Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Panggilan Video



Panggilan Video

0"Apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu ingin mencabut tuntutannya dengan sukarela?" tanya Aiden.     

"Aku berencana meminta Raka untuk menjelaskannya," kata Anya dengan hati-hati.     

"Hmm … Terserah kamu saja. Jika kamu percaya Raka bisa menjelaskannya untukmu, kamu bisa menggunakannya," kata Aiden dengan tenang.     

Anya menggigit bibirnya dan bertanya dengan ragu, "Apakah kamu marah?"     

"Menurutmu bagaimana?" Aiden tidak menjawab pertanyaan Anya.     

"Kalau kamu memiliki mantan kekasih dan masih terlibat dengan mantan kekasihmu hingga saat ini, aku mungkin akan merasa tidak nyaman. Jadi …"     

"Jadi, biarkan Raka segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin agar ia tidak mengganggumu lagi," Aiden menyelesaikan apa yang ingin dikatakan oleh Anya.     

Anya tersenyum mendengar jawaban Aiden. Sepertinya pria itu mengetahui semua yang ia pikirkan. "Bagaimana bisa kamu mengetahui semua yang kupikirkan? Kamu memang hebat."     

Aiden mendengus dingin saat mendengar pujian Anya. "Apakah kamu pikir aku akan membiarkan Keluarga Mahendra begitu saja hanya karena kamu sedikit memujiku?"     

Anya terkejut mendengarnya. Ia tidak bermaksud berbuat seperti itu. Ia memang benar-benar takjub karena Aiden seperti mengetahui semua isi kepalanya. Namun, sejak awal Aiden memang sangat sensitif jika membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan Raka.     

Sekarang Raisa sengaja membuat keributan besar yang melibatkan Raka hingga membuat Irena datang untuk mengancam Anya.     

Aiden adalah pria yang sangat posesif. Ia tidak ingin apa pun miliknya disentuh oleh orang lain dan sekarang Anya adalah miliknya, wanita yang berharga baginya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun, terutama Raka Mahendra, menyentuh kepunyaannya.     

Namun, Raisa malah sengaja menghina Anya, di depan umum. Bagi Aiden, itu sama saja dengan menghinanya.     

Anya tidak berani memikirkan bagaimana jika Keluarga Mahendra tidak bisa mengatasi masalah ini dengan benar. Ia tidak berani membayangkan apa yang akan Aiden lakukan ketika ia kembali.     

Mungkin Aiden akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan tanah yang dimiliki oleh Keluarga Mahendra?     

"Bukan itu maksudku. Kalau Raka tidak bisa menyelesaikannya dengan benar, aku akan menunggumu hingga kembali. Aku tidak ingin berurusan dengan mereka lagi. Aku lelah melihat mereka semua datang ke tempat kerjaku setiap saat," suara Anya terdengar lemah.     

"Hmm … Cepat ganti bajumu. Harris akan menyelesaikan semuanya," Aiden merasa sedikit tenang mendengar Anya bergantung padanya. Ia tahu Anya sudah berusaha sebaik mungkin agar ia tidak ditindas begitu saja oleh Keluarga Mahendra. Kalau Keluarga Mahendra masih bertindak keterlaluan, Aiden sendiri yang akan turun tangan.     

"Cepatlah pulang!" kata Anya sebelum menutup teleponnya.     

Anya mengganti pakaiannya dan berjalan keluar dari kamar ganti. Ia melihat Raka dan Harris sedang berbincang-bincang di koridor depan toko.     

Irena datang ke Rose Scent hingga mengancam Anya karena ia benar-benar ingin melindungi putrinya. Ia lupa kalau sekarang Anya adalah kekasih Aiden. Ditambah lagi, saat ini suaminya sedang berada di luar negeri sehingga Irena dan Raisa tidak tahu bagaimana harus bersikap. Hanya Raka yang mengerti.     

