Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pemilik yang Baru



Pemilik yang Baru

0"Menggunakan kekuatan Aiden untuk mengalahkan Imel. Apakah itu tujuanku? Atau tujuanmu?" tanya Esther sambil menatap Anya.     

Wajah Anya terlihat sedikit goyah. Ia tahu ia tidak bisa menyembunyikan ini dari Esther karena memang benar apa kata Esther. Ia lah yang ingin menjatuhkan Imel. Ia ingin menghancurkan Imel sama seperti saat Imel menghancurkan ibunya.     

Tetapi saat ini Anya masih belum mampu. Ia benar-benar membutuhkan bantuan Esther. Esther bisa bertahan selama bertahun-tahun untuk melawan tekanan dari Imel dan hal itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.     

"Bu Esther, bisakah kamu mempertimbangkannya lagi? Aku akan mendengarkan semua keputusanmu untuk Rose Scent," suara Anya terdengar pelan dan sedikit memohon.     

Esther memicingkan matanya, terlihat sedang bimbang memikirkan tawaran Anya. "Sebenarnya apa hubunganmu dengan Aiden? Aku perlu tahu hubungan kalian untuk memastikan apa yang bisa Aiden lakukan untukmu."     

Anya tidak mengatakan apa pun. Sebaliknya, ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto pada Esther.     

Ketika Esther melihat buku nikah Aiden dan Anya, matanya menunjukkan keterkejutan yang ia rasakan saat ini, "Ka- … Kamu sudah …"     

"Aku masih belum lulus sehingga aku tidak bisa mengungkapkan hal ini di depan umum," jelas Anya sambil memandang Esther. Ia bisa menceritakan hal ini kepada Esther karena satu hal. "Ibuku sangat mempercayaimu. Katanya kamu dulu adalah asisten kepercayaannya."     

"Aku memiliki hubungan yang sangat baik dengan ibumu," kata Esther sambil tersenyum. "Kamu sudah memberitahuku hal yang paling penting untukmu, bagaimana mungkin aku tidak mempercayaimu? Aku akan membantumu hingga kamu bisa mengurus Rose Scent dengan sendirinya."     

"Terima kasih, Bu Esther." Anya akhirnya bisa bernapas lega.     

"Kata Harris, Rose Scent akan berubah nama menjadi namamu. Aku sarankan kita jangan mengubah nama dulu sebelum produk baru diluncurkan," saran Esther.     

Anya tersenyum saat mendengar saran itu karena ia juga memiliki pendapat yang sama. "Aku akan berusaha membujuk Aiden agar tidak mengganti nama Rose Scent." Kemudian, Anya mengeluarkan sebuah sampel parfum dari tasnya dan berkata, "Aku ingin meminta saranmu untuk menilai sampel parfum ini."     

"Apakah kamu yang membuatnya?" Esther mencondongkan tubuhnya, menandakan bahwa ia tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Anya.     

Rose Scent menjual parfum yang telah diciptakan oleh Esther beberapa tahun yang lalu. Ia tidak bisa selamanya mengandalkan parfum tersebut dan harus segera menciptakan produk baru.     

Selama ini, Esther berusaha untuk mencari dan melatih parfumeur baru untuk menciptakan rasa baru yang sesuai dengan jaman sekarang. Namun, Imel juga terus menyainginya sehingga Rose Scent kesulitan untuk berkembang.     

"Aiden berjanji akan mengabulkan permintaanku jika aku bisa membuat parfum yang disukainya. Ini adalah sampel parfum yang aku buat untuknya. Parfum ini beraroma netral dan tidak memiliki aroma bunga," kata Anya sambil mendorong sampel parfum itu ke arah Esther.     

Esther segera menerima botol parfum tersebut dan membukanya. Ia menghirup aroma parfum tersebut sambil memejamkan mata.     

"Bagaimana menurut Aiden?"     

"Aiden bukan seorang profesional. Aku ingin mendengar penilaian darimu," kata Anya sambil meringis.     

"Kamu memang putri dari Diana. Aku sangat menyukai parfum buatanmu sebelumnya. Dan tentu saja aku mencintai yang ini. Aku yakin Aiden pasti juga menyukainya," kata Esther.     

Wajah Anya memerah saat mendengar pujian dari Esther. Esther adalah orang yang berpengaruh dalam bidang parfum sehingga pujian darinya tentu saja sangat berarti bagi Anya. "Aiden menyukai aroma yang segar dan elegan. Aku membuat sampel parfum ini sesuai dengan kepribadiannya sehingga tidak ada aroma bunga di dalamnya."     

"Resep parfum baruku telah tersebar. Aku rasa kita tidak bisa menggunakan parfum itu. Bagaimana kalau kita memperkenalkan parfum buatanmu sebagai produk baru pada saat acara mall?"     

"Tetapi persiapannya tidak cukup," kata Anya. Ia terkejut mendengar saran Esther dan sangat menghargai penilaian Esther terhadap parfum ciptaannya. Tetapi mereka tidak punya waktu untuk mempersiapkan semuanya.     

"Apakah itu masalah? Biasanya persiapan untuk pembuatan parfum baru membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Tetapi kamu punya Aiden. Kamu bisa melakukannya dalam dua hari," kata Esther sambil tertawa.     

"Eh? Tapi …" Anya merasa tidak enak hati jika harus meminta bantuan dari Aiden.     

