Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Aku Menyukaimu



Aku Menyukaimu

0"Jangan pernah mengatakan bahwa kamu akan meninggalkanku dan memberikan tempatmu pada wanita lain," Aiden menatap Anya yang terkulai lemah dalam pelukannya. Matanya sedikit memancarkan kesedihan saat mendengar bahwa Anya berniat untuk meninggalkannya. Sayangnya Anya sedang menundukkan kepalanya dan tidak bisa melihat hal itu.     

"Kamu bilang kita pernah bertemu. Tetapi sebenarnya kamu bukan membicarakan tentang aku. Kamu hanya melihat Keara dari wajahku. Orang yang menyelamatkanmu adalah Keara. Namun, Ivan ada di antara kalian sehingga kalian tidak bisa bersatu. Cinta kalian sudah sangat rumit. Aku tidak ingin menjadi batu sandungan di antara kalian ketika wanita yang kamu cintai kembali," bisik Anya dengan sedih. Hatinya terasa sakit saat ia menumpahkan semua rasa sesak di dadanya.     

"Kamu hanya ingin meninggalkanku. Kamu ingin pergi dan menjauh dariku," suara Aiden terdengar dingin.     

Anya langsung mengangkat kepalanya dan menatap mata Aiden dalam-dalam, "Tidak! Tidak pernah sekali pun aku berpikir seperti itu. Aku melakukan ini untukmu," katanya     

"Kalau tidak, mengapa kamu ingin meninggalkanku? Apakah kamu tidak menyukaiku?" tanya Aiden.     

"Aku menyukaimu," jawab Anya dengan frustasi. Ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan bahwa ia melakukan semua ini untuk Aiden, bukan untuk dirinya. Ia begitu bingung hingga tidak sengaja mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya di hadapan Aiden.     

"Apa yang kamu katakan?" tanya Aiden sambil memandang Anya dengan terkejut.     

Anya menutup mulut dengan tangannya, tetapi semuanya sudah terlambat. Aiden sudah mendengarkan pengakuannya. Aiden memegang pergelangan tangan Anya, menjauhkan tangan Anya dari bibirnya. Ia ingin mendengar lagi apa yang dikatakan oleh Anya. Ia ingin memastikan bahwa ia tidak salah mendengar.     

Anya menyukainya?     

Sementara itu, Anya hanya bisa menghela napas panjang. Tidak ada jalan untuk melarikan diri. Ia hanya bisa mengakuinya     

"Aiden, aku menyukaimu dan aku ingin hidup bersamamu. Meskipun aku hanyalah pengganti Keara, kamu tetap bersikap baik kepadaku. Selama ini, aku tahu betul semua kelembutanmu, perhatianmu dan rasa cintamu itu bukan untukku. Tetapi nyatanya aku terlalu serakah. Aku sangat bahagia saat kamu memperhatikanku, memanjakan aku, dan aku merasa kebahagiaan itu palsu," Anya menarik napas dalam-dalam. Air mata mulai mengalir di pipinya.     

"Aku sudah bertekad. Tidak apa-apa meskipun aku hanya pengganti, selama aku bisa hidup bersamamu. Aku sudah cukup puas dengan semua ini. Tetapi sekarang Keara sudah kembali dan kamu sudah tidak membutuhkan aku lagi. Apa lagi yang bisa aku lakukan selain pergi?" Anya mengucapkan kalimat terakhirnya dengan lirih. Rasa sakit yang ia rasakan di dadanya seakan terpancar, membuat Aiden akhirnya bisa memahami perasaan Anya.     

Aiden mendengarkan semua kata-kata Anya dengan sabar. Kemudian, tangannya mencubit hidung Anya dengan sedikit keras membuat hidung Anya memerah, "Kelinci kecil yang satu ini, siapa yang bilang kamu adalah pengganti?"     

"Kamu menikahiku karena aku mirip dengan Keara. Aku sudah tahu semuanya. Untuk apa kamu menyembunyikannya!" teriak Anya pada Aiden. Sekarang Anya lah yang merasa kesal pada Aiden. Rasa frustasi yang terus menumpuk, rasa kesal dan sakit hati di dadanya, membuat ia melupakan rasa takutnya pada Aiden dan meninggikan suaranya. Ia seperti kucing kecil yang sedang marah dan ingin mencakar majikannya.     

Aiden hanya tertawa saat memandangnya. Baru kali ini ia mendengar apa yang Anya pikirkan dan rasakan. Kelinci kecilnya sudah bisa bersikap ganas.     

Napas Anya tersenggal-senggal setelah melontarkan semua unek-uneknya. Air mata terus mengalir di wajahnya tanpa bisa ia hentikan. "Walaupun kamu percaya padaku hanya karena wajah ini. Walaupun orang yang ada di hatimu bukan aku. Aku masih bersyukur karena kamu telah memperhatikanku selama ini," kata Anya.     

Aiden mengecup pipi Anya, mencium air mata yang menetes satu demi satu dari sudut mata Anya. Senyum tersungging di bibirnya saat memandang wajah istrinya. "Kamu adalah Anya, istri dari Aiden. Kamu bukan pengganti siapa pun."     

Anya mengangkat kepalanya, matanya masih terlihat basah. "Kamu bilang aku bukan pengganti. Tetapi kita tidak pernah bertemu sebelumnya," kata Anya dengan serius.     

