Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Preferensi



Preferensi

0Aiden berusaha keras menahan gairah di dadanya. Pelan-pelan mengangkat kaki Anya dan membalikkan tubuh istrinya itu agar tidak memeluk dirinya. Namun, Anya malah mendekatkan diri dan menempelkan seluruh tubuhnya pada Aiden seolah Aiden adalah sebuah guling yang sangat nyaman. Ia memeluknya dengan erat.     

Sesekali, ia akan mengusap-ngusapkan kepalanya di lengan Aiden, mencari posisi yang nyaman untuknya. Kemudian, ia kembali tertidur lelap.     

Aiden hanya bisa melihat Anya yang memeluk tubuhnya dengan erat dengan kebingungan. Apakah Anya benar-benar ingin membuatnya gila?     

Saat ini, istrinya sedang memeluknya dengan erat, tanpa perlindungan. Tetapi Anya tidak bisa melakukan apa pun.     

Aiden pasti sudah gila saat berjanji bahwa ia tidak akan memaksa Anya untuk melakukan apa pun dan menanti hingga Anya bersedia bersamanya. Ia pasti sudah gila!     

Wanita di pelukannya itu sangat pemalu, tetapi godaan yang diberikannya pada Aiden sangat luar biasa. Kapan ia bersedia untuk menyerahkan segalanya pada Aiden?     

Berapa lama Aiden harus menunggu hingga ia bisa memiliki Anya sepenuhnya?     

Ia seperti seekor serigala kelaparan yang memegang daging di tangannya, tetapi ia tidak bisa memakannya. Aiden hanya bisa menelan ludahnya kembali.     

Tangan Aiden yang memeluk Anya tidak bisa menahan diri untuk tidak bergerak. Ia mengelus-ngelus punggung Anya dengan lembut dan menemukan kancing baju tidurnya.     

Aiden memutuskan untuk tidak memaksa Anya, tetapi bukan berarti ia tidak akan menyentuhnya sama sekali.     

Ia membuka kancing baju tidur tersebut dan sehingga punggung Anya sedikit terekspos. Tangannya menyapu kulit Anya yang lembut seperti sutra, membuat gairahnya bukannya berkurang, malah semakin menumpuk.     

Anya yang sedang tertidur merasa terganggu. Ia mengulurkan tangannya dan mengusir tangan setan itu dengan tidak sabar.     

Tetapi setelah mendorongnya, tangan itu terus kembali. Ia kembali mendorongnya dan tangan itu kembali lagi.     

Ia begitu lelah sehingga ia membiarkan tangan itu melakukan apa pun yang ia mau.     

Malam itu, Anya tidur dengan sangat nyenyak, sementara Aiden sama sekali tidak bisa tidur sedetik pun.     

Sesekali Aiden mendaratkan ciuman pada wajah dan tubuh Anya, tetapi ia tidak bisa melahap wanita di pelukannya itu.     

Darahnya seakan mendidih, apa lagi saat mendengar desahan dan erangan Anya dalam tidurnya.     

Malam itu, ia harus mandi air dingin beberapa kali untuk menghilangkan bara api di hatinya.     

Aiden selalu menepati janji yang ia ucapkan, tetapi di hadapan Anya, ia benar-benar ingin mengingkari janji itu!     

Ia pasti sudah gila karena berjanji untuk melakukan sesuatu yang tidak mampu ia lakukan. Aiden tidak bisa bertahan!     

…     

Pagi harinya, sinar matahari yang hangat menyusup dari sela-sela jendela yang tidak tertutup rapat. Kamar yang tadi malam sangat gelap mulai terang karena sinarnya.     

Anya merentangkan tubuhnya dan bangun dari mimpinya. Ketika ia membuka mata, ia melihat Aiden dengan mata yang merah, seperti seekor serigala menatap mangsanya.     

Anya terkejut melihat hal itu dan tergagap. "Mengapa kamu memandangku seperti itu? Itu menakutkan," katanya.     

"Apakah kamu tidur nyenyak?" kata Aiden dengan suara dingin. Hari masih pagi tetapi sepertinya suasana hati Aiden sudah tidak baik.     

"Apakah kamu tidak tidur semalaman? Apakah kamu masih jet lag? Atau insomnia?" Anya melihat mata Aiden yang benar-benar merah dan wajahnya yang kelelahan.     

Sebaliknya, Aiden melihat Anya yang terbangun dengan wajah segar. Bagaimana reaksi Anya jika wanita itu tahu bahwa Aiden benar-benar berusaha keras menahan gairahnya semalaman agar tidak melahapnya? Ia menatap Anya semalaman seperti seekor serigala yang kelaparan.     

Apakah Anya akan ketakutan?     

"Kamu banyak bicara saat tidur. Setelah kamu tertidur, kamu melingkarkan kakimu di kakiku. Bagaimana mungkin aku bisa tidur?" kata Aiden dengan tidak sabar.     

Wajah Anya langsung memerah dan mulutnya ternganga. Ia bahkan berbicara saat tidur. Apa yang ia katakan?     

"Sepertinya aku terlalu lelah kemarin. Maafkan aku membuatmu tidak bisa tidur. Bagaimana kalau malam ini aku tidur di kamar tamu agar tidak mengganggu istirahatmu?" kata Anya.     

"Tidak!" Aiden langsung menolaknya.     

