Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kembali



Kembali

0"Aku juga menyukaimu, kalau kamu menyukaiku," bisik Aiden di telinga Anya.     

Anya mengangkat kepalanya dan menatapnya sambil tersenyum. "Benarkah?"     

Mereka masih saling berpelukan, berhadapan dan memandang wajah satu sama lain dengan seksama. Meskipun pernyataan cinta mereka tidak romantis seperti di novel atau drama, mendengar seseorang menyatakan perasaannya membuat hati mereka terasa hangat.     

Mereka memiliki seseorang yang bisa mereka percaya …     

Mereka memiliki seseorang yang akan mereka rindukan …     

Mereka memiliki rumah untuk pulang …     

Pandangan mereka seakan terjalin dengan erat dan tidak bisa terpisahkan lagi. Aiden perlahan menundukkan kepalanya. Melihat hal itu, Anya memejamkan matanya, menantikan bibir Aiden untuk menyentuh bibirnya. Tepat pada saat itu, seseorang mengetuk pintu kamar mereka.     

"Tuan, saya membawakan masker mata Anda," suara Hana terdengar dari luar.     

Anya langsung mendorong tubuh Aiden dan menyuruhnya untuk bersembunyi di belakangnya. Entah mengapa, ia seperti remaja yang ketahuan pacaran di sekolah, padahal ia dan Aiden sudah menikah.     

Anya membuka pintunya dan melongok dari balik pintu tersebut. "Bu Hana, berikan saja kepadaku," katanya dengan tergesa-gesa.     

Hana memandang Anya dengan heran, merasa bingung dengan sikap Anya yang tidak seperti biasanya. Ia melihat ke arah dalam kamar dengan tatapan bingung sekaligus penasaran. Sosok Aiden sama sekali tidak terlihat di dalam kamar. Kemana Tuannya itu pergi?     

Saat Hana masih mencari sosok Aiden, tiba-tiba sebuah tangan besar muncul di pinggang Anya. Tangan itu sedikit menarik tubuh Anya sehingga punggung Anya sangat dekat dengan dada Aiden.     

Mata Hana tertuju pada pinggang Anya, tepatnya pada tangan Aiden dan menyadari kesalahan besar yang telah ia lakukan. Aiden dan Anya sudah beberapa hari tidak bertemu. Sebagai pasangan yang baru menikah pasti mereka merindukan satu sama lain.     

Hana merasa ingin menangis dan memukul dirinya sendiri karena tidak sadar bahwa ia telah mengganggu pasangan ini. Jangan-jangan, ia mengganggu saat mereka berdua sedang bercinta sehingga Anya terlihat sangat panik.     

Ia segera memberikan masker mata itu pada Anya dan berkata, "Anya, jam makan siang sudah sangat mepet. Aku akan menyiapkannya sendiri. Kamu bisa memasak di lain hari."     

"Baiklah." Anya langsung mengikuti saran dari Hana. Setelah mengungkapkan semua perasaannya pada Aiden, Anya merasa sangat lelah sehingga ia tidak ingin memasak.     

Hana segera meninggalkan tempat itu secepat mungkin, membiarkan Aiden dan Anya kembali berduaan.     

Anya menghela napas lega setelah Hana meninggalkannya. Ia tidak melakukan kesalahan apa pun dengan berduaan bersama suaminya sendiri, tetapi entah mengapa ia merasa malu.     

Ia menggandeng tangan Aiden dan berjalan menuju ke sofa di dekat jendela. Ia menyuruh Aiden untuk berbaring di sofa. "Ketika aku tidak sibuk nanti, aku akan membuatkan masker mata dengan sistem pemanasan sendiri untukmu," kata Anya.     

"Jangan hanya janji saja. Pastikan kamu akan membuatnya," kata Aiden dengan santai. "Ngomong-ngomong, aku membawa seorang ahli bedah jantung. Kamu bisa berkonsultasi dengan dokter yang menangani ibumu besok."     

Tangan Anya yang sedang memegang masker mata terhenti. Ia menatap Aiden dengan terkejut.     

Pria itu menepati janjinya, mencarikan seorang dokter untuk ibunya …     

Ia tahu Aiden sangat sibuk. Aiden harus menyelesaikan pekerjaannya selama berada di luar negeri dan juga menemui dokter untuk memulihkan penglihatannya, tetapi ia masih memikirkan mengenai Anya. Hal itu membuat hati Anya sanga tersentuh.     

Aiden berbaring di atas sofa, membuka matanya yang terpejam saat tidak mendapatkan reaksi atau jawaban apa pun dari Anya. "Aku juga sudah menyuruh Harris untuk mengirimkan obat yang aku janjikan untuk ibumu ke rumah sakit. Suster rumah sakit akan membantu untuk memberikan obat itu pada ibumu. Jika ada perkembangan, kita bisa menggunakan obat itu. Kalau tidak, aku akan mencarikan obat yang baru."     