"Aiden sudah mengeluarkan uangnya untuk membeli Rose Scent dan ia pasti berharap agar kamu mengurusnya dengan baik. Jika acara kali ini sukses, ia juga akan mendapatkan keuntungan. Jika kamu tidak bisa meminta bantuannya, aku bisa mencarikan temanku untuk membantumu," kata Esther.     

Ketika mendengarnya, Anya langsung menyetujui saran Esther, "Terima kasih, Bu. Biarkan aku menerima bantuan darimu terlebih dahulu. Kalau benar-benar tidak bisa, aku akan meminta bantuan Aiden."     

"Jangan berterima kasih dulu padaku. Formula parfummu masih perlu disesuaikan. Kamu menciptakannya sesuai dengan kepribadian Aiden, tetapi kita harus menyesuaikannya lagi dengan selera pelanggan."     

"Ini waktunya kita mengeluarkan produk baru," Esther menatapnya dengan serius. "Anya, malam ini sampel parfum terbarunya harus jadi!"     

Anya menggigit bibir bawahnya dengan gelisah, namun matanya terlihat penuh tekad. "Baiklah, aku akan berjuang sebaik mungkin."     

Sekitar pukul lima sore, sebuah berita datang dari kantor polisi. Rekaman CCTV yang hilang telah kembali dipulihkan.     

Ben juga mengaku bahwa ia berinisiatif untuk mencuri resep parfum dari laci Esther dan meletakkannya di tas Anya untuk memfitnahnya. Ia menyangkal saat polisi menanyakan apakah ada seseorang yang menyuruhnya. Kecemburuan yang ia rasakan lah yang menyebabkan ia menuduh Anya.     

Ia cemburu karena Anya yang merupakan anak baru mendapatkan kepercayaan dari Esther, sementara ia yang sudah bekerja selama lima tahun masih berada di posisi yang sama.     

Setelah hasil penyelidikan itu keluar, website resmi kantor kepolisian mengeluarkan pernyataan resmi dari hasil penyelidikan dan membersihkan nama Anya dari tuduhan.     

Pada saat yang bersamaan, Esther juga mengeluarkan pernyataan di internet bahwa seseorang telah menyogok pegawainya untuk mencuri resep parfumnya. Esther mengklaim bahwa ia telah mendaftarkan hak paten untuk parfum tersebut. Siapa pun yang berani menggunakan resep parfum tersebut demi kepentingan pribadi akan diproses pada jalur hukum.     

Anya menghabiskan waktunya di dalam ruang parfum. Ia sama sekali tidak mengetahui mengenai pencuri resep formula tersebut. Seluruh perhatiannya terpusat pada parfum yang ia ciptakan.     

Ketika Esther pulang sekitar pukul enam malam, Anya masih menyibukkan dirinya di dalam ruang parfum.     

Tepat pukul tujuh malam, Aiden muncul di Rose Scent. Semua pegawai yang berada di sana langsung merasa gugup melihat kedatangan Aiden.     

Mila, manajer toko yang baru, langsung menyambutnya dengan hangat dan berkata dengan sangat sopan, "Selamat datang, Tuan. Nona Anya sedang berada di ruang parfum di lantai dua."     

Aiden hanya mengangguk dengan dingin dan berjalan ke lantai dua ditemani oleh Harris.     

Para pegawai lainnya langsung berkumpul untuk menggosip. Beberapa dari mereka merasa sangat iri melihat Aiden datang secara khusus untuk mengirimkan makan malam Anya. Mereka merasa Anya sangat beruntung hingga Aiden membeli Rose Scent untuk Anya.     

Sekitar seminggu yang lalu, Anya hanyalah seorang pegawai baru yang masih dalam masa percobaan. Tetapi sekarang, ia adalah pemiliknya.     

Aiden berjalan menuju ke jendela kaca yang memperlihatkan seisi ruang parfum. Istrinya sedang bekerja keras. Seluruh perhatiannya terpusat pada pekerjaannya sehingga Anya sama sekali tidak menyadari kedatangan Aiden.     

Anya yang duduk di bawah lampu terlihat bersinar di mata Aiden. Istrinya itu memang sangat bercahaya saat melakukan pekerjaan yang dicintainya. Senyum tipis merekah di bibir Aiden.     

Setelah beberapa saat, Anya merentangkan tangannya. Seluruh tubuhnya terasa kaku karena ia berada dalam posisi yang sama. Tiba-tiba saja, ia melihat sosok yang tinggi di dekat jendela kaca.     

"Aiden!" Anya langsung bangkit dari kursinya dan menghampiri Aiden. Senyum terpancar di wajahnya saat melihat kedatangan Aiden di tempat kerjanya.     

Aiden masih berdiri di tempat yang sama, menatap ke arah tempat Anya sedang bekerja, berpura-pura tidak tahu kalau Anya sudah bergerak dan menghampirinya.     

"Kamu di sini," kata Anya sambil memegang tangan Aiden dengan lembut.     

"Harris bilang kamu masih bekerja. Aku hanya ingin melihatmu," kata Aiden dengan tenang.     

"Kamu melihatnya?" pancing Anya.     

"Hmm … Aku bisa membayangkan kamu bekerja," Aiden menatapnya sambil tersenyum dan mengalihkan pembicaraan. "Apakah kamu lapar?"     

Anya mencium aroma makanan dan langsung menatap Aiden dengan senyum cerah. "Kamu mengirimkan makanan untukku?" Pertanyaannya itu disambut dengan anggukan kepala dari Aiden.     

"Apakah kamu sudah melakukan serah terima Rose Scent dengan Esther?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.