"Jika semuanya terulang lagi malam ini, bukankah kamu tidak akan bisa tidur lagi?" tanya Anya.     

"Jika kamu berbicara saat tidur lagi aku akan membangunkanmu. Jika kamu memelukku lagi, aku akan memakanmu!" Aiden keluar dari selimutnya dan pergi menuju ke kamar mandi.     

Anya merasa seperti disambar geledek.     

Wajah Anya semakin memerah saat membayangkan apa yang akan Aiden lakukan kepadanya jika ia tidak sengaja memeluknya semalaman lagi. ia langsung merengkuh wajahnya dan memarahi dirinya sendiri. "Anya, apa yang kamu lakukan! Mengapa kamu tidur seperti itu!"     

…     

Ketika sedang sarapan, wajah Aiden terlihat sangat kelelahan. Ia terlihat kurang tidur dan suasana hatinya sedang tidak baik.     

Nico datang saat melihat Pamannya duduk di meja makan. "Selamat pagi, Paman!" sapanya.     

"Pulanglah hari ini," kata Aiden dengan santai.     

"Kakek akan memaksaku untuk pergi kencan buta ketika aku pulang. Ini jebakan kan?" kata Nico dengan sedih. "Paman, mengapa kamu menjebakku?"     

Aiden berpura-pura tidak mendengar kata-kata Nico dan bertanya. "Raisa atau Natali, siapa yang mau kamu pilih?"     

"Tidak keduanya. Aku lebih memilih Tara," Nico tertawa.     

"Kamu boleh bersama dengan Tara, tetapi pada akhirnya kamu hanya bisa memilih di antara Raisa dan Natali," kata Aiden dengan tegas.     

Wajah Nico memucat dan ia bersandar pada kursinya. Ia memasang raut muka sedih di wajahnya, "Paman, apakah kamu benar-benar tega menyuruhku melupakan cinta sejatiku dan menikahi wanita yang tidak aku sukai? Mengapa kita harus menggunakan pernikahan sebagai kerja sama."     

"Ini sudah waktunya kamu memberi kontribusi pada Atmajaya Group. Tidak ada yang menyuruhmu untuk melupakan cinta sejatimu. Kamu bisa bertunangan dengan salah satu dari mereka dan membatalkan pertunangannya setelah kooperasinya berakhir. Tidak perlu menikahi mereka.��     

"Bagaimana jika mereka jatuh cinta padaku dan aku tidak bisa menyingkirkan mereka?" kata Nico dengan narsis.     

Aiden mencibir mendengar kepercayaan diri Nico. "Natali menyukai Raka. Raisa tidak menganggapmu sebagai pria. Mereka tidak akan jatuh cinta padamu. Tidak perlu khawatir."     

"Ah …" Nico tiba-tiba berteriak dengan keras dan memegang dadanya seolah kata-kata Aiden telah menyakiti harga dirinya.     

Anya turun dari lantai dua dan melihat Nico sedang memegangi dadanya. Ia langsung bertanya dengan khawatir, "Nico, apa yang terjadi kepadamu? Apakah kamu sakit?"     

"Hatiku sakit. Gara-gara Paman!" Nico masih berpura-pura dadanya sakit.     

Anya hanya tertawa saat mendengar jawaban Nico. Keponakannya yang satu ini memang seorang raja opera.     

"Paman, aku tahu kamu baru menikah, tetapi kamu harus menjaga kesehatanmu. Lihat saja wajahmu yang kelelahan sekarang, jelas sekali bahwa kamu …" Nico belum menyelesaikan kalimatnya, tetapi Aiden sudah menendang kaki Nico di bawah meja dengan keras.     

Nico langsung meringis kesakitan, tetapi ia menelan teriakannya itu.     

Anya terbatuk pelan untuk menutupi rasa malunya. Meski Nico belum menyelesaikan kalimatnya, ia tahu apa yang ingin Nico katakan.     

Nico menundukkan kepalanya sambil makan. Sesekali ia melirik ke arah Aiden secara diam-diam dan akhirnya ia menyadari sesuatu.     

Pamannya bukan terlihat kelelahan seperti yang ia pikirkan. Ia bisa melihat Pamannya berusaha keras untuk menahan gairah yang ia rasakan hingga kelelahan. Apakah Bibinya tidak mau memuaskan Pamannya?     

"Aku dengar kamu membawa seorang pria ke rumahmu kemarin?" Aiden mengangkat alisnya sambil bertanya pada Nico.     

"Kita semua tahu bahwa kamu menyukai pria. Kamu dengar kalian membicarakan mengenai pertunangan. Kamu tidak mau memilih antara Raisa atau Natali, tetapi malah memilih Tara. Apakah itu karena kamu menginginkan obat untuk menyembuhkan …" Anya berusaha untuk menenangkan Nico, namun sebelum selesai mengatakannya Nico langsung menyelanya.     

"Bibi, apakah ada kesalahpahaman? Pria yang aku bawa ke rumah kemarin adalah …"     

Aiden kembali menendang kaki Nico sebelum Nico bisa menyebutkan nama Raka.     

Semua orang telah salah paham padanya, tetapi ia tidak bisa menjelaskannya sama sekali!     

Ia menatap ke arah Aiden untuk meminta bantuan. Matanya seolah memberi isyarat. 'Paman, Bibi salah paham dan mengira aku menyukai pria! Tolong bantu aku menjelaskannya!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.