Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Konspirasi



Konspirasi

0Raka bisa mendengar suara berisik di kamarnya. Ketika ia membuka mata, ia melihat Aiden sedang menatapnya dengan penuh kemarahan.     

Ia merasa tangannya mati rasa. Rasa terkejut memenuhi hatinya ketika ia menoleh dan melihat Anya sedang berbaring dan bersandar di lengannya.     

Namun, Raka langsung menenangkan dirinya dan menatap Aiden dengan menantang. Tangan yang memeluk Anya, langsung merengkuh tubuh wanita itu dengan lebih erat, "Aiden, apakah kamu datang ke tempat ini untuk mengunjungi dokter?"     

"Kak Raka, banyak orang di luar sekarang. Bagaimana kamu bisa bersama dengan kakakku?" tanya Natali. Ia tidak terlihat marah atau pun terkejut. Malah terlihat sedikit bersemangat.     

Raka sama sekali tidak takut saat menghadapi tatapan mematikan Aiden. "Aiden, berapa hutang Anya kepadamu? Aku akan mengembalikan semuanya. Aku akan membayar biaya rumah sakit Bibi Diana. Biarkan ia pergi."     

"Anya adalah milikku. Tidak usah ikut campur dengan urusanku," Aiden melangkah maju dan menarik tangan Anya dengan kasar, membuat Anya terjatuh ke lantai dengan keras.     

Ketika ia merasakan rasa sakit, Anya langsung terbangun dan menyadari bahwa dirinya tersungkur di tanah.     

Ia terlihat kebingungan, tidak tahu sedang berada di mana dan apa yang terjadi. Sepertinya ia terjatuh dari tempat tidur dan Raka berada di tempat tidur yang sama.     

Apa yang sebenarnya telah terjadi?     

"Kakak! Mengapa kamu di atas tempat tidur bersama dengan Kak Raka?" Natali mengatakannya dengan keras, berusaha untuk mengingatkan semua orang apa yang baru saja terjadi.     

Mata Aiden terlihat sangat mematikan seolah akan keluar dari kelopaknya. Ia menatap Raka dengan tajam. "Apa yang kamu lakukan kepadanya?"     

"Kami menjalin cinta tiga tahun yang lalu. Kami tidak perlu melaporkan apa pun padamu," Raka sengaja memprovokasi Aiden.     

Ketika Anya mendengar kata-kata Raka, ia langsung berdiri dari lantai. "Raka, apa yang kamu katakan? Aku tidak punya hubungan apa pun denganmu."     

"Anya, apakah kamu tidak ingat ciuman pertama kita di bawah pohon bergamot?" kata Raka dengan sengaja.     

"Raka! Jangan pernah bahas hal itu lagi," teriak Anya dengan keras.     

Aiden sudah melangkah maju dan mencengkeram kerah baju Raka. Tangannya terayun dan memukul wajah Raka dengan keras.     

Raka tidak sempat menghindari serangan itu. Pukulan Aiden mendarat di wajahnya, membuat hidungnya langsung berdarah.     

Darah merah segera mengalir di wajah Raka, membuat pria itu merasa marah. Baik Aiden maupun Raka, keduanya tampak sangat menyeramkan.     

Ia tidak mengusap darah tersebut, malah tertawa, "Aiden, apakah kamu marah? Apakah kamu kesal karena Anya mencintaiku? Apakah kamu tidak tahan saat mendengar bahwa aku adalah ciuman pertama Anya?"     

"Raka, jangan buat aku membencimu," Anya menggertakkan giginya. Rasanya ia hampir mati karena marah. Ia tidak menyangka Raka akan melakukan hal serendah ini.     

"Ahh! Kamu membencinya! Aku menyesal tidak mengetahui kebenarannya lebih cepat dan membiarkan Anya mengalami ketidakadilan seperti ini. Aku tahu Anya terpaksa bersamamu. Aku akan membayar semua hutang Anya kepadamu," kata Raka sambil tersenyum manis. Kata-kata menantangnya ditujukan pada Aiden.     

Anya menatap Raka dengan dingin. Tangannya terkepal dengan erat saat ia berkata, "Raka, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi seumur hidupku. Kamu selalu melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemauanmu. Kamu hanya mengikuti keegoisanmu dan tidak pernah memikirkan aku!"     

Raka baru pertama kali melihat Anya semarah ini kepadanya. Tetapi ia merasa enggan dan menyesal saat melihat Anya bersama dengan Aiden.     