Anya bukanlah wanita yang bisa berbuat seperti ini. Anya bersikeras agar Raisa meminta maaf di depan umum, itu bukan keinginan wanita tersebut. Pasti Aiden yang telah memintanya untuk melakukan hal itu.     

Itu sebabnya Raka datang ke Rose Scent ketika Anya selesai bekerja. Ia ingin segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin dan mengeluarkan adiknya yang bandel itu dari kantor polisi.     

"Tuan Raka, Tuan Aiden tidak berniat untuk terlibat dengan Anda. Tetapi ia tidak bisa membiarkan Nyonya dihina di hadapan umum seperti ini. Dan Tuan tidak ingin Anda terus mendatangi Nyonya setiap hari sehingga mempengaruhi kehidupan dan pekerjaannya," Harris mengatakan semuanya dengan terus terang di hadapan Raka.     

"Aku sudah merekam video permintaan maaf pada Anya dan mempublikasikannya di internet," kata Raka. Kemudian ia berbalik kepada Anya, "Apakah kamu mau melihatnya?"     

"Tunjukkan saja pada Harris," Anya mempercayai kemampuan Harris untuk menyelesaikan masalah.     

Raka segera membuka rekaman tersebut dan memberikan ponselnya pada Harris. Harris hanya mengangguk pada Anya dan menerima ponsel yang diberikan oleh Raka, bersiap untuk memeriksa rekaman yang telah beredar.     

"Selamat malam, saya Raka Mahendra. Nona Anya telah dirugikan karena sikap dan perbuatan adik saya, Raisa Mahendra, yang tidak bertanggung jawab. Di sini, saya mewakili adik saya ingin mengucapkan permintaan maaf yang setulus-tulusnya pada Nona Anya. Tolong jangan salah paham dan jangan mempercayai sebuah kebohongan yang bertujuan untuk melukai orang-orang yang tidak bersalah. Orang tua saya dan saya akan bertindak tegas pada adik saya, agar ia tidak mengulangi kesalahan yang sama dan lebih bertanggung jawab dalam berperilaku. Sekali lagi, saya meminta maaf pada Nona Anya." Raka yang berada di dalam rekaman itu membungkuk dalam-dalam ke arah kamera setelah menyelesaikan kalimatnya. Tindakannya penuh dengan ketulusan.     

"Bagaimana, Nyonya?" tanya Harris pada Anya. Harris merasa bahwa permintaan maaf itu sudah cukup untuk membersihkan nama baik Anya, tetapi ia harus mempertanyakannya lagi pada Anya sebagai atasannya.     

"Aku mempercayai penilaianmu," kata Anya. "Raisa tidak ingin menunjukkan wajahnya di hadapan umum. Tetapi aku tetap menuntut permintaan maaf darinya."     

"Aku akan menyuruhnya untuk meminta maaf padamu," kata Raka.     

Anya mengalihkan pandangannya pada Harris dan berkata, "Harris, aku lelah dan ingin segera pulang. Kamu dan Pengacara Eddy saja yang pergi ke kantor polisi. Setelah menerima permintaan maaf dari Raisa, cabut tuntutannya dan selesaikan secara pribadi."     

"Baik, Nyonya," jawab Harris.     

"Anya, terima kasih!" kata Raka dengan gembira.     

Anya menatap ke arah Raka dan berkata dengan pelan. "Raka, aku bukan tipe orang yang bisa berteman dengan mantan kekasihku setelah kita berpisah. Jangan muncul di hadapanku lagi jika kamu tidak memiliki urusan apa pun. Aku tidak ingin melihatmu dan melihat seluruh keluargamu lagi."     

"Aku minta maaf. Apakah ibuku mengatakan sesuatu yang buruk kepadamu?" tanya Raka dengan penuh penyesalan.     

"Aku sangat iri pada Raisa. Tidak peduli apa dan seberapa besar kesalahan yang ia lakukan, seseorang selalu bersedia untuk membereskan masalah ini untuknya. Tetapi aku juga merasa kasihan pada calon istrimu nanti. Mereka akan memiliki mertua dan saudara ipar seperti ibumu dan Raisa," kata-kata tajam itu keluar dari mulut Anya yang tersenyum. "Aku bersyukur karena berpisah darimu tiga tahun yang lalu."     

