Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Parfum Untukmu



Parfum Untukmu

0Aiden dan Anya tenggelam dalam ciuman mereka, saling berpelukan seolah ingin menggantikan waktu di mana mereka berpisah untuk sementara. Tangan Anya bersandar dengan nyaman di bahu Aiden. Sementara itu, salah satu tangan Aiden memegang belakang kepala Anya, memastikan Anya aman, dan tangannya yang lain memeluk pinggangnya dengan erat.     

Mereka melupakan segalanya. Mereka melupakan keberadaan Abdi di kursi depan. Mereka melupakan kenyataan bahwa mereka masih berada di dalam mobil. Mereka meluapkan bahwa saat ini mereka masih berada dalam perjalanan pulang, belum sampai di rumah.     

Tiba-tiba saja, suara ponsel Aiden memekak dengan keras, membuyarkan mereka dari lingkaran kecil cinta mereka. Harris menelepon Aiden untuk melaporkan perkembangan dari penyelidikan, membuat Aiden terpaksa melepaskan Anya dari pelukannya.     

Anya langsung duduk dengan tegak dan menjauhkan diri dari tubuh Aiden. Ia bergeser hingga mendekat ke pintu samping, berpura-pura memandang ke arah luar jendela, menikmati pemandangan yang sebelumnya ia lupakan. Namun rona di wajahnya tidak bisa ditutupi.     

Meski tidak ada orang di sekitar mereka, tetap saja Anya merasa malu seperti sedang kepergok melakukan kesalahn. Ia juga tidak berani menatap Aiden.     

Sementara itu, Aiden merasa kesal karena Harris mengganggu momennya bersama dengan Anya. Ia mengangkat telepon Harris dan berkata dengan tidak sabar, "Ada apa?"     

"Tuan, penyelidikannya sudah selesai. Rekaman CCTV juga berhasil dipulihkan. Nyonya Esther meletakkan resep formula tersebut di dalam lacinya. Tetapi tidak ada satu orang pun yang mendekati meja tersebut," kata Harris.     

"Lalu, bagaimana bisa resep itu muncul di tas Anya?" tanya Aiden.     

Harris juga tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu.     

Orang terakhir yang melihat dan menyimpan resep itu adalah Esther dan orang terakhir yang meninggalkan kantor adalah Anya. Satu-satunya kemungkinan hanyalah Esther kehilangan resep itu atau Anya mencurinya.     

Tetapi Anya juga tidak memiliki alasan untuk mencurinya. Apakah Esther yang melakukan semua ini?     

"Apakah pelakunya sudah tertangkap?" tanya Anya pada Aiden saat mengetahui bahwa Aiden sedang membahas masalahnya. Aiden hanya menggelengkan kepalanya sambil mendengar penjelasan Harris di telepon.     

"Saat ini, manajer toko masih terus bersikeras menuduh Nyonya sebagai pencurinya," kata Harris dengan malu. Ia malu karena tidak bisa melakukan apa pun untuk membuktikan bahwa Anya tidak bersalah. Ia malu karena tidak bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat.     

Aiden mengangkat alisnya sambil menatap ke arah wajah Anya. Istrinya itu sedang memandang ke arahnya dengan mata bulatnya yang polos. Kemudian Aiden berkata dengan santai, "Ia terlalu polos untuk merencanakan pencurian seperti itu. Ia harus membobol kunci laci meja kerja Esther dan menghindari CCTV. Anya tidak akan bisa melakukannya."     

Mendengar kata-kata Aiden, mulut Anya sedikit terbuka membentuk huruf o. Ia tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan Aiden. Bukankah itu sama saja dengan menyebutnya sebagai orang bodoh karena ia tidak bisa melakukan semua itu? Aiden hanya mengganti kata bodoh dengan kata yang lebih halus. Polos …     

Setelah menyadari bahwa Aiden menyebutnya bodoh, Anya langsung cemberut.     

Memang benar Aiden sangat pintar. Meski Aiden tidak bisa melihat, Anya sama sekali tidak bisa menyembunyikan apa pun darinya.     

'Tetapi bukan berarti aku bodoh hanya karena perbandingannya dengan Aiden! Aiden saja yang terlalu pintar, bukan aku yang bodoh!' pikir Anya sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Aku memang tidak mencurinya. Ben pasti memasukan amplop tersebut saat ia menggeledah tasku, saat aku tidak memperhatikannya!" kata Anya dengan kesal.     

Aiden mengulurkan tangannya dan mengelus puncak kepala Anya, merasa gemas dengan sikap kekanakan istrinya. Jarang-jarang ia bisa melihat Anya cemberut seperti anak kecil. Ia malah ingin terus menggodanya. "Kalau kamu tahu, mengapa kamu membiarkan dia menjebakmu?"     

"Aku …" Anya langsung berhenti berbicara dan menatap ke arah Aiden dengan penuh semangat, "Aiden, bisakah kamu meminta Harris untuk melihat rekaman CCTV saat Ben memasukkan amplop itu ke tasku?"     

