Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Aku Merindukanmu



Aku Merindukanmu

0Ketika semua orang sedang menghina Anya, wanita yang ditunjuk oleh mereka sedang tertidur dengan lelap di kamarnya. Ia tidak tahu apa pun dan tidak peduli apa yang terjadi di internet.     

Setelah sarapan, Anya berangkat ke tempat kerjanya seperti biasa. Ia tiba tepat pukul delapan pagi di Rose Scent.     

Begitu ia memasuki toko, Ben langsung berkata kepadanya, "Anya, Bu Esther sudah kembali. Ia memintamu untuk segera ke atas."     

"Baik," Anya mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja dan naik ke lantai atas untuk bertemu Esther.     

Esther sedang duduk di kursinya dan membaca berita dari internet.     

Meskipun di dunia ini semua orang memiliki kebebasan untuk berbicara, namun, kata-kata beberapa orang sangat tidak enak untuk di dengar. Semua orang menganggap Anya sebagai wanita yang berkepribadian buruk dan akan melakukan apa pun demi balas dendam.     

"Selamat pagi, Bu Esther," Anya memasuki kantor Esther sambil membawa secangkir kopi panas.     

"Duduklah!" kata Esther.     

Anya meletakkan kopi yang dibawanya, tetapi ia tidak duduk. Sebaliknya, ia melangkah mundur dan membungkuk di hadapan Esther. "Bu Esther, saya minta maaf telah menyebabkan pengaruh buruk pada Rose Scent karena urusan pribadi saya."     

"Itu bukan salahmu. Aku memang tidak menyukai orang yang membuat keributan, tetapi aku juga tidak menyukai orang yang penakut. Kamu sudah berusaha sebaik mungkin." Sebuah senyum tipis muncul di bibir Esther.     

"Apakah Anda tidak menyalahkan saya?" Anya menatap Esther dengan terkejut.     

"Mengapa aku harus menyalahkanmu?" Esther tertawa. "Aku dengar dari Ben, kamu melayani sepasang kekasih untuk membuat parfum mereka dan membuat mereka sangat puas pada pelayananmu. Mereka sangat menghargai bantuan darimu."     

"Itu sudah menjadi tugas saya," kata Anya sambil tersenyum malu.     

"Biasanya aku yang membuat bahan dasar pada area pembuatan parfum khusus. Kamu bisa mengubahnya atau menambahkan beberapa bahan dasar baru sesukamu. Area itu akan menjadi tempat kerjamu," Esther memberikan tanggung jawab ini kepada Anya. Ia menghargai hasil kerja Anya dan mempercayakan tugas itu kepada Anya.     

"Terima kasih, Bu Esther. Saya akan berusaha keras!" Anya menerima tugas itu dengan penuh semangat.     

"Aku harus pergi pagi ini. Ketika aku kembali nanti sore, kamu dan aku akan masuk ke dalam ruang parfum," kata Esther.     

Mata Anya berbinar mendengar kata-kata Esther. Ia bisa memasuki ruang parfum!     

Ruangan yang dimaksud Esther adalah sebuah ruangan untuk pembuatan parfum. Memang tidak seperti laboratorium Esther yang sangat canggih, tetapi tempat itu juga dipenuhi dengan berbagai peralatan canggih. Di salah satu sisi ruangan terdapat jendela kaca besar, sehingga para tamu yang ingin melihat cara pembuatan parfum bisa melihat dari luar.     

Esther juga salah satu parfumeur yang terkenal di kota ini. Keterkenalannya hampir mengimbangi Amore. Itu sebabnya Anya bersedia bekerja di tempat ini. Ia ingin belajar banyak dari Esther di Rose Scent.     

Tentu saja ia merasa sangat senang jika Esther mau mengajaknya untuk bekerja di ruang parfum sebagai asisten. Ia sangat menantikannya!     

Pagi hari ini terasa sangat tenang. Tidak ada yang mengganggu Anya dan tidak ada yang menyebabkan keributan di toko. Anya bisa bernapas lega dan melakukan tugasnya dengan tenang.     

Pada jam makan siang, Anya mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan suara pada Aiden.     

'Apakah kamu tidur?' tanyanya.     

Aiden langsung membalas pesan tersebut. 'Setelah pengobatan kemarin, mataku bisa melihat bayangan kabur, tetapi masih tidak bisa melihat cahaya dengan jelas. Dokter mengatakan bahwa sulit untuk langsung pulih dalam waktu singkat.'     

Kemarin Anya merasa sangat senang ketika Aiden menceritakan kepadanya bahwa ia akan menemui dokter. Tetapi tidak ada berita dari pria itu hari ini sehingga Anya memperkirakan bahwa hasilnya tidak baik.     

Ia tidak tahu bagaimana harus menghibur Aiden. Hatinya sendiri juga terasa sakit mendengar berita yang kurang menyenangkan ini. Aiden pergi berobat dengan harapan di hatinya, tetapi hasilnya membuat harapan itu kembali pupus untuk kesekian kalinya.     

Anya segera mengirimkan sebuah pesan suara lagi. 'Jangan terlalu memikirkannya. Istirahatlah! Besok semuanya akan membaik.'     

