Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kepanasan



Kepanasan

0"Apa pun?" tanya Anya sambil memandang ke arah Aiden. Ia merasa takut untuk meminta hal ini, tetapi ia benar-benar membutuhkannya.     

"Apa pun!" jawab Aiden dengan tenang, berkebalikan dengan perasaannya yang sesungguhnya.     

"Apakah kamu bisa bekerja sama dengan ayahku? Ia memiliki tanah tetapi tidak punya modal untuk mengembangkannya," kata Anya.     

Aiden merasa bersyukur karena Anya tidak meminta cerai darinya, tetapi bukan berarti ia menyukai permintaan yang diajukan oleh Anya. Anya meminta sesuatu untuk ayahnya. "Apakah Deny yang menyuruhmu untuk meminta kepadaku?" katanya dengan dingin.     

Anya bisa merasakan kekesalan Aiden. "Ah, kalau kamu tidak bisa memenuhinya. Aku bisa mengubah permintaanku," kata Anya dengan pelan. Suaranya sedikit bergetar saat mengatakannya.     

Aiden tidak berniat membuat Anya takut. Ia menghela napas panjang dan berkata, "Tidak perlu."     

"Ia tetap ayahku," kata Anya dengan suara yang semakin pelan dan semakin pelan. Setelah itu ia tidak mengatakan apa pun.     

Ia tidak bisa mengatakan pada Aiden bahwa ia melakukan semua ini bukan untuk Deny. Semua ini demi resep parfum ibunya yang berada di tangan Deny. Ia harus bisa mendapatkan resep parfum itu, bagaimana pun caranya.     

"Baiklah. Aku sudah berjanji dan tidak akan mengingkari janjiku. Aku akan memberi ayahmu kesempatan," kata Aiden dengan sedikit enggan. Namun, janji adalah janji. Ia tidak akan mengingkari janjinya, terutama pada Anya. "Apakah kamu bisa mengambilkan masker mata untukku? Aku juga ingin tahu teknik pijat yang kamu pelajari dari Dokter Tara," Aiden mengalihkan pembicaraan karena ia tidak ingin membahas mengenai Deny lagi.     

"Tunggu sebentar," Anya mengangguk dan segera mengambil masker mata. Ia menghangatkan masker mata itu sambil membuat secangkir teh osmanthus untuk Aiden. Setelah itu, ia membawa cangkir teh tersebut kembali ke kamar.     

Saat ia masuk ke dalam kamar dan meletakkan cangkir teh yang dibawanya, ia tidak bisa menemukan sosok Aiden di dalam. Kemudian, ia mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.     

Anya berbalik dan melihat Aiden hanya berbalutkan handuk mandi di pinggangnya. Kepulan uap masih terlihat dari sekitar tubuhnya. Handuk besar di pinggangnya itu tidak bisa menutupi tubuh indah Aiden. Untung saja Anya sudah meletakkan cangkir yang ia bawa di atas meja. Kalau tidak, mungkin ia akan menjatuhkannya karena terpana saat memandang Aiden.     

"Kemarilah!" kata Aiden dengan suara rendahnya.     

Mata Anya masih terpaku pada otot-otot Aiden, seolah otot itu memiliki magnet, membuat Anya tidak bisa megalihkan pandangannya. Tubuh Aiden luar biasa indah hingga bisa membuat semua wanita mimisan!     

Begitu pemikiran itu terlintas di benaknya, Anya merasa hidungnya gatal dan segera mengusapnya dengan tangan.     

Saat melihat tangannya dan menemukan bercak darah, ia baru sadar kalau ia benar-benar mimisan!     

Astaga, ini sungguh memalukan! Mungkin ia adalah wanita pertama dalam sejarah yang mimisan saat melihat tubuh suaminya sendiri!     

Anya langsung menutupi hidungnya dan berlari ke arah kamar mandi. Ketika ia melewati Aiden, pria itu langsung memegang tangannya. "Ada apa?" tanya Aiden. Ia sudah tahu apa yang terjadi tetapi ia berusaha untuk menyembunyikan senyumnya dan bertanya pada Anya dengan sengaja. Ia sengaja ingin menggoda istrinya yang seperti kelinci kecil ini.     

"Eh? Tidak ada apa-apa? Aku ingin ke kamar mandi," kata Anya sambil melepaskan dirinya dari Aiden dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.     

Aiden tertawa kecil melihat tingkah Anya. Istrinya itu sungguh menggemaskan …     

Anya segera membasuh wajahnya dengan air dingin. Kemudian, ia menepuk-nepuk dahi dan lehernya dengan air dingin, sambil berusaha untuk menenangkan dirinya. Butuh waktu beberapa saat hingga mimisannya berhenti.     

Ketika Anya keluar dari kamar mandi, bajunya setengah basah karena cipratan air.     

"Aku mencium bau darah. Apakah kamu terluka?" tanya Aiden dengan tiba-tiba. Sepertinya ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk terus menggoda Anya.     

Anya menatap Aiden sambil bergumam pelan. Bagaimana bisa penciuman Aiden begitu luar biasa? Sepertinya penciumannya sama dengan serigala!     