Dari ujung telepon, Harris bisa mendengar kata-kata Anya. "Manajer itu mengetahui posisi kamera CCTV sehingga ia membelakanginya dan menutupi apa yang ia lakukan dengan tubuhnya. Tidak ada yang bisa melihat apa yang ia lakukan dengan jelas."     

"Hmm … Aku hanya ingin mendengarkan hasilnya. Lanjutkan penyelidikannya!" kata Aiden sebelum menutup teleponnya dengan acuh tak acuh.     

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di rumah. Aiden menggandeng tangan Anya untuk segera turun dari mobil. Hana bergegas untuk menyambut mereka. "Tuan, Anda sudah kembali!" sambutnya dengan hangat.     

"Hmm … Ada berita apa selama aku pergi?" tanya Aiden dengan santai.     

"Tidak ada apa-apa, Tuan. Selama Tuan pergi, rumah sepi karena Anya pergi bekerja dan mengunjungi Dokter Tara. Katanya ia ingin belajar teknik pijat demi Anda, Tuan," Cerita Hana dengan penuh semangat. Anya yang berada di samping Aiden hanya bisa meringis malu karena rahasianya dibongkar oleh Hana.     

"Anya juga berniat membuat masker mata untuk Anda tetapi belum sempat jadi karena kemarin malam ia sibuk membawa sebuah parfum," cerocos Hana.     

"Parfum?" tanya Aiden sambil mengangkat alisnya.     

"Parfum untukmu. Aku sudah membuatnya!" kata Anya sambil tersenyum.     

"Benarkah?" Aiden menatap Anya dengan tatapan yang sulit ditebak. Anya membuat parfum itu dengan sangat cepat. Apakah ia benar-benar ingin segera berpisah darinya? Apakah Anya sudah tidak sabar ingin bercerai darinya dan kembali ke pelukan Raka?     

Namun, Anya tidak menyadari tatapan aneh Aiden. Ia menggandeng tangan Aiden dan menuntunnya ke lantai atas, "Ayo ke kamar. Aku akan menunjukkannya padamu."     

Hana tersenyum dan segera meninggalkan Anya dan Aiden supaya mereka bisa berduaan. Ia tahu pasti Anya dan Aiden saling merindukan satu sama lain, jadi ia tidak ingin menjadi lalat yang mengganggu mereka terus menerus.     

Begitu mereka masuk ke dalam kamar, tanpa aba-aba Aiden langsung melepas kemejanya. Sebenarnya Aiden tidak bermaksud apa-apa, tetapi ia memang ingin ganti baju sejak turun dari pesawat. Sayangnya, ia tidak bisa pulang terlebih dahulu dan harus langsung menemui Anya.     

Anya terpaku di tempatnya. Matanya tertuju pada Aiden, tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh Aiden yang terlihat sangat atletis. Pandangannya terus terpaku pada perut Aiden yang kotak-kotak sambil berkata, "Apakah … Apakah kamu mau mandi dulu?"     

"Tidak. Semprotkan parfumnya di sini," kata Aiden sambil mengulurkan tangannya.     

Anya mengambil hasil percobaan parfumnya untuk Aiden dan menyemprotkannya di tangan pria itu dengan gugup. Aiden sedang berada di hadapannya dan setengah telanjang! Oh Tuhan …     

Sementara itu, Aiden sama sekali tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Anya. Ia mengangkat tangannya dan mendekatkannya ke arah hidungnya. Matanya terpejam saat ia menghirup aroma parfum itu dalam-dalam, berusaha untuk mempelajari parfum buatan Anya. Wajahnya terlihat sedikit tertegun setelah mencium aroma parfum tersebut.     

Aromanya sangat menyegarkan. Campuran dari aroma dedaunan yang ringan, dicampur dengan aroma citrus.     

"Bagaimana menurutmu?" tanya Anya dengan penuh semangat. Tatapannya yang penuh harapan itu membuat hati Aiden semakin luluh.     

"Apakah kamu tahu aku tidak menyukai bunga? Aku tidak menyangka parfum yang kamu buat untukku tidak akan memiliki wangi bunga, melainkan aroma tanaman yang murni dan elegan," Aiden tersenyum dengan hangat saat mengatakannya. Memang apa pun hasilnya, ia tetap akan menyukai parfum buatan Anya. Namun, istrinya itu benar-benar memikirkannya saat membuat parfum untuknya sehingga membuat dadanya terasa hangat. "Aku menyukainya. Sebutkan permintaanmu."     

"Apa pun?" tanya Anya dengan hati-hati. Ia sangat takut untuk memintanya. Bagaimana kalau setelah ia mengajukan permintaan, Aiden malah marah kepadanya dan memutuskan untuk meninggalkannya?     

"Apa pun!" jawab Aiden dengan tegas dan tenang. Namun sebenarnya, hatinya merasa sangat tegang. Jantungnya berdegup kencang seolah ada seseorang yang mencengkeramnya erat-erat.     

Jika Anya meminta untuk bercerai …     

Jika Anya meminta untuk berpisah darinya …     

Jika Anya menginginkan kebebasannya lagi …     

Apakah ia bisa menyetujuinya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.