Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memberikan Tempat



Memberikan Tempat

0"Mengapa kamu tidak menanyakan mengenai Keara?" Aiden yakin Anya juga mendengar saat ia membicarakan mengenai Keara. Ia merasa ada kesalahpahaman sehingga Anya tidak mempertanyakan mengenai Keara.     

Mengapa Anya tidak menanyakan mengenai Keara? Karena Anya tidak ingin mendengarkan nama itu keluar dari mulut Aiden. Ia tidak ingin mendengar kata-kata yang menyakitkan itu langsung dari mulut Aiden. Lebih baik ia diam saja.     

"Aku akan berpura-pura tidak mendengarnya. Jika Keara kembali, aku bisa memberikan tempatku saat ini untuknya. Aku tidak akan mengganggumu," saat mengatakannya, suara Anya sedikit gemetar. Ia mengalihkan pandangannya dari Aiden, tidak mau menatap mata pria itu.     

Mata Aiden menjadi dalam dan tajam saat mendengarnya. Tangannya terangkat, memegang dagu Anya agar istrinya itu mau menatapnya. Mungkin karena kekesalan yang ia rasakan, tanpa sadar tangannya mengeluarkan tenaga sedikit keras.     

"Sakit …" mata Anya memerah.     

Aiden langsung mengendurkan pegangannya. Namun, ia tidak melepaskannya. Ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Anya dengan ganas. Bibirnya terasa marah, menyapu bibir Anya dengan sedikit kasar, membuat Anya gementar karena gugup. Aiden mendorong tubuh Anya dan memojokkannya ke arah pintu.     

Anya ketakutan saat mengetahui Aiden marah. Meski tidak ada satu kata pun yang terucap dari bibir Aiden, ia bisa merasakan kemarahan itu.     

Mengapa Aiden marah?     

Ia hanya menuruti apa yang Aiden inginkan. Ia mendengar dengan jelas, Aiden berkata pada Harris bahwa ia harus kembali ke tempatnya yang sesungguhnya saat Keara kembali.     

Ia sudah mengatakan bahwa ia bersedia melakukannya, tetapi mengapa Aiden malah marah?     

Napas Aiden menjadi semakin berat. Tubuhnya terus mendekat, menekan tubuh Anya ke pintu di belakangnya. Anya bisa merasakan tubuh Aiden yang menyentuh tubuhnya terasa panas, seolah kemarahannya tersalurkan ke seluruh tubuhnya.     

Ia mengurung Anya di pelukannya, seolah tidak ingin Anya pergi ke mana pun.     

"Kamu ingin memberikan tempatmu kepada wanita lain? Apakah kamu tidak menghargai posisimu sebagai istriku?" Aiden mengerutkan keningnya dalam-dalam dan bertanya dengan marah.     

Anya hanya bisa menutup bibirnya rapat-rapat dan tidak mengatakan apa pun. Ia menatap Aiden dalam diam, menyembunyikan semua kesedihan, sakit hati dan ketidakberdayaan yang ada di dalam hatinya.     

Aiden mencintai Keara. Meskipun Keara adalah tunangan Ivan, tetapi Keara pernah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Aiden. Bukankah hubungan di antara mereka sudah sangat jelas?     

Sekarang, wanita yang ia kira sudah meninggal ternyata masih hidup. Bagaimana mungkin Anya bisa mempertahankan tempatnya sebagai istri Aiden?     

Ia hanyalah seorang pengganti wanita yang sudah meninggal. Namun, jika wanita yang sebenarnya ternyata masih hidup dan akan segera kembali, tentu saja ia harus pergi.     

Ia tidak punya hak untuk menuntut kehidupan bersama dengan Aiden. Ia tidak punya hak untuk menuntut agar Aiden tidak menceraikannya. Ia bukan siapa-siapa.     

Sebelum Aiden menendangnya ke luar dari rumah ini, membuangnya begitu saja, lebih baik ia yang mengatakan bahwa ia akan mundur. Ia akan memberi jalan untuk Keara …     

Hingga saat ini, Aiden sudah berbuat banyak hal untuknya. Ia melindunginya, mendukungnya dan selalu membantunya di saat susah. Kali ini, Anya ingin melakukan sesuatu untuknya, yaitu dengan memberikan kebebasan bagi Aiden agar bisa hidup bersama dengan wanita yang dicintainya …     

"Menyerahkan posisi Nyonya Atmajaya agar aku dan Keara bisa bersatu. Apakah kamu pikir kamu hebat? Apakah aku harus berterima kasih padamu?" suara Aiden terdengar sinis saat melontarkan pernyataan sinis itu.     

Wajah Anya langsung memucat dan tubuhnya gemetaran. Aiden mengetahui apa yang ia pikirkan.     

Aiden yang bisa membaca jawaban dari raut wajah Anya merasa semakin marah. Tangannya yang memegang dagu Anya kembali meningkatkan kekuatannya, membuat Anya merasa kesakitan. Namun, hati Anya jauh lebih sakit. Ia memejamkan matanya dan menerima semua perlakuan ini.     

Melihat istrinya bersikap seperti itu, Aiden berusaha untuk menahan emosinya. Ia menatap Anya dalam-dalam dan memaksa wanita itu untuk melakukan hal yang sama.     

