Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Playboy



Playboy

0"Aku tahu Aiden terlalu kuat. Lebih baik kalian berhati-hati dalam melakukannya. Lihat saja lututmu sampai terluka seperti ini." Tara mengatakannya sambil mengedipkan matanya dengan nakal     

Anya tertegun saat mendengar kata-kata Tara. Bagaimana bisa pembicaraan mereka begitu menyimpang menjadi pembahasan yang kotor seperti ini?     

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau Aiden begitu kuat?" tanya Anya sambil memicingkan matanya. Apakah Tara pernah berhubungan dengan Aiden.     

"Kamu pikir aku bodoh? Kamu terluka seperti ini pasti karena dia," kata Tara sambil membersihkan luka Anya.     

Bibir Anya membentuk senyuman. Ia pikir Aiden dan Tara ada hubungan, tetapi ternyata itu hanya ketakutan yang tidak berdasar.     

Tetapi bagaimana Tara bisa tahu mengenai hal-hal seperti ini? Anya memang tidak tahu umur Tara. Tetapi dari penampilannya Anya tahu bahwa Tara masih sangat muda, mungkin satu atau dua tahun lebih tua darinya.     

"Apakah kamu punya pacar?" tanya Anya.     

"Hah? Aku ..." Tara terkejut dengan pertanyaan mendadak Anya. "Aku tidak punya pacar, tetapi banyak pria yang mengejar-ngejarku."     

"Nico juga tertarik dengan kecantikanmu. Ia ingin mendekatimu sampai meminta bantuan dariku," kata Anya.     

"Aku tidak menyukai pria dari Keluarga Atmajaya. Aku juga tidak ingin menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya. Lebih baik aku tidak berhubungan dengan mereka," Tara menggelengkan kepalanya.     

"Memangnya kenapa?" Anya tidak terlalu banyak mengetahui mengenai Keluarga Atmajaya.     

Tara melihat ke arah pintu dan menyadari bahwa pintu itu tertutup. Setelah ia yakin tidak ada yang bisa mendengar mereka, ia memelankan suaranya dan berkata, "Keluarga Atmajaya memiliki hubungan yang sangat rumit. Apakah kamu tahu Nico punya saudara? Katanya saudaranya itu dilahirkan oleh wanita dari luar dan dibawa kembali untuk menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya."     

"Benarkah?" Anya terkejut saat mendengarnya. Saudara Nico ... Apakah yang dimaksud Tara adalah Nadine? Keponakan yang diceritakan oleh Aiden beberapa saat lalu?     

"Anya, kamu masih muda dan tidak tahu banyak hal. Kakekku pernah menyuruh seseorang untuk menyelidiki Nico. Nico sama seperti ayahnya yang playboy. Ketika ia sekolah di luar negeri, ia sering berpesta ria. Kehidupan pribadinya sangat kacau," kata Tara dengan ekspresi serius.     

Anya berpikir sejenak lalu berkata, "Nico memang anak yang nakal. Tetapi ia punya prinsip dan hidupnya bersih. Apakah informasi itu tidak salah?"     

"Kamu tahu sendiri Nico sangat pandai menggoda wanita. Ia terus berusaha untuk mendekatiku dan membawakan banyak makanan untukku. Itu hampir saja membuat hatiku luluh. Tetapi aku tetap tidak mau berhubungan dengan Keluarga Atmajaya." kata Tara dengan tegas.     

"Hmm ..." Anya mengangguk. "Tara, jangan terlalu cepat menolaknya. Coba pertimbangkan dulu. Kamu bisa melihat perjuangannya. Mungkin saja Nico sudah berubah, tidak seperti saat ia masih muda dulu."     

"Kamu benar. Jika ia ingin mengirimkan makanan, tentu saja aku akan menerimanya. Toh, lama kelamaan sifat aslinya pun akan muncul," kata Tara sambil membereskan kotak obatnya.     

"Jangan dibereskan dulu. Tanganku juga terluka," kata Anya sambil mengulurkan dua tangannya.     

"Hah? Masih ada lagi? Apakah kalian melakukannya di tanah atau bagaimana? Mengapa tanganmu juga ikut terluka ..."     

"Tara! Hentikan pikiran kotormu itu. Ini semua karena aku terjatuh!" kata Anya menyela pikiran kotor Tara.     

"Bersumpahlah dengan nama ibumu. Katakan bahwa luka ini tidak ada hubungannya dengan Aiden. Apakah kamu berani?" tanya Tara dengan menantang.     

"Kamu kejam!" Anya melotot padanya. "Luka ini memang berhubungan dengan Aiden, tetapi tidak seperti yang kamu pikirkan. Ini ..."     

Tara langsung menutup telinganya. "Tidak! Jangan katakan padaku. Aku tidak mau mendengarnya. Aku tidak mau mendengarkan kehidupan pribadimu dengan Aiden. Aku tidak ingin mengetahui apa yang kalian lakukan dan posisi apa yang kalian gunakan semalaman. Aku hanya akan mengobatimu," cerocos Tara. Ia sama sekali tidak memberi Anya kesempatan untuk menjelaskan.     

