Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ayah Anya yang Sesungguhnya



Ayah Anya yang Sesungguhnya

0"Ia akan kembali ke posisinya semula dan tidak perlu mengharapkan apa pun," kata Aiden. Setelah itu, ia bisa mendengar suara langkah kaki yang menjauh dari pintunya. Langkah kaki itu terdengar tergesa-gesa, melarikan diri dari pintu dengan cepat.     

'Ia akan kembali ke posisinya semula dan tidak perlu mengharapkan apa pun ...'     

Kalimat itu terus terngiang-ngiang di benak Anya. Air mata mengaburkan pandangannya saat ia hendak menuruni tangga. Ia tidak bisa melihat anak tangga dengan jelas sehingga ia tersandung dan hampir terjatuh.     

"Anya!" seru Hana dengan keras dari lantai bawah. Ia bisa melihat Anya tersandung dan bergegas untuk menangkapnya.     

"Ah!" Anya tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang oleng. Ia menutup matanya rapat-rapat dengan ketakutan, takut dengan rasa sakit yang akan ia rasakan jika ia terjatuh.     

Tiba-tiba saja, sebuah tangan menarik lengannya dan melingkari pinggangnya, menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Aiden menggunakan salah satu tangannya untuk menahan tubuh Anya, sementara tangannya yang lain memegang pegangan tangga untuk menyangga tubuhnya.     

Anya berbalik dan melihat Aiden dengan mata yang masih masih karena air mata, "Aiden ..."     

Aiden memeluknya dengan lembut sambil mengusap-ngusap punggungnya. "Mengapa kamu berlari. Bagaimana kalau kamu sampai terjatuh?"     

"Aku lupa membawa masker mata untukmu," kata Anya dengan pelan.     

Hana yang mendengarnya dari bawah segera mengambilkan masker mata Aiden. "Biar saya yang mengambilnya," katanya pada Aiden.     

"Apakah kamu terluka?" tanya Aiden dengan khawatir.     

Anya merasa tangannya yang ditarik sedikit sakit. Aiden menariknya dengan tiba-tiba. Mungkin ototnya ada yang tertarik saat itu. Namun, jika Aiden tidak menariknya dan menahan tubuhnya, mungkin ia sudah terjatuh dari tangga. Bukan hanya tangannya saja yang akan sakit, tetapi seluruh tubuhnya.     

"Aku baik-baik saja," jawab Anya dengan lembut. Tidak peduli seberapa besar rasa sakit di tangannya, rasa sakit yang ia rasakan di hatinya jauh lebih perih!     

Kebaikan dan kelembutan yang Aiden berikan bukan untuknya. Semua itu untuk Keara. Sebelumnya, ia pikir tidak masalah jika ia hanya menjadi pengganti Keara. Tetapi ternyata hatinya terasa sangat sakit. Ia tidak bisa melakukannya.     

Keara belum meninggal dan ia akan kembali. Begitu Keara kembali, Anya harus menyerahkan tempatnya pada pemiliknya yang sejati.     

Aiden berkata bahwa ia harus kembali ke tempatnya yang semula dan tidak mengharapkan apa pun.     

Ia juga berpikir untuk tidak berharap apa pun, tetapi kebahagiaan yang Aiden berikan ternyata menumbuhkan harapan di hatinya. Dengan naif ia berpikir ia bisa hidup bersama dengan Aiden selamanya. Ia ingin belajar mencintai Aiden dan hidup dengan damai bersamanya.     

Tetapi semua itu hanyalah sebuah gelembung besar yang mudah pecah saat disentuh sedikit saja.     

Anya menatap Aiden dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Yang ia tahu, hatinya benar-benar sakit ...     

Aiden menatap Anya yang hendak menangis. Ia tidak tahu apa yang membuat Anya tiba-tiba merasa sedih seperti ini. "Apa kamu mendengarnya?"     