Anya sangat terharu hingga tidak bisa berkata-kata. Ia memasangkan masker mata pada Aiden dalam diam, tetapi ia tidak bisa mengendalikan perasaannya. Air mata hangat menetes dari matanya, tidak sengaja jatuh ke dahi Aiden.     

Aiden mengulurkan tangannya dan Anya menyambut uluran tangan itu. "Apakah kamu menangis lagi?" tanyanya.     

"Aiden, mengapa kamu sangat baik kepadaku?" tenggorokan Anya terasa tercekat saat mengatakannya.     

"Karena aku adalah suamimu," Aiden menggenggam tangan mungil Anya dengan lembut dan menarik tubuh Anya.     

Anya ikut berbaring di atas sofa, menyandarkan kepalanya di dada Aiden. Detak jantung yang stabil dan kuat bisa terdengar dengan jelas di telinganya. Ia merasa hangat dan aman di sana. Tanpa sadar tangannya menggenggam tangan Aiden dengan lebih erat.     

Mereka saling memeluk satu sama lain dan berbaring di sofa itu selama beberapa saat. Anya mendengarkan detak jantung Aiden, sementara Aiden mencium aroma rambut Anya. perasaan bahagia dan tenang menyusup ke hati mereka.     

Kedamaian … Itulah yang mereka rasakan saat saling mendekap tubuh satu sama lain.     

Waktu berlalu dengan cepat. Tidak sadar mereka menghabiskan waktu untuk berbaring hingga jam makan siang tiba. Hana akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu kamar mereka, mengatakan bahwa makan siang sudah siap.     

Di meja makan, Anya terus menerus menatap ke arah Aiden.     

"Ada apa?" tanya Aiden.     

Anya menggigit bibirnya dengan cemas dan bertanya dengan hati-hati. "Setelah makan siang, kamu akan beristirahat. Apakah aku boleh kembali ke Rose Scent saat kamu beristirahat?"     

"Aku akan mengganti nama Rose Scent dengan namamu. Kamu akan menjadi pemilik dan juga kepala parfumeurnya. Kamu bisa bekerja kapan pun kamu mau," kata Aiden.     

"Apakah kamu benar-benar membeli Rose Scent? Apakah Bu Esther bersedia untuk menjualnya padamu?" tanya Anya dengan mulut menganga. Ia tidak menyangka Aiden akan benar-benar membeli Rose Scent. Dan yang lebih tidak terduga, ia tidak mengira Esther akan menyerahkan Rose Scent begitu saja.     

"Esther membiarkan manajer itu memfitnahmu. Kalau ia tidak mau menjual Rose Scent padaku, aku berniat untuk mengeluarkannya dari mall. Apakah aku sudah pernah bilang padamu bahwa mall itu adalah milik Atmajaya Group?" kata Aiden dengan santai sambil menyantap makan siangnya seolah apa yang baru saja ia katakan itu sama sekali tidak penting.     

Anya tahu bahwa ia menikahi seorang pria yang sangat kaya, tetapi ia tidak menyangka bahwa mall tempat ia bekerja saat ini juga milik Keluarga Atmajaya.     

Mengetahui bagaimana sifat Aiden, Anya yakin bahwa Aiden tidak hanya mengancamnya saja. Ia akan benar-benar mengeluarkan Rose Scent dari mall itu. Atau lebih ekstremnya lagi ia bisa mengusir Esther dari kota ini, membuatnya tidak bisa membuka satu toko pun di kota ini lagi.     

"Apa yang dikatakan oleh Bu Esther?" tanya Anya dengan hati-hati.     

"Aku tidak tahu. Harris yang berbicara kepadanya. Setelah makan kamu bisa kembali ke toko. Acara yang diselenggarakan oleh mall ini adalah event pertamamu. Berjuanglah," kata Aiden sambil tersenyum tipis. Ia sama sekali tidak terlihat peduli saat mereka membahas mengenai Esther. Tetapi saat membahas mengenai event pertama yang akan dijalankan oleh Anya, Aiden terlihat perhatian padanya.     

"Aku akan berusaha sebaik mungkin. Aku tidak akan mengecewakanmu!" kata Anya dengan penuh semangat.     

Aiden hanya mengangguk-angguk. Anya memang selalu ceria dan positif. Hal itu membuatnya ikut merasakan keceriaan Anya.     

…     

Setelah makan siang, Aiden kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Anya segera pergi ke Rose Scent, diantarkan oleh Abdi.     

Saat kembali ke Rose Scent, polisi sudah meninggalkan tempat tersebut dan para pegawai kembali melakukan tugas mereka. Tetapi satu orang yang tidak terlihat di sana, yaitu Ben.     

Manajer Rose Scent tidak kembali. Namun, Anya yang dituduh sebagai tersangka utama telah kembali …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.