Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Membela Diri



Membela Diri

0Tubuh mungil Anya terkubur dalam pelukan Aiden. Aiden mempererat pelukannya dan mencium aroma samar dari tubuh istrinya. Hatinya terasa damai. Ia sudah pulang ...     

"Apakah kamu merindukanku?" napasnya yang hangat menggelitik telinga Anya, tetapi Anya merasa nyaman.     

Ia menganggukkan kepalanya sambil tetap menguburkan wajahnya di dada Aiden. Kemudian ia menengadah dan menatap Aiden dengan mata berkaca-kaca. "Aku membuat masalah lagi," katanya dengan lemah.     

"Hmm ..." Ketika Aiden masuk, ia mendengar bahwa Ben berteriak, mengatakan bahwa ia menemukan resep yang hilang itu di tas Anya dan meminta seseorang untuk segera menelepon polisi.     

"Aiden, aku tidak mencurinya. Aku tidak tahu mengapa resep itu ada di dalam tasku," Anya bergegas menjelaskan.     

"Aku tahu," suara Aiden terdengar tenang, membuat Anya ikut merasakan ketenangannya. Ia tidak lagi panik, selama ada Aiden bersamanya.     

"Kamu percaya kepadaku?" mata Anya terlihat berbinar, memancarkan cahaya yang terang.     

"Apa yang kukatakan kepadamu saat ada sesuatu terjadi?" Aiden tersenyum saat menatap Anya.     

"Aku berusaha untuk tetap tenang dan tidak panik. Aku hanya tidak ingin kamu salah paham padaku," kata Anya dengan pelan.     

"Kamu peduli dengan pendapatku?" tanya Aiden dengan senang.     

"Tentu saja. Bagaimana mungkin aku tidak peduli," Anya menundukkan kepalanya dengan malu meski ia tidak melakukan kesalahan apa pun, "Aku takut kamu tidak mempercayaiku dan tidak menyukaiku lagi."     

"Bukankah kamu bilang aku bijaksana. Bagaimana mungkin aku tidak mengetahui trik kecil seperti ini," kata Aiden sambil mengangkat kepalanya. Ia menatap Ben yang tadi berteriak untuk memanggil polisi dengan tatapan yang dingin dan mematikan.     

Esther yang mengikuti Anya langsung turun tangan. "Ada sedikit kesalahpahaman di toko kami. Aku tidak menyangka akan mengganggu Tuan Aiden," kata Esther dengan tenang.     

"Sedikit kesalahpahaman?" Aiden mendengus dengan dingin. "Kalian menggeledah tas Anya dan melanggar privasinya. Apakah benar ini hanya kesalahpahaman kecil?"     

Esther tertawa kecil. "Jangan terlalu serius, Tuan Aiden. Ini benar-benar hanya kesalahpahaman. Kemarin malam Anya bekerja di ruang parfumku untuk menyiapkan bahan dasar parfum. Aku meninggalkan resep itu agar ia bisa mempelajarinya. Manajer mengira bahwa aku kehilangan resep itu. Ini hanyalah masalah komunikasi yang buruk saja."     

Aiden tidak menatap Esther yang menjelaskannya. Ia menatap Anya yang masih berada di pelukannya. "Aku ingin mendengarnya darimu."     

Setelah terjebak dalam rencana busuk Natali dan dipermalukan di hadapan umum oleh Raisa, Anya menyadari satu hal. Jika semuanya tidak diselesaikan hari ini, jika semuanya tidak dijelaskan dengan benar, ia akan kehilangan pijakannya di dunia parfum untuk selamanya. Nama baiknya akan tercoreng dan mungkin ia tidak akan menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang parfumeur seperti ibunya.     

"Anya, aku sangat mempercayaimu sehingga aku membiarkanmu bekerja di ruang parfumku. Ben sudah bersamaku selama lima tahun dan ia sangat setia. Hal yang terjadi saat ini hanyalah sebuah kesalahpahaman semata. Aku harap kamu mau memaafkannya," kata Esther.     

Anya merasa bimbang. Bagaimana ia bisa mengampuni Ben begitu saja? Kalau ia membiarkan Ben terus menyebutnya sebagai pencuri dan tidak memperjelas masalah ini, karirnya akan benar-benar tamat sebelum bisa dimulai.     

Aiden menatap Anya, membelai rambutnya saat melihat kening istrinya itu berkerut dalam-dalam. "Tidak peduli keputusan apa yang kamu pilih, aku akan selalu mendukungmu. Biarkan aku mengingatkan sesuatu kepadamu. Lakukan apa pun yang kamu mau," kata Aiden dengan lembut.     

Aiden akan selalu berada di belakang Anya untuk membantunya kapan pun Anya membutuhkan. Jika Anya sudah tidak sanggup untuk menyelamatkan dirinya, Aiden akan turun tangan. Tetapi ia ingin melihat Anya dalam menyelesaikan masalah ini. Ia ingin Anya belajar untuk membela dirinya.     