"Mendengar apa?" Anya berpura-pura tidak mengerti apa yang Aiden bicarakan.     

"Tidak ada apa-apa. Bantu aku ke kamar," kata Aiden.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk menahan air matanya. "Aku pikir kamu bisa melihat. Bagaimana kamu bisa menangkapku?"     

Mata Aiden menyapu wajah kecil Anya yang terlihat lesu dan berkata, "Aku bisa mendengar langkah kakimu. Ketika aku mengikutimu, aku mendengar Hana tiba-tiba berteriak. Karena terkejut, tiba-tiba aku bisa melihat bayangan samar di hadapanku dan saat aku mengulurkan tangan secara insting, aku tidak menyangka benar-benar akan menangkapmu." Kebohongan itu keluar dari mulut Aiden dengan sangat lancar.     

Kepolosan Anya membuatnya tidak memahami bahwa Aiden sedang membohonginya. Ia menatap Aiden dengan heran. "Apakah mungkin matamu bisa melihat di saat-saat kritis seperti tadi?"     

"Mungkin saja," jawab Aiden sambil mengangguk.     

Otak Anya berputar dengan cepat. Apa mungkin mata Aiden bisa pulih jika ada sesuatu yang memicunya? Apakah ia harus mencoba mencari pemicunya? Siapa tahu mata Aiden akan pulih.     

Tetapi setelah mata Aiden pulih nanti, mungkin ia akan menyadari bahwa orang di sampingnya bukan Keara, wanita yang dicintainya. Setelah itu, Keara akan kembali dan Aiden dengan matanya yang sudah pulih akan kembali ke kehidupannya bersama dengan Keara, bukan bersama dengannya. Anya merasa sedih saat memikirkannya ...     

Aiden menatap Anya yang berdiri di hadapannya. Ekspresi di wajah wanita itu berubah dengan cepat. Sedetik ia berpikir dengan keras dan terlihat penuh harapan, sedetik kemudian ekspresinya menjadi sedih dan matanya kembali berkaca-kaca. Ia bisa mengira-ngira apa yang istrinya itu pikirkan.     

Sebenarnya, saat ia berobat ke luar negeri, dokter mengatakan bahwa matanya perlahan-lahan sudah mulai pulih. Selama ia berhati-hati dalam menggunakannya dan tidak bekerja terlalu keras, penglihatannya tidak akan mengalami masalah. Ia harus banyak beristirahat ...     

Selain itu, di luar negeri ia juga melihat Keara.     

Keara masih hidup, tetapi ia tidak pulang selama tiga tahun. Apa yang sebenarnya ia lakukan? Hal itu membuat Aiden merasa penasaran.     

Namun, ia tidak memedulikan Keara. Ia hanya mengkhawatirkan mengenai Nadine.     

Setelah kakaknya meninggal, ia hanya memiliki Nico dan Nadine, keluarga yang bisa ia percayai. Sebagai Paman mereka, Aiden memiliki tanggung jawab dan tugas untuk menjaga kedua keponakannya itu.     

Ketika ia melihat Keara, ia tidak mengatakannya kepada siapa pun, termasuk keluarga Pratama. Ia mengirim seseorang untuk mengikutinya secara diam-diam, hanya untuk mencari keberadaan Nadine.     

Di dalam hatinya, ia berharap Keara tidak kembali. Meski Keara kembali pun, ia dan Keara tidak memiliki hubungan apa pun. Keara akan kembali ke posisinya, sebagai tunangan Ivan.     

Kalau sampai hal itu terjadi, Aiden akan semakin kesulitan untuk menyingkirkan Imel dan Ivan karena ada dukungan dari Keluarga Pratama di balik mereka.     

Ia tidak ingin semuanya menjadi lebih rumit.     

Imel akan terus mengincarnya dan ingin menjatuhkannya demi membersihkan jalan Ivan.     