"Tidak. Hidungku berdarah. Mungkin aku hanya kepanasan," Anya tertawa kecil, berusaha untuk menutupi rasa malunya.     

Ia berjalan ke arah lemarinya dan mengeluarkan sebuah kaos. Ia ingin mengganti pakaiannya yang basah, namun tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh bayangan hitam yang besar.     

"Apakah kamu ingin aku membantumu agar tidak kepanasan lagi?" Aiden mengedip ke arahnya dengan tatapan yang ambigu.     

"Tidak, tidak!" kata Anya sambil menggoyang-goyangkan tangannya.     

Aiden tersenyum saat melihatnya. Ia menundukkan kepalanya dan mencium kening Anya dengan lembut. "Aku juga kepanasan. Apakah kamu tidak mau membantuku untuk mendinginkannya?"     

"Aku sudah membuatkanmu teh osmanthus. Mungkin itu bisa membantumu," kata Anya sambil menghindar.     

"Ah ..." Aiden tersenyum sambil terus menggoda Anya. "Tapi aku maunya kamu."     

"Ak- ... Aku ..." Anya terlihat panik dan kebingungan. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Seperti kelinci kecil yang gemetaran saat ditatap oleh seekor serigala besar.     

Aiden memegang dagu Anya dengan lembut dan mengecup bibirnya sekilas. Sepertinya ia harus berhenti menggoda istrinya. Kalau tidak, kelinci kecil yang satu ini akan segera kabur. "Ayo, pijat aku," katanya mengalihkan pembicaraan.     

Mata Anya yang besar berkedip beberapa kali saat Aiden melepaskannya.     

Aiden pernah berkata bahwa ia tidak akan memaksanya untuk melakukan apa pun dan pria itu selalu menepati janjinya. Suaminya itu tidak hanya tampan dan kaya, tetapi juga bersikap sangat lembut padanya, seperti seorang pria sejati.     

Anya tersenyum saat memikirkannya.     

Ia berjalan menuju ke tempat Aiden dan mulai memijatnya, sesuai dengan yang diajarkan oleh Tara. Aiden merasa sangat senang. Apa pun yang Anya lakukan untuknya, sekecil apa pun, akan membuat hatinya terasa hangat. Bibirnya sedikit melengkung membentuk senyuman saat memejamkan mata.     

"Apakah kamu menyukainya?" tanya Anya.     

"Hmm ... Aku menyukainya," kata Aiden sambil tetap memejamkan matanya.     

"Apakah aku bisa mendapatkan hadiah jika bersikap seperti istri yang baik?" tanya Anya.     

"Hadiah apa yang kamu inginkan?" jarang-jarang Anya meminta hadiah padanya seperti ini. Biasanya, Anya selalu takut untuk mengungkapkan pendapat dan keinginannya pada Aiden.     

"Kalau kamu tidak berniat untuk menceraikanku sementara ini, bisakah kamu memberiku ruangan untuk aku bekerja? Ruang parfum?" tanya Anya dengan suara pelan.     

Jantung Aiden seolah berhenti berdetak sedetik. Mengapa istrinya itu berpikir bahwa ia akan menceraikannya?     

"Ada kamar kosong di sisi kiri lantai dua yang bisa kamu gunakan," kata Aiden dengan tenang. "Sekarang, bagaimana kamu berterima kasih kepadaku?"     

Anya tidak berpikir dua kali. Ia langsung memegang wajah Aiden dan mengecup bibirnya sekilas. Kecupan sekilas itu sudah cukup untuk mengganggu hati Aiden yang damai. Jantungnya langsung berdegup dua kali lebih kencang.     

"Apakah ini cukup?" Anya merasa malu dan wajahnya merona.     

"Tidak cukup. Lagi," Aiden sengaja menggodanya.     

"Hmm ... Aku akan memberimu yang lebih besar ketika ruang parfumnya jadi," janji Anya dengan mata yang berbinar-binar.     

"Benarkah? Seberapa besar yang akan kamu berikan?" Aiden tertawa kecil sambil mengacak-acak rambut Anya.     

"Sangat besar dan manis. Aku pasti akan sangat senang ketika ruang parfum itu jadi dan aku yakin ..." Anya belum sempat menyelesaikan kata-katanya ketika ia mendengar suara ponsel Aiden berbunyi.     

Aiden mengulurkan tangannya dan mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Ia segera mengangkat panggilan tersebut, "Ada apa?"     

"Tuan, apakah Nyonya bersama dengan Anda?" tanya Harris.     

Mendengar pertanyaan Harris, ia tahu bahwa masalah ini bukan masalah yang sepele sehingga ia tidak mau melibatkan Anya. "Anya, bantulah Hana untuk menyiapkan makan siang. Aku ingin makan masakanmu."     

"Eh? Sekarang?" tanya Anya dengan heran. Namun, setelah itu ia mengangguk dan turun ke bawah.     

Ia tahu bahwa Harris yang menelepon Aiden sehingga ia mengira Harris akan membahas mengenai masalah Rose Scent. Namun sepertinya Aiden dan Harris ingin membahas rahasia perusahaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.