Anya melepaskan dirinya dari pelukan Aiden, membantunya untuk duduk di sofa untuk tamu dan memegang tangannya. "Aku tahu kamu khawatir. Biarkan aku mencoba untuk menyelesaikannya," kata Anya dengan tegas.     

"Baiklah," Aiden duduk di sofa tamu itu dengan santai, tetapi auranya seolah membuat ruangan itu menjadi sesak.     

Anya berjalan menuju ke arah Esther dan berkata, "Bu Esther, saya merasa privasi saya sudah dilanggar. Di kantor Anda terdapat CCTV dan pasti ada rekaman saat tas saya digeledah. Jika rekaman itu tersebar, semua orang akan menganggap aku mencuri resep Anda dan manajer menggeledah tas saya. Siapa yang mau mempekerjakan saya kalau hal itu terjadi?"     

"Anya, aku akan meminta rekaman itu untuk dihapus dan meminta Ben untuk meminta maaf padamu," kata Esther sambil melirik ke arah Ben.     

Esther tahu betul apa yang dilakukan oleh Ben, tetapi tidak mudah untuk mengungkapkannya di depan umum. Ia bukan orang bodoh dan sudah lama bekerja di dunia bisnis yang kejam seperti ini. Bagaimana mungkin Anya resep itu masih berada di dalam tas Anya jika ia mencurinya kemarin malam? Pencuri mana yang sebodoh itu.     

Selain itu, Ben sudah bekerja bersamanya selama lima tahun dan selalu setia kepadanya. Ia ingin memberikan kesempatan bagi Ben untuk meminta maaf.     

Namun, Ben salah mengira. Ia tidak memahami isyarat yang diberikan oleh Esther dan tidak berterima kasih. Ia berkata dengan penuh semangat, "Bu Esther, Anda tidak bisa membiarkan pencuri ini berkeliaran."     

"Sepertinya manajer yakin bahwa aku adalah pencurinya. Masalah ini tidak akan selesai hanya dengan permintaan maaf. Aku telah difitnah!"     

Anya menatap ke arah Aiden dan berkata dengan suara yang tenang, "Hari ini Aiden datang ke tempat ini. Semua orang akan mengira Bu Esther tertekan dan membelaku karena paksaan Aiden. Aku tidak bisa membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Lebih baik panggil saja polisi. Biarkan mereka yang mengusutnya."     

Anya tidak akan membiarkan Ben menuduhnya dan diam saja. Natali dan Raisa terus mempermalukannya, membuat orang lain merasa bahwa ia mudah untuk ditipu. Ia tidak boleh bersembunyi dan ketakutan dalam menghadapi semua ini karena semua orang akan memperlakukannya dengan seenaknya. Ia harus menghadapinya dengan berani.     

Setelah mengatakannya, Anya menatap ke arah Aiden. Aiden hanya mengangguk, menandakan bahwa ia setuju.     

"Bu Esther, mari kita panggil polisi," Ben juga bersikeras.     

Esther merasa kepalanya pusing. Ia berusaha untuk menghentikan agar masalah ini tidak terlalu besar namun Ben terus memaksanya untuk menelepon polisi. Selain itu, Aiden juga terlibat dalam masalah ini. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.     

"Manajer, apakah kamu tidak paham bahwa Bu Esther berusaha keras untuk membelamu. Ia berusaha untuk menutupi kesalahanmu, bukan aku. Aku tidak mencurinya dan Bu Esther tahu itu. Menurutmu, apa yang akan terjadi jika polisi ikut terlibat dan mengetahui siapa sebenarnya yang mencuri resep tersebut?" kata-kata Anya membangunkan Ben dari drama yang ia rancang.     

Mata Ben terbelalak dan menatap ke arah Esther dengan tidak percaya. Sementara itu, Esther hanya diam saja. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.     

Dalam beberapa saat, polisi tiba di tempat itu. Aiden hanya bersandar di sofa dengan malas-malasan seolah tidak ada yang terjadi.     

"Tuan, apa yang harus saya lakukan?" Harris mengetahui bahwa Aiden berada di mall tempat Rose Scent berada. Ia segera menjemput Pengacara Eddy dan membawanya menuju ke Rose Scent untuk menemui Aiden.     

Mereka tiba pada saat yang bersamaan dengan kedatangan polisi.     

"Interogasi semua pegawai toko. Urus rekaman CCTV di kantor Esther. Jika rekaman pencurian itu sudah dihapus, suruh seseorang untuk mengembalikannya. Sebelum masalah ini selesai, tutup Rose Scent untuk sementara."     

Anya tidak tahu bahwa mall ini adalah salah satu bisnis yang dimiliki oleh Keluarga Atmajaya sehingga Aiden bisa sesuka hati menutup tenant yang ada di dalamnya. Ia tidak tahu bahwa suaminya adalah pria yang benar-benar berkuasa.     

Aiden bangkit berdiri dari sofa tersebut dan menghampiri Anya. "Ayo kita pulang ..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.