"Anya, setelah tiga tahun pun aku masih mencintaimu. Aku pikir waktu akan bisa membantuku melupakan segalanya. Tetapi setelah melihatmu lagi, aku seperti terjatuh untuk kedua kalinya," kata Raka. Kali ini ia benar-benar mengabaikan keberadaan Aiden. "Ciuman pertama di pohon bergamot itu, pohon yang kita tanam telah tumbuh dan menghasilkan buah tahun ini. Mengapa cinta kita tidak bisa tumbuh dan berkembang seperti pohon itu?" tanya Raka. Tatapannya terlihat penuh dengan cinta, masih sama seperti tiga tahun yang lalu.     

"Kak Raka, apakah kamu sadar apa yang kamu katakan? Apakah kamu ingin membunuh kakakku? Kamu tahu ia sekarang …" Teriak Natali dengan panik.     

Hati Aiden terasa sangat sakit mendengarnya. Matanya menatap Anya dengan tatapan yang rumit. Ternyata, ada cerita di balik bergamot yang diterima oleh Anya.     

Raka dan Anya berciuman untuk pertama kalinya di bawah pohon bergamot itu, pohon yang mereka tanam sebagai simbol cinta mereka. Saat ini, simbol cinta mereka itu telah tumbuh dan berbuah.     

Raka meminta toko bunga untuk mengirimkan bergamot tersebut pada Anya dan Anya menerimanya.     

Anya mengatakan bahwa ia tidak tahu kalau Raka yang memberikan bunga itu kepadanya. Apakah ia terlalu bodoh atau ia berbohong kepadanya?     

"Anya, apakah kamu masih mau tinggal di sini atau pulang?" Aiden mengatakannya dengan dingin.     

"Tentu saja pulang. Hubunganku dan Raka sudah berakhir tiga tahun yang lalu. Aku tidak tahu mengapa ia terus mengucapkan kata-kata gila seperti ini," Anya langsung menghampiri Aiden dan memegang tangannya. "Aiden percayalah padaku. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Raka."     

"Anya, jika kamu sudah tidak mencintaiku, mengapa kamu berada di kamarku?" Raka tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Meski ia tidak tahu apa yang terjadi, ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk membebaskan Anya dari Aiden.     

Jika Aiden marah pada Anya dan menceraikannya, Anya akan kembali bebas.     

Masalah di Keluarga Atmajaya terlalu rumit bagi gadis yang polos dan sederhana seperti Anya.     

"Aku sedang berada di kamar ibuku. Raisa tiba-tiba saja muncul di depan kamar ibuku dan mengatakan bahwa lukamu terinfeksi dan sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Aku pikir Aiden masih lama sehingga aku mengunjungimu sebentar. Kamu terluka di tempat kerjaku, jadi aku juga ikut merasa bertanggung jawab. Tetapi ketika aku memasuki kamarmu, ada seorang pria yang membekapku dari belakang.     

Anya mengatakannya sambil melihat sekelilingnya. "Di mana Raisa?"     

"Kakak, Raisa dan teman-temannya ada di depan. Aku dan Aiden menghentikan mereka agar mereka tidak bisa masuk saat kami melihat kamu dan Raka tidur di tempat tidur yang sama. Tidak ada orang lain di tempat ini," kata Natali dengan sengaja.     

Anya langsung panik mendengarnya. "Biarkan aku berbicara pada Raisa. Ia yang memberitahuku kamar Raka dan mengajakku ke tempat ini. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat seseorang membekap mulutku."     

"Aiden, apakah Raisa boleh masuk ke tempat ini?" tanya Natali.     

"Aiden, seseorang membuatku pingsan dan menaruhku di atas tempat tidur. Percayalah padaku!" Anya merasa panik, tidak tahu bagaimana cara menjelaskan bahwa ia tidak bersalah.     

Lalu mengapa Natali ada di sini? Dan mengapa ia membawa Aiden ke tempat ini?     

Ketika mereka memasuki kamar Raka, mereka melihat Anya berbaring di tempat tidur Raka. Bukankah ini kedengaran seperti konspirasi? Seseorang sudah merencanakan semuanya …     

"Tidak perlu memanggil Raisa." Aiden mengeluarkan ponselnya dan menekan sebuah tombol. "Aku berada di kamar Raka. Segera singkirkan semua orang yang ada di koridor depan."     

"Kakak, apakah kamu di sana? Apa yang terjadi?" dari luar terdengar teriakan Raisa. "Apa yang kalian lakukan di dalam? Jangan macam-macam. Jangan melukai kakaku!" teriak Raisa terus menerus.     

Tidak peduli seberapa keras Raisa berteriak dan menggedor pintunya, tidak ada yang membukakan pintu untuknya.     

Anya menatap Aiden dengan berhati-hati. Pria itu terlihat sangat marah, seperti bom yang siap meledak kapan saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.