"Ketika kamu menikah denganku, aku sudah berjanji bahwa kamu bisa melakukan apa pun. Tetapi tidak akan pernah ada perceraian. Kecuali aku tidak menginginkanmu lagi, kamu akan terus bersamaku hingga mati," murka tidak bisa disembunyikan dari wajah Aiden.     

Bibir Anya sedikit bergertar. Untuk sejenak, ia tidak tahu bagaimana merespon Aiden. Ia hanya melakukan apa yang Aiden inginkan. Ia melakukan semua ini agar Aiden bersama dengan wanita yang dicintainya. Apakah Aiden ingin ia mati? Agar ia tidak mengganggunya bersama dengan Keara?     

Kesalahpahaman di otak Anya semakin meningkat saat ia berpikir dengan panik. "Aku tidak mau mati. Mengapa aku harus mati? Tidak bisakah kamu menceraikan aku jika kamu ingin kembali bersama dengan Keara?" suara Anya sedikit gemetaran.     

Aiden tertegun mendengar jawaban Anya. Ia hanya menggelengkan kepalanya dengan kesal. Mengapa Anya malah berpikir seperti itu? Mengapa Anya tidak bisa mengerti apa yang ia maksud?     

"Aku benar-benar ingin masuk dan melihat isi kepalamu," katanya dengan kesal.     

Aiden tidak butuh orang lain untuk menentukan siapa yang ia cintai. Namun, Anya sepertinya berusaha keras untuk menjodohkannya dengan Keara sehingga ia bersedia untuk menyerahkan posisinya sebagai Nyonya Atmajaya pada Keara.     

Anya tidak memahami apa yang ia rasakan di dalam hatinya. Sama seperti Aiden tidak bisa memahami apa yang dipikirkan oleh Anya.     

Rasa frustasi itu membuatnya kembali menundukkan kepalanya dan menggigit bibir Anya dengan keras. Anya hanya bisa menahan rasa sakit itu tanpa mengatakan apa pun.     

Aiden benar-benar merasa frustasi. Ia mencintai Anya sepenuh hatinya dan ia marah karena Anya tidak mempercayai dirinya sendiri dan tidak mempercayai Aiden.     

Aiden tidak pernah sekali pun mengatakan bahwa ia ingin bercerai dari Anya. Bahkan jika Keara kembali sekali pun, itu tidak ada hubungannya dengannya.     

Namun, sepertinya Anya sudah bertekad bahwa ia akan memberi jalan untuk Keara agar bisa bersama dengan Aiden. Dan setelah itu, ia bisa kembali bersama dengan Raka setelah tidak memiliki hubungan apa pun dengan Aiden.     

Saat memikirkan mengenai hubungan Anya dan Raka, Aiden merasa semakin marah. Kali ini api kecemburuan seolah melahap akal sehatnya.     

Aiden memegang wajah Anya dan menciuminya dengan ganas, seperti badai yang bergerak teramat cepat. Anya tidak punya waktu untuk berpikir. Rasa sakit bekas gigitan Aiden masih terasa, tetapi ciuman ini berbeda.     

Ia bisa merasakan rasa frustasi di dalamnya, tetapi ada dominansi dan kelembutan yang tersembunyi di baliknya, membuat Anya tidak bisa melawan.     

Aiden memegang belakang kepala Anya dengan salah satu tangannya, melindunginya agar kepala Anya tidak membentur pintu yang ada di belakangnya saat ciuman demi ciuman menyerang bibirnya. Tangannya yang lain melingkari pinggang Anya dengan erat, tidak memberikan kesempatan sama sekali bagi Anya untuk kabur.     

Anya merasa kebingungan. Ia bisa merasakan kemarahan di dalam ciuman-ciuman Aiden. Saat ia hendak mendorong pria itu, ciuman Aiden menjadi semakin dalam.     

Wajah Anya memerah di baah serangan demi serangan Aiden. Ia tidak bisa melakukan apa pun sehingga ia hanya bisa menerima ciuman itu dengan pasrah.     

Melihat Anya tidak lagi melawannya, ciuman Aiden yang awalnya penuh dengan kemarahan semakin lama menjadi semakin lembut.     

Anya bisa merasakan pikirannya semakin mengambang. Kakinya terasa seperti jeli, tidak bisa menopangnya berdiri hingga hampir terjatuh.     

Tangan Aiden yang besar memegang pinggang Anya dan menyeimbangkan tubuhnya. Tangannya yang lain memegang tangan Anya dengan lembut, membawa tangan mungil itu untuk berpegangan pada lehernya.     

Sementara bibirnya masih mencumbu bibir Anya, namun kali ini dengan laju yang lebih lembut. Saat Anya mulai kehabisan napas, Aiden melepaskan bibirnya dengan enggan. Anya hanya bisa bersandar dengan lemah pada tubuh Aiden.     

Ia bersandar di dada Aiden, sambil terengah-engah, berusaha untuk menarik napas dan menenangkan dirinya. Kepalanya tertunduk dengan malu, tidak berani menatap ke arah Aiden.     

"Jangan pernah mengatakan bahwa kamu akan meninggalkanku dan memberikan tempatmu pada wanita lain," bisik Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.