Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Harapan Palsu



Harapan Palsu

0"Apakah kamu tidak mau?" tanya Aiden.     

Anya berkata sambil tersenyum dengan terpaksa, "Aiden, apakah kamu tahu berapa banyak murid di sekolahku yang mendaftar untuk menjadi anak magang di perusahaanmu? Tentu saja aku bersyukur jika bisa mendapatkan kesempatan itu." Anya tidak bisa menolak syarat dari Aiden karena ia tidak mau Aiden marah padanya. Sehingga ia hanya bisa menelan keengganannya dan menerimanya dengan terpaksa. Tetapi ada rencana lain yang terbentuk di benaknya …     

"Baguslah." Aiden memang ingin Anya untuk belajar di Atmajaya Group. Karena bagaimana pun juga, Anya adalah bagian dari Keluarga Atmajaya.     

"Tapi Aiden …" Anya berusaha untuk terlihat manis di hadapan Aiden. "Aku mau belajar di Atmajaya Group, tetapi aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk belajar dari Bu Esther. Apa yang harus kulakukan?"     

"Kamu bisa bekerja di Atmajaya Group dari jam delapan pagi hingga tiga sore. Setelah jam tiga sore, kamu bisa pergi ke Rose Scent. Tetapi kamu harus pulang tepat pukul tujuh malam," kata Aiden setelah berpikir sejenak.     

"Waktunya tidak cukup …" gumam Anya dengan suara pelan.     

"Jika aku lembur atau pergi ke luar negeri, kamu bisa bekerja lebih lama di Rose Scent," tambah Aiden.     

Anya masih menggelengkan kepalanya dengan tidak puas. "Bagaimana kalau aku bekerja di Atmajaya Group setiap hari senin, rabu, jumat, dan bekerja di Rose Scent setiap hari selasa, kamis dan sabtu? Hari minggunya aku bisa menemanimu!"     

Alis Aiden terangkat saat mendengar penawaran Anya. "Menurutmu?" dengus Aiden.     

"Kamu tidak memperbolehkannya!" Anya menundukkan kepalanya dengan sedih.     

"Hanya itu kelonggaran yang bisa kuberikan kepadamu. Jika kamu tidak setuju …"     

"Aku menyetujuinya," sela Anya. Akhirnya Anya terpaksa menyetujuinya karena ia takut pada temperamen Aiden.     

Aiden mengangguk puas setelah Anya menyetujuinya.     

"Hari ini, kamu tidak perlu ke rumah sakit. Aku akan menemanimu untuk berkonsultasi dengan ahlinya besok," kata Aiden.     

Walaupun dokter rumah sakit mengatakan bahwa Diana masih dalam keadaan koma dan sulit untuk sadar kembali, Anya tetap mengunjungi rumah sakit setiap hari. Saat mendengar bahwa mereka akan berkonsultasi dengan ahli yang Aiden bawa dari luar negeri, harapan baru seolah muncul di hati Anya.     

Ia berharap agar ibunya segera kembali.     

…     

Begitu tiba di rumah, Anya langsung masuk ke dalam kamar untuk mandi, sementara Aiden pergi ke ruang kerjanya.     

Aiden membuka laptopnya dan membaca beberapa email pentin saat ia menerima panggilan dari Harris.     

"Tuan, saya sudah mengirimkan sampel parfum Nyonya pada Esther. Saya juga mendapatkan berita terbaru mengenai vila milik Nyonya Diana. Tidak ada perubahan nama pada vila tersebut. Menurut persetujuan perceraian antara Deny dan Diana, Diana mendapatkan hak asuh Nyonya Anya dan juga vila tersebut," kata Harris.     

"Suruh Pengacara Eddy melihat apakah ada cara untuk mendapatkan vila itu kembali," kata Aiden.     

"Saya sudah mengirimkan informasinya pada Pengacara Eddy melalui email. Seharusnya ia sudah mulai merencanakan rencana selanjutnya." Kemudian, Harris terdengar ragu saat ingin memberitahu informasi selanjutnya. "Saya menemukan hal lain, Tuan. Mengenai Keluarga Mahendra."     

"Hmm … Lanjutkan," kata Aiden.     

"Keluarga Mahendra tidak menyelamatkan Nyonya pada saat itu …" kata Harris dengan hati-hati.     

"Apa maksudmu?" wajah Aiden terlihat menggelap saat mendengarnya, "Apa yang terjadi?"     

"Setelah Tuan Raka membawa Nyonya untuk bersembunyi di rumah keluarganya, Irena memang berusaha menghentikan Deny agar tidak membawa Nyonya pulang. Tetapi beberapa hari kemudian, ayah Tuan Raka menyerahkan Nyonya pada Deny. Hari itu, Nyonya Diana harus menyerahkan vila yang ia miliki untuk menyelamatkan Nyonya Anya," kata Harris.     

Tanpa sadar, Aiden mengepalkan tangannya erat-erat serta menggertakkan giginya. "Dan ia masih melindungi Keluarga Mahendra hingga saat ini," katanya sambil berusaha menahan emosi.     

Setelah semua yang Keluarga Mahendra lakukan, Anya masih berusaha untuk melindungi keluarga itu!     