"Anya, mengapa kamu sengaja melukai hatiku?" tanya Raka sambil mengerutkan keningnya. "Aku tahu kamu tidak bermaksud seperti itu."     

Anya melirik ke arah Harris yang berada di sampingnya. "Harris, apakah menurutmu pendapatku itu salah?"     

"Tidak. Nyonya benar," jawab Harris. Ia tidak menyetujui perkataan Anya hanya karena Anya adalah istri bosnya. Tetapi memang benar, Irena dan Raisa adalah dua wanita yang merepotkan.     

"Baiklah, aku tidak akan menahanmu lagi di sini agar kamu bisa segera menyelesaikan tugasmu dan beristirahat. Aku akan pulang," kata Anya pada Harris. Ia bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal pada Raka karena ia tidak ingin melakukannya.     

Ia berbalik dengan tubuhnya yang tegak dan berjalan menuju ke pintu mall tersebut tanpa menoleh untuk kedua kalinya.     

Di perjalanan pulang, Anya menyandarkan tubuhnya dengan lemah, merasa seluruh kekuatan di dalam tubuhnya telah habis. Kapan ia bisa menghadapi Raka dengan tenang? Kapan ia bisa menghadapi pria itu tanpa memedulikannya, tanpa harus merasa lelah seperti ini?     

Sepertinya, ia masih harus banyak belajar dari Aiden di kemudian hari, agar orang-orang tidak selalu berbuat seenaknya padanya.     

Ketika Anya tiba di rumah, waktu hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Anya merasa sangat lelah hingga ia tidak ingin berbicara.     

"Anya, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu. Mandilah dan beristirahatlah!" kata Hana sambil memandang Anya dengan khawatir.     

"Terima kasih, Bu Hana? Apakah merepotkan jika aku meminta secangkir teh panas?" tanya Anya.     

"Aku akan menyiapkannya," Hana sudah mendengar apa yang terjadi hari ini dari Harris. Ia tahu bahwa Anya pasti kelelahan secara mental maupun fisik.     

"Aku akan kembali ke kamarku," Anya menyunggingkan senyum di bibirnya, tetapi yang nampak hanyalah senyum lemah.     

Setelah kembali ke kamarnya, Anya meletakkan tasnya dan pergi ke kamar mandi sambil membawa ponselnya.     

Bathtub di kamar mandi sudah terisi dengan air hangat dan kelopak bunga mawar mengambang di permukaannya. Air hangatnya masih mengepulkan uap, sementara wangi minyak esensial bunga lavender masih bisa tercium di udara.     

Anya segera melepaskan semua pakaiannya dan berendam di dalam air hangat tersebut.     

Ia memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya, merasa nyaman dengan air hangat yang membasuh seluruh kelelahan dalam dirinya. Tiba-tiba saja, ponselnya berbunyi. Suara ponsel tersebut menunjukkan bahwa Aiden lah yang sedang meneleponnya. Tetapi kali ini Aiden mengirimkan panggilan video padanya.     

Anya menerima panggilan video tersebut. Kamera ponselnya tidak mengarah ke arah wajahnya, melainkan ke kakinya yang terendam di dalam bathtub.     

Di sisi lain, Aiden tidak menemukan wajah Anya di layar ponselnya. Ia hanya melihat kaki Anya yang terendam di dalam air. Airnya terlihat sangat jernih sehingga samar-samar kaki Anya yang jenjang bisa terlihat. Di sekitarnya terdapat kelopak-kelopak bunga mawar yang bertebaran, warnanya terlihat kontras dengan warna kulit Anya yang seputih susu.     

Aiden merasa tenggorokannya tercekat. Ia menelan ludahnya saat melihat apa yang terpampang di layar ponselnya …     

"Apakah kamu sedang mandi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.