Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hukuman



Hukuman

0Anya mengulurkan tangannya dan memegang tangan Aiden erat-erat. "Aiden …" bisiknya.     

"Aku hanya mempercayai apa yang kamu katakan. Aku hanya akan mendengarmu," Aiden tahu apa yang ingin Anya lakukan. Istrinya itu takut ia tidak mempercayainya dan mau meminta Raisa untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah.     

Apakah ia tidak tahu bahwa Raisa lah yang telah melakukan semua ini?     

Jika ia membiarkan Raisa masuk ke dalam kali ini, Raisa akan menusuknya dari belakang, mengatakan bahwa ia tidak bertemu Anya sama sekali.     

Tidak hanya itu. Raisa mungkin juga akan menghinanya, mengatakan bahwa ia merayu Raka dan bahkan sengaja naik ke tempat tidur Raka.     

Anya terlalu polos! Ia terlalu mudah percaya pada orang lain sehingga orang-orang memperlakukannya dengan semena-mena.     

Pengawal Aiden bergerak dengan sangat cepat setelah mendapatkan perintah dari bosnya. Dalam waktu singkat, mereka sudah membersihkan semua orang yang berada di koridor.     

Setelah itu, pintu kamar Raka diketuk. "Tuan, Anda bisa keluar sekarang."     

Aiden menggandeng tangan Anya dan membawanya keluar dari kamar Raka.     

"Anya, aku mencintaimu. Tiga tahun lalu aku salah paham dan meninggalkanmu begitu saja. Aku benar-benar menyesalinya. Aku tahu kamu juga masih mencintaiku. Jangan tinggalkan aku!" teriak Raka.     

Anya berhenti dan menatap Raka dengan dingin, "Apakah kamu juga terlibat dalam rencana busuk ini?"     

"Apa?" Raka menatapnya dengan bingung.     

"Meski kamu mati, aku tidak akan pernah datang ke pemakamanmu," kata Anya dengan tajam. Setelah itu, ia meninggalkan kamar Raka dengan penuh emosi.     

Aiden dan Anya kembali ke mobil dan meninggalkan rumah sakit itu di bawah pengawalan beberapa orang.     

Di mobil, Anya sesekali melirik ke arah Aiden dengan gelisah, melihat wajah suaminya yang murung. Sejak mereka pulang, ia tidak mengucapkan satu patah kata pun.     

Ia kembali mengingat apa yang Raka katakan di kamar rumah sakit. Semua yang Raka katakan itu bisa menghancurkan kepercayaan Aiden kepadanya. Anya menundukkan kepalanya dan berbisik, "Apa ada yang mau kamu tanyakan padaku?"     

"Tidak. Aku percaya kepadamu," wajah Aiden terlihat menyeramkan. Ia tidak ingin memikirkan mengenai pria berengsek bernama Raka. Ia tidak ingin mengingat apa yang pria itu katakan. Ia tidak ingin mengetahui masa lalu antara pria itu dan istrinya.     

"Aku minta maaf!" Anya menutup matanya dengan ketakutan. Air mata menetes satu per satu dari sudut matanya.     

Aiden mengepalkan tangannya erat-erat, tubuhnya gemetaran saat menahan amarah. Ia berusaha untuk menahan rasa marahnya tetapi kemarahan itu terlalu hebat hingga ia meraung dengan keras, "Mengapa kamu mengunjunginya? Mengapa kamu pergi ke kamarnya? Kalau kamu tidak melihatnya, semua ini tidak akan terjadi."     

"Ak- … Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi. Aku benar-benar minta maaf," kata Anya sambil terisak.     

"Aku tidak ingin mendengar permintaan maafmu. Apakah kamu pikir semuanya bisa diselesaikan hanya dengan kata maaf?" tangan Aiden terasa gatal. Ia benar-benar ingin memukul sesuatu. Kalau memungkinkan, ia benar-benar ingin memukul dan menghancurkan kaca mobilnya.     

"Aiden, aku benar-benar tidak melakukan apa pun. Aku merasa bersalah karena luka Raka semakin parah sehingga aku mengunjunginya. Ia terluka di tempat kerjaku, bagaimana mungkin aku mengabaikannya. Tetapi begitu aku masuk, seseorang membekapku dan membuatku pingsan. Aku terbangun melihatmu dan Natali di kamar itu. Aku dijebak," kata Anya.     

"Dijebak?" cibir Aiden. "Sudah berapa kali kamu dijebak? Sekali, dua kali, tiga kali … Semua ini karena kesalahanmu. Karena kamu masih memedulikan Raka. Karena pria itu masih ada di hatimu sehingga semua ini terjadi!"     

"Raka terluka di Rose Scent. Semua itu terjadi karena aku. Aku hanya …"     

Aiden tiba-tiba saja menarik tangan Anya dengan keras, kemudian tangannya berpindah ke leher Anya. "Kamu ada di sampingku, tetapi kamu masih memedulikan pria lain. Kamu pikir aku siapa?" tanyanya dengan dingin.     