"Ayah Tuan Raka melakukannya pada saat malam hari. Tidak ada yang tahu kejadian itu dan Tuan Raka juga pasti tidak tahu karena Nyonya tidak pernah menceritakannya," kata Harris.     

Hati Aiden terasa sakit saat membayangkan Anya kecil yang harus menanggung semuanya sendirian. "Mengapa ia harus mengorbankan dirinya sendiri meski semua orang menyakitinya," gumam Aiden dalam hati.     

Ia juga marah pada Anya. Istrinya itu telah disakiti oleh semua orang, tetapi ia tetap diam saja. Ia bahkan tidak membela dirinya sama sekali dan tidak berusaha untuk membalas dendam.     

"Tuan, selama Anda pergi ke luar negeri, Tuan Nico membawa Tuan Raka ke rumahnya. Setiap pagi, Tuan Raka berdiri di depan rumah Anda untuk waktu yang sangat lama," Akhirnya Harris menceritakan apa yang terjadi selama Aiden pergi dari rumah dengan jujur.     

Ternyata Raka masih tidak bisa melupakan cinta masa lalunya. Ia masih belum menyerah untuk mendapatkan Anya kembali.     

"Lakukan sesuatu untuk menyibukkan Raka agar ia tidak bisa menemui Anya lagi," kata Aiden.     

"Saya sudah menyebarkan berita kerjasama Atmajaya Group dengan Keluarga Tedjasukmana sehingga berita itu pasti sudah sampai di telinga Keluarga Mahendra. Saya yakin mereka akan sibuk untuk sementara," kata Harris.     

Aiden mengangguk puas dengan semua pekerjaan yang dilakukan oleh Harris, "Bagus. Kamu bisa beristirahat."     

"Tuan, apakah ada kabar mengenai Nona Keara?" tanya Harris dengan khawatir.     

"Masih belum ada. Aku sudah mengerahkan beberapa orang tambahan untuk berusaha mencari Keara. Seharusnya beritanya akan segera tiba," saat Aiden mengatakannya, ia melihat sebuah sosok melewati pintu depan ruang kerjanya. Ia langsung menutup telepon dan mengejar sosok tersebut.     

Tidak ada siapa pun yang berada di koridor. Ia segera kembali ke kamarnya dan melihat pintu kamar mandi masih tertutup. Suara air terdengar dari dalam.     

Tetapi, di lantai terdapat jejak-jejak kaki yang masih basah. Jejak kaki itu mengkhianati Anya, memberitahukan keberadaan Anya.     

Aiden menebak Anya pasti mencarinya di ruang kerja setelah mandi tetapi mendengarkan percakapannya dengan Harris. Ia pasti mendnegar bahwa Aiden mengerahkan tambahan orang untuk berusaha mencari Keara secepat mungkin sehingga ia melarikan diri.     

"Anya, keluarlah. Aku tahu kau sudah selesai mandi," kata Aiden dari balik pintu kamar mandi.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan mematikan kran air. Ia sengaja berlama-lama dan kemudian keluar seolah tidak ada yang terjadi.     

"Apakah kamu memanggilku?" tanya Anya meski ia sudah tahu mengapa.     

"Apakah kamu mendengarnya?" tanya Aiden, tidak mempercayai kepura-puraan Anya.     

"Dengar apa?" Anya bersikukuh tidak ingin mengakuinya.     

Aiden memberi isyarat, memanggil Anya dengan menggunakan tangannya dan seperti kucing kecil yang manis Anya langsung mendekat saat dipanggil oleh pemiliknya.     

Aiden mengulurkan tangannya dan Anya menyambut uluran tangan itu, meletakkan tangan mungilnya di atas tangan Aiden.     

"Mendengar bahwa aku menyuruh beberapa orang untuk mencari Keara. Apakah otakmu menari-nari dengan liar lagi? Kamu kabur dengan begitu cepat. Apakah kamu tidak takut jatuh," kata Aideng sambil bercanda.     

"Aku kembali ke kamar karena kamu sedang telpon," kata Anya dengan suara pelan.     

Aiden menyentil dahi Anya dengan pelan. "Apa yang ada di kepala ini?"     

"Tidak ada apa-apa," jawab Anya dengan malu karena ia ketahuan berbohong.     

Aiden tidak perlu mencari Keara secara diam-diam. Anya sudah tahu bahwa Aiden berusaha untuk mencarinya. Mengapa ia berusaha untuk menyembunyikan hal ini darinya?     

"Saat Keara menghilang, aku juga kehilangan salah satu keponakanku, Nadine," kata Aiden dengan tenang.     

"Keponakan?" tanya Anya. Ia belum pernah mendengar hal ini.     

Selama ini, ia berpikir bahwa Nico adalah satu-satunya anggota keluarga generasi termuda di Keluarga Atmajaya. Siapa yang tahu bahwa ternyata Aiden memiliki keponakan lain?     

"Kalau Keara masih hidup, Nadine mungkin juga masih hidup. Aku mencari Keara karena ingin mengetahui keberadaan Nadine. Sebelum aku berhasil menemukan Keara, jangan ceritakan ini kepada siapa pun, termasuk Nico dan ibunya …"     

Baru saat ini Anya memahami situasinya. Ia langsung berkata, "Aku akan merahasiakannya. Aku juga tidak ingin mereka merasakan harapan yang belum tentu bisa terwujud …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.