Ketika ia tidak berada di Indonesia, Imel tiba-tiba saja menyerang Anya, menuduhnya sebagai seorang pencuri dan melibatkan masa lalu Diana.     

Ia sengaja tidak membawa Anya dan memperkenalkannya ke Keluarga Atmajaya sebagai istrinya karena ia tidak mau sesuatu terjadi pada Anya. Anya terlalu polos dan lemah. Ia tidak akan tahan menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya.     

Aiden ingin Anya berkembang menjadi lebih baik. Ia ingin Anya belajar untuk melindungi dirinya dan berdiri dengan percaya diri. Pada saat itu, ia akan membawanya ke hadapan seluruh Keluarga Atmajaya.     

Anya memegang tangan Aiden dengan erat. "Aku akan membantumu ke kamar," katanya dengan pelan. Sebenarnya, ia menggandeng Aiden bukan untuk membantunya, tetapi untuk mencari kehangatan dan kenyamanan dari pria itu.     

Setelah kembali ke dalam kamar, Aiden langsung merengkuh Anya ke dalam pelukannya dan menutup pintu. Anya tidak bereaksi, ia hanya menerima pelukan itu dengan lunglai. Matanya yang berair menatap Aiden dengan gelisah.     

Aiden tersenyum tipis sambil menghapus air mata yang akan mengalir di pipi Anya. "Menguping bukanlah perbuatan yang baik, Nyonya Atmajaya."     

"Ah! Aku tidak menguping," Anya mengalihkan pandangannya dengan malu, tidak sadar bahwa telinganya memerah saat ia melontarkan kebohongan itu.     

"Benarkah? Apakah kamu tidak ingin tahu mengapa kamu mirip dengan Keara?" Aiden memandang wajahnya dengan lembut. Tubuhnya yang besar menyelimuti tubuh mungil Anya. Tangannya memegang dagu Anya, memaksa istrinya itu untuk menatapnya.     

Anya mengedip sekali, dua kali, tertegun dengan pertanyaan Aiden. Kemudian ia menjawab, "Bukankah kamu sudah mencari tahu?"     

"Kamu bilang kamu tidak menguping," kata Aiden sambil mengelus rambutnya, "Seberapa banyak yang kamu dengar?"     

Anya menelan ludahnya, tidak berani merahasiakannya dari Aiden. Ia mengakui bahwa ia mendengar pembicaraan antara Aiden dan Harris. "Sejak kamu bilang bahwa Indah Pratama bukan ibu kandung Keara."     

"Ibumu memiliki hubungan dengan Galih Pratama dulu. Tetapi mereka tidak bisa bersama karena Galih dipaksa untuk menikah dengan Keluarga Srijaya dan ia terpaksa mengkhianati ibumu. Setelah Keara lahir, ibu kandungnya meninggal. Galih ingin melanjutkan hubungan dengan ibumu, tetapi ibumu menolak," Aiden menjelaskan.     

Akhirnya Anya mengerti mengapa Diana tidak memperbolehkannya untuk menghubungi Galih Pratama. Dulu ibunya telah menolak Galih dan tidak ingin menjadi ibu sambung dari putrinya.     

"Ibumu kembali dari luar negeri sebagai seorang parfumeur terkemuka. Saat itu, Keluarga Tedjasukmana masih berjaya. Ia memutuskan untuk menikah dengan Deny dan melahirkanmu. Kamu tidak ada hubungan apa pun dengan Keluarga Pratama. Meski ayahmu memperlakukanmu dengan tidak baik, ternyata ia memang ayah kandungmu," Aiden memberitahu semua yang ia selidiki pada Anya.     

"Hmm ... Aku bersyukur aku tidak memiliki hubungan dengan Keluarga Pratama," kata Anya. Tidak peduli bagaimana ayahnya memperlakukannya, ia tetap menganggap Deny sebagai ayahnya.     

Aiden menatap wajah Anya dengan seksama. "Mengapa kamu tidak menanyakan mengenai Keara?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.