Aiden hanya mengangkat alisnya saat mendengar kata-kata Anya.     

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Anya.     

"Hmm …" Aiden menganggukkan kepalanya.     

"Kamu bilang aku pernah menyelamatkanmu. Sebenarnya, yang kamu maksud itu Anya atau Keara?" tanya Anya sekali lagi.     

"Anya," jawab Aiden. Pandangannya tidak sekali pun terlepas dari wajah Anya.     

"Aku?" tangan Anya terangkat, menunjuk ke arah hidungnya dengan tatapan tidak percaya.     

Apakah ia pernah menyelamatkan Aiden?     

Mengapa ia tidak bisa mengingat hal sepenting itu?     

Ia menyelamatkan seorang pria yang sangat tampan. Bagaimana mungkin ia tidak mengingatnya?     

Aiden memegang wajah Anya dengan lembut saat melihat Anya berpikir keras. "Anya, kita punya waktu seumur hidup untuk bersama. Aku akan menunggumu sampai kamu ingat dengan sendirinya. Tidak perlu memaksakan diri dan berusaha untuk mengingatnya. Kamu adalah kamu. Jadi ingatlah, kamu bukanlah pengganti siapa pun. Mengerti?"     

Anya menggigit bibir bawahnya dengan lembut dan bertanya. "Aku sempat terluka dan koma selama beberapa saat. Apakah kita saling mengenal pada saat itu?"     

"Apakah kamu tahu bagaimana kamu terluka?" tanya Aiden dengan lembut.     

"Aku … Saat itu aku sedang mengendarai sepeda setelah menjual bungaku. Aku berada di dekat sebuah gudang yang terbengkalai dan di gudang itu tiba-tiba …" Anya tiba-tiba menyadarinya. "Gudang itu meledak. Kamu berada di dalam gudang itu kan?"     

Aiden mengangguk, "Apakah Hana yang mengatakannya padamu?     

"Jangan salahkan Bu Hana. Aku yang memaksanya untuk menceritakannya kepadaku," Anya memutar otaknya dan membayangkan apa yang terjadi hari itu. Ia dan Aiden berada di tempat yang sama saat kecelakaan itu terjadi. "Apakah aku menyelamatkanmu pada hari itu?��� tanyanya     

Aiden tidak menjawabnya, tetapi jarinya menyentil dahi Anya dengan lembut. "Itu masa lalu. Lupakan saja. Tuhan ingin kita bertemu lagi untuk mengulang semuanya."     

"Mengulang semuanya? Tetapi kamu bilang ketika Keara kembali, aku harus kembali ke tempatku semula," kata Anya dengan suara pelan. Ia mendengar semua itu dengan jelas.     

Aiden menghela napas. "Aku bilang, Keara harus kembali ke tempatnya semula. Tidak ada hubungannya denganku apakah ia masih hidup atau sudah mati."     

"Ha?" Anya terlihat bingung. Apakah ini artinya ia salah paham? Apakah Aiden mengatakan bahwa Keara yang harus kembali ke tempat semula, bukan Anya?     

"Hmm …" Aiden mengangguk-angguk. "Tadi kamu bilang kamu menyukaiku, kan?"     

Anya tersedak ludahnya sendiri saat mendengar peralihan pembicaraan yang mendadak ini. Ia terbatuk-batuk dengan keras sambil berusaha untuk menutupi rasa malunya.     

Aiden terkekeh sambil menepuk-nepuk punggung Anya dengan lembut. "Aku memang tidak bisa melihat, tetapi aku bisa mendengar dengan jelas. Jadi, seberapa besar rasa sukamu kepadaku?" bisiknya.     

Wajah Anya memerah saat mendengar pertanyaan itu, tetapi kali ini ia menjawabnya dengan jujur. "Lebih dari sebelum kamu pergi ke luar negeri," jawab Anya.     

Senyum merekah di wajah Aiden saat mendengar jawaban itu. Ia memeluk tubuh Anya dan berkata, "Hmm … Baguslah kalau kamu menyukai suamimu. Kamu harus lebih percaya diri dan kamu boleh lebih menyukaiku lagi."     

Anya menguburkan wajahnya di dada Aiden dengan malu dan berkata dengan suara pelan, "Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga menyukaiku?"     

"Hmm … Tetapi kamu hanya menyukaiku sedikit saja. Padahal aku menginginkan lebih. Ditambah lagi, kamu selalu terlibat masalah," Aiden tidak menjawab pertanyaan Anya dan terus menggodanya.     

"Aku …" Anya tidak tahu harus berkata apa. Ia memang selalu merepotkan Aiden. Bahkan pria itu harus langsung menemuinya begitu tiba di Indonesia.     

Tetapi ia tidak menyadari bahwa Aiden sedang menatapnya dengan lembut. Tidak peduli seberapa besar masalah yang Anya timbulkan, Aiden akan selalu membantu dan melindunginya. Ia meletakkan bibirnya di dahi Anya dan berbisik, "Aku juga menyukaimu, kalau kamu menyukaiku."     

Hanya itu yang bisa Aiden katakan. Belum saatnya ia mengungkapkan perasaannya pada Anya.     

Anya mengangkat kepalanya dan menatapnya sambil tersenyum. "Benarkah?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.