Tidak ada balasan yang datang dari Aiden. Mungkin pria itu sudah tidur …     

Anya menikmati makan siangnya sambil membaca berita di internet. Siapa yang tahu bahwa dirinya lah yang memenuhi seluruh berita di internet …     

Ia pikir setelah Raisa meminta maaf dan mengakui bahwa ia telah memfitnah Anya, semuanya akan baik-baik saja. Ia akan kembali tenang.     

Tetapi orang-orang malah mencari latar belakang keluarganya dan kehidupan percintaannya.     

Yang lebih parah lagi, seseorang menyebarkan sebuah foto ibunya dengan komentar mengatakan bahwa ibunya seperti setan hanya karena wajahnya yang buruk rupa.     

Anya tidak marah dengan semua kebencian yang ditujukan kepadanya. Tetapi ia marah saat ada seseorang yang menyangkut pautkan ibunya. Ia merasa sangat marah!     

Ibunya sudah lama bercerai dari ayahnya. Dan selama ini tidak ada yang pernah memperhatikan mereka …     

Namun, begitu ia terlibat masalah dengan Keluarga Mahendra, tiba-tiba saja foto-foto ibunya disebarkan ke internet.     

Siapa yang melakukan semua ini?     

Siapa yang berani melakukan ini kepada ibunya?     

Anya merasa sangat marah, sangat sangat marah! Tetapi ia tidak tahu bagaimana harus menyelesaikan hal ini. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.     

Apa yang bisa ia lakukan untuk mencari orang yang menyebarkan berita ini? Ia sama sekali tidak tahu siapa yang melakukannya.     

Ketika ia tenggelam dalam pikirannya, Aiden meneleponnya.     

"Jangan khawatir. Aku sudah menyuruh orang-orangku untuk menghapus berita itu dari internet. Aku juga mencari tahu siapa yang menyebarkannya," suara Aiden yang dalam dan menenangkan di telinga terdengar dari ujung telepon.     

Anya pikir Aiden sedang tidur, tetapi ternyata pria itu sedang mengurus masalah yang melibatkan Anya sehingga tidak bisa membalas pesannya.     

Hati Anya terasa hangat dan air mata menggenang di pelupuk matanya."     

"Apakah aku menyulitkanmu?" tanya Anya dengan hati-hati.     

"Kamu dan ibumu telah diabaikan selama bertahun-tahun, tetapi sekarang mereka semua tiba-tiba memperhatikanmu dan mengorek-ngorek latar belakangmu hanya karena kamu menjadi kekasihku. Semua ini bukan salahmu," kata Aiden.     

Di tempat Aiden saat ini, hari sudah subuh dan Aiden seharusnya tidur dengan nyenyak di atas tempat tidurnya yang nyaman. Tetapi ketika ia melihat semua orang menghina Anya, ia tidak bisa diam saja.     

Mata Anya memerah. "Apakah hal seperti ini akan terus terjadi?"     

"Anya, tidak peduli apa pun yang terjadi, jangan panik. Kita berdua akan menyelesaikannya bersama-sama," Aiden berusaha untuk menghiburnya.     

Suaranya terdengar sangat tenang dan tegas sehingga membuat Anya yakin bahwa ia bisa mengandalkan suaminya itu.     

"Baiklah. Jika ada yang bisa aku bantu, katakan saja," Anya kembali tenang setelah mendengar suara Aiden.     

Bibir Aiden menyunggingkan senyum tipis. "Kamu sudah melakukan semua yang kamu bisa lakukan. Sekarang aku yang akan mengurus sisanya."     

"Aiden …" Anya menyebutkan namanya dengan lirih. Air mata sudah mulai mengalir dari pelupuk matanya.     

Jantung Aiden berdebar saat mendengar Anya memanggil namanya. Ia benar-benar suka saat mendengar namanya keluar dari mulut Anya.     

"Aku akan kembali besok lusa," nada Aiden semakin lembut.     

"Aku merindukanmu," suara Anya tercekat saat mengatakannya. Ia merindukan Aiden. Aiden sama seperti perisainya yang melindunginya dari apa pun. Namun sekarang, ia harus berjuang sendirian tanpa ada satu orang pun yang membantunya.     

Hati Aiden luluh saat mendengarnya. Baru pertama kali ini Anya mengatakan bahwa ia merindukannya. "Aku akan segera mengganti tiket pesawatku. Kembalilah bekerja. Aku akan tidur," kata Aiden.     

"Selamat malam," kata Anya dengan suara pelan.     

"Hmm …" Aiden menutup panggilan tersebut dan melihat ke arah langit yang masih gelap. Ia memandang ke arah lautan dan matanya telrihat dalam.     

Anya segera kembali dari tempat istirahatnya dan segera memusatkan perhatiannya untuk bekerja. Banyak orang yang datang ke Rose Scent hari itu, bukan untuk membeli parfum, tetapi untuk melihat wanita yang berada di dalam berita.     

Ben memanfaatkan kesempatan itu untuk menawarkan produk-produk Rose pada orang-orang tersebut. Anya tetap mempertahankan senyum profesionalnya dan tersenyum pada semua orang setiap saat.     

Ia tahu semua orang menghinanya diam-diam. Dan bahkan ada beberapa orang yang menghinanya secara terang-terangan.     

Anya hanya bisa tetap tersenyum sambil menelan kepahitan yang ia rasakan dalam hatinya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.