Meski ia tidak mengalirkan kekuatan di tangannya, matanya terlihat sangat dingin dan menyeramkan seolah ia ingin membunuh Anya saat itu juga.     

Aiden marah padanya. Ia percaya bahwa Anya tidak sengaja melakukan hal itu. Ia percaya bahwa Anya dijebak, tetapi ia tetap ingin membunuh Anya.     

Anya menatapnya dengan ketakutan. Meski Aiden tidak benar-benar mencekiknya, ia benar-benar merasa ketakutan!     

Ia menatap Aiden dengan pasrah, melihat kemarahan dan kebencian di mata pria itu saat memandangnya.     

"Hanya ada kamu di hatiku," air mata mengalir di wajah Anya dan jatuh di tangan Aiden. Wajahnya memancarkan penyesalan.     

Aiden benar-benar ingin menggunakan kekuatan pada tangannya yang mencengkeram leher Anya, tetapi ia tidak bisa. Sesuatu menghentikannya agar ia tidak menyakiti Anya. "Jika hanya ada aku di hatimu, kamu tidak akan pergi untuk menemui Raka. Kamu bersikap keterlaluan hanya karena aku memanjakanmu. Aku bisa saja memanjakanmu, sama halnya aku juga bisa membunuhmu!"     

Anya memejamkan matanya dengan pasrah. Hari ini adalah kesalahannya.     

Aiden sudah banyak membantunya. Pria itu memberikan obat yang sangat mahal untuk ibunya, mencarikan dokter ahli dari luar negeri untuk membantunya. Tetapi ketika Anya mendengar bahwa Raka terluka, ia malah mengunjungi Raka.     

Ia tahu betul bahwa Aiden adalah pria yang posesif dan sangat sensitif dalam masalah mengenai keberadaan Raka. Anya sudah berjanji akan menjadi istri yang baik untuk Aiden, tetapi ia malah menemui Raka.     

Dan Aiden melihatnya sedang berbaring di tempat tidur yang sama dengan Raka, meski itu bukan kemauannya.     

"Aku bersalah. Maafkan aku," Anya memejamkan matanya dengan pasrah. Ia tahu Aiden bisa saja membunuhnya saat ini juga.     

Namun, Aiden sama sekali tidak bisa melukai Anya dengan tangannya sendiri. Meski ia merasa sangat marah, meski ia merasa sangat murka sekali pun …     

"Berhenti!" teriaknya pada Abdi.     

Abdi langsung berhenti mendengar teriakan Aiden dan meminggirkan mobilnya di pinggir jalan.     

Begitu mobil berhenti, Aiden membuka pintu dan mendorong Anya keluar dari mobil, serta melemparkan tasnya keluar.     

Anya terjatuh ke tanah, mengambil tas kecilnya dan berusaha untuk bangkit berdiri dari tanah. Tangannya memegang lehernya. Tempat tangan Aiden berada beberapa saat yang lalu, saat Aiden ingin membunuhnya …     

Matanya memandang mobil Aiden yang melaju pergi meninggalkannya seorang diri di pinggir jalan, di bawah sinar matahari yang terik.     

Anya bisa merasakan udaranya sangat panas. Tanah ia tempat terjatuh pun terasa sangat panas hingga bisa membakar kulitnya.     

Kedua lututnya berdarah karena terjatuh dan telapak tangannya penuh dengan luka.     

Aiden sangat memanjakannya. Sehingga saat mengetahui bahwa Anya mengkhianatinya, ia kehilangan semua rasa sayangnya pada Anya. Aiden bukanlah pria yang setengah-setengah. Ia mencintai seseorang secara ekstrem dan juga membenci seseorang dengan sama ekstremnya.     

Sebuah taksi berhenti di depan Anya. "Taksi, Nona?"     

Anya hanya menggelengkan kepalanya. Aiden telah membuangnya ke pinggir jalan sebagai hukuman untuk membuatnya menyadari kesalahannya.     

Jika ia pulang ke rumah dengan mengendarai taksi, mana mungkin suaminya itu mengampuninya?     

Tetapi jarak tempat ini dan rumahnya masih jauh dan udaranya sangat panas. Ia tidak akan bisa pulang dengan selamat jika harus berjalan hingga rumah.     

Namun, ia hanya bisa menerima hukumannya dengan pasrah. Aiden menghukumnya dengan pulang berjalan kaki.     

Meski ia melihat perhentian bus di depannya, Anya juga tidak berani menaiki bus. Ia takut Aiden akan semakin marah saat mengetahui bahwa ia pulang dengan menggunakan kendaraan lain, tanpa berusaha untuk memikirkan kesalahannya.     

Anya hanya bisa menelan hukuman yang diberikan oleh Aiden.     

Hari ini memang kesalahannya …     

Ia bersalah karena telah mengunjungi Raka …     

Ia bersalah karena telah meninggalkan Aiden …     

Ia bersalah karena ia terlalu bodoh …     

…     

Abdi merasa khawatir saat melihat kondisi Anya dari jauh.     

"Tuan, ada jalan untuk putar balik di depan. Apakah Anda mau menjemput Nyonya?" tanyanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.