi!" Anya begitu gembira hingga ingin melompat.     

Setelah menutup telepon, Anya berlari ke bawah dan berteriak dengan keras, "Bu Hana, sepedaku sudah ketemu."     

Hana hanya terkekeh saat mendengarnya, "Sudah kubilang kan. Sekarang istirahatlah! Sudah larut malam. Selamat malam!"     

"Selamat malam, Bu Hana!" Anya kembali ke kamarnya dengan gembira.     

Ketika Aiden kembali, lampu di kamar tamu lantai dua telah dimatikan. Sepertinya Anya sudah tidur.     

Hana menyambut kedatangannya dan mengambil kunci mobil dari tangan Aiden. "Tuan, Anya sudah tidur."     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Aiden tanpa ekspresi.     

"Anya tadi menangis sejadi-jadinya ketika pulang. Ketika sepedanya sudah ditemukan, akhirnya ia bisa tidur dengan tenang. Aku meneleponnya dan memintanya untuk menunggu Anda di tempat perhentian bus. Siapa sangka ada seseorang yang mencuri sepedanya," kata Hana dengan sedikit merasa bersalah.     

Ekspresi di wajah Aiden langsung berubah mendengar kata-kata Hana. Apakah Anya menunggunya? Apakah ia orang yang ditunggu Anya di perhentian bus itu?     

"Kapan kamu meneleponnya?"     

"Setelah Tuan berangkat dengan Abdi, saya meneleponnya dan mengabarinya agar kalian bisa bertemu. Apa yang terjadi?" tanya Hana dengan bingung.     

"Tidak ada apa-apa!" perasaan Aiden terasa bercampur aduk.     

"Anya sangat senang saat tahu Anda akan menjemputnya. Pencuri sialan itu telah membuat ia menjadi sedih," kata Hana dengan kesal.     

"Aku tidak menjemputnya. Aku pergi untuk mengurus masalah pekerjaan," kata Aiden dengan dingin sambil berjalan ke lantai atas.     

Hana tertegun saat mendengarnya. Sepertinya, ia telah memberi harapan palsu pada Anya dan membuatnya kehilangan sepedanya. Hana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kecewa.     

…     

Malam itu, Aiden tidak bisa tidur. Tanpa Anya di sampingnya, tanpa istrinya di pelukannya, ia merasa ada yang kurang.     

Pukul dua subuh, diam-diam Aiden berjalan ke luar dari kamarnya dan berdiri di depan pintu kamar tamu.     

Tangannya menyentuh pintu itu, ragu-ragu apakah ia harus masuk atau tidak …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.