"Tara, ini benar-benar tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Aiden ..."     

"Berhenti, aku tidak mau mendengarnya. Aku tidak mau mendengarnya ..." Tara menggeleng-gelengkan kepalanya.     

Anya hanya bisa menghela napas panjang. Tara sama sekali tidak membiarkan Anya untuk menjelaskan.     

Ia percaya terhadap isu yang beredar di internet, isu yang mengatakan bahwa Aiden adalah monster dan psikopat kejam yang suka menyakiti seseorang.     

Sama halnya dengan Nico, Tara lebih memilih untuk mendengar rumor bahwa Nico adalah pria yang nakal hanya karena ayahnya pernah melakukan kesalahan.     

Meski Nico memang masih berperilaku seperti anak kecil dan nakal, tetapi Aiden mendidiknya secara langsung. Ia tidak akan membiarkan Nico berperilaku sembarangan.     

Ia tidak tahu darimana Tara mendapatkan informasi tersebut. Tetapi setelah mengenal Nico, Anya tahu informasi itu tidak bisa dipercaya.     

"Tara, Aiden sangat baik kepadaku. Aku lah yang membuatnya marah. Aku yang bersalah kepadanya," kata Anya dengan suara pelan.     

Tara langsung bertanya, "Memangnya apa yang kamu lakukan? Apakah kalian akan bercerai?"     

Wajah Anya terlihat malu. "Aku bertemu dengan mantan kekasihku."     

Sama halnya seperti Nico, Tara juga mencintai gosip. "Apa yang kamu lakukan dengannya? Mengapa kamu bertemu dengan mantan kekasihmu, padahal kamu sudah menikah?"     

"Sebenarnya tidak ada yang terjadi. Mantan kekasihku baru saja menjalani operasi dan aku hanya mengunjunginya sebentar. Namun, ada seseorang yang menjebakku, membuatku pingsan dan tidak sadarkan diri. Ketika Aiden masuk, aku berada di tempat tidur yang sama dengannya," kata Anya, menjelaskan semua kejadiannya secara singkat pada Tara.     

Tara memegang dagunya sambil berpikir. "Jadi, Aiden tidak sengaja melihatmu bersama dengan mantan kekasihmu di tempat tidur yang sama. Walaupun kalian tidak melakukan apa pun, ia tetap marah, kan?"     

"Ya. Aiden tahu aku dijebak, tetapi ia tetap marah. Saat perjalanan pulang, ia meninggalkanku di tengah jalan dan aku terjatuh saat perjalanan pulang," kata Anya.     

"Ah! Lukamu bukan ..."     

"Aku sudah bilang bukan karena Aiden," kata Anya dengan suara pelan. "Aiden sangat baik kepadaku, tetapi aku menghancurkan hatinya."     

Tara melihat ekspresi sedih di wajah Anya sambil tersenyum. Seandainya Anya bisa melihat raut wajahnya sendiri saat ini.     

"Apakah kamu mencintai Aiden?"     

"Ah?" Anya mengedip berkali-kali tetapi tidak bisa menjawab. Mengapa tiba-tiba Tara menanyakan hal ini.     

"Karena kamu sudah menceritakan kepadaku, aku akan menyimpulkan masalahnya untukmu. Aiden marah karena kamu masih berhubungan dengan mantan kekasihmu. Itu bagus karena artinya, Aiden peduli padamu," kata Tara sambil tersenyum.     

"Tetapi ia tidak akan memaafkanku, meski aku tidak melakukan apa pun ..." air mata kembali mengalir di wajah Anya.     

Tara memeluk tubuh Anya dan berusaha menghiburnya. "Anya, Aiden sangat peduli padamu. Selama kamu bisa menyenangkannya, ia pasti akan memaafkanmu."     

"Apa yang harus aku lakukan?" Anya merasa kebingungan dan kehabisan akal. Ia menatap Tara, meminta bantuan darinya.     

Tara juga tertegun mendengar pertanyaan itu. "Walaupun banyak pria yang mengejarku, aku tidak memiliki pengalaman langsung. Bagaimana kalau meminta bantuan seseorang?"     

"Bantuan siapa?" tanya Anya dengan air mata masih menggenang di pelupuk matanya.     

Mata Tara berbinar saat ia teringat sesuatu. "Coba kita tanya pada Nico saja. Ia kan juga pria. Ia pasti tahu apa yang pria pikirkan. Aku tidak akan mengatakan bahwa itu kamu. Aku bisa bilang bahwa temanku yang mengalami masalah."     

"Apakah itu akan berhasil? Nico cukup cerdas. Bagaimana kalau ia bisa menebaknya?" tanya Anya dengan khawatir.     

"Jangan khawatir. Aku juga pintar menyembunyikan sesuatu," Tara berjanji sambil menepuk-nepuk dadanya.     

"Jangan, jangan ... Jangan minta bantuan pada Nico ..." Anya segera menghentikan Tara, tetapi Tara sudah terlanjur menelepon Nico.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.