Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tuduhan (1)



Tuduhan (1)

0"Mengapa kamu ingin bertemu dengan wanita ini, Bibi? Ia adalah seorang pembohong. Biaya perawatan di tempat ini sangat mahal, tetapi ia bahkan tidak bisa menyembuhkan penyakitku," Nico menuduh Tara dengan penuh kemarahan. "Ia menggunakan nama belakangnya hanya untuk menarik pasien. Ini sama saja dengan penipuan!"     

Anya menatap Nico dengan terkejut. Mengapa Nico tiba-tiba bersikap seperti ini?     

"Tuan Nico, periodontitis yang terjadi pada Anda tiba-tiba memburuk. Apakah Anda kemarin minum?" tanya Tara dengan wajah datarnya.     

"Ini semua karena kamu tidak becus! Jangan buka klinikmu lagi!" setelah mengatakannya, Nico mengalihkan pandangannya ke arah Anya, "Bibi, ayo kita pulang. Tidak ada gunanya bertemu dengan dokter ini."     

Anya melangkah maju sambil tersenyum. "Nico, gigimu pasti sakit sekarang. Biarkan Dokter Tara menyembuhkan rasa sakitmu terlebih dahulu."     

"Tidak perlu! Aku hanya datang untuk melabraknya!" kata Nico dengan marah.     

"Tara, Nico sepertinya minum saat menemani klien semalam. Sepertinya ia mengalami sakit yang cukup parah sehingga kehilangan kendali dan menghancurkan kaca di klinikmu. Tolong rawat dia. Nico akan mengganti semua kaca ini untukmu. Tenang saja, keponakanku yang satu ini memiliki banyak uang," kata Anya sambil tersenyum dan membantu mereka untuk berdamai.     

"Bibi, tidak perlu berbicara padanya. Ia tidak bisa menyembuhkan aku," kata Nico sambil mencibir.     

Tara melangkah maju dengan tenang. Ia sudah terbiasa menghadapi tingkah orang kaya yang beraneka ragam, termasuk Tuan Muda yang manja seperti ini. "Tuan Nico, semua orang pernah melakukan kesalahan. Tolong beri saya kesempatan untuk membetulkan kesalahan saya. Jika saya tidak bisa menyembuhkan Anda kali ini, Anda bisa menghancurkan klinikku."     

"Hmph! Semua ini demi bibiku. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi," kata Nico sambil mendengus seperti anak kecil.     

Salah seorang perawat segera membawakan baju ganti dan mengantarnya ke ruang operasi VIP di lantai khusus.     

Anya terpaksa membatalkan pertemuannya dengan Tara karena Nico tiba-tiba saja datang dengan paksa seperti ini. Tara merasa sedikit bersalah karena sebelumnya memang ia tidak memiliki janji dengan pasien sehingga ia bisa menemui Anya. "Bagaimana kalau aku meneleponmu setelah selesai? Kamu bisa menunggu sambil makan malam terlebih dahulu," kata Tara dengan sedikit menyesal.     

"Tidak apa-apa. Aku akan mengunjungi ibuku," Anya meninggalkan klinik Tara dan bergegas menuju ke rumah sakit.     

Diana sudah dipindahkan ke ruangan perawatan khusus rumah sakit atas perintah Aiden, tetapi ia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun sedikit pun.     

"Ibu … Aku menemukan formula parfum yang kamu buat sebelum kecelakaan yang menimpa padamu. Jangan khawatir. Aku akan merebutnya kembali untukmu," kata Anya sambil memegang tangan Diana dan berbisik di dekatnya.     

Diana tetap berbaring di tempatnya dan tidak bereaksi sama sekali.     

"Ibu … Musim vanili akan segera datang. Jangan tidur terlalu lama. Kamu harus membantuku untuk panen."     

Anya duduk di samping tempat tidur Diana selama lebih dari empat puluh menit. Ia menceritakan mengenai berbagai hal, berharap ibunya akan bangun tetapi ibunya tetap tertidur dengan tenang.     

Abdi yang mengantar Anya akhirnya meneleponnya, mengatakan bahwa mereka akan terjebak macet jika tidak berangkat sekarang. Jika hal itu terjadi, Anya bisa-bisa terlambat.     

"Ibu … Aku harus lembur beberapa hari ini. Aku tidak bisa datang untuk mengunjungimu. Jangan merindukan aku," Anya bangkit berdiri dari kursinya dan keluar dari kamar ibunya dengan perasaan yang berat.     

Di mobil, Abdi memberikan sebuah kotak makan pada Anya. "Nyonya, ini makan malam untuk Anda dari Hana."     

Anya menerimanya sambil mengangguk. Kotak makan itu bukannya membuat perasaannya senang, malah membuat hatinya semakin berat. Ia bisa makan dengan tenang, tidur dengan tenang, tetapi ibunya masih berada dalam kondisi yang sama.     

Rasanya ia benar-benar tidak nafsu makan. Ia hanya makan beberapa sendok nasi sebelum menutup kotak makan itu kembali dengan tatapan muram.     

Anya tiba di Rose Scent tepat waktu. Namun, ada kejutan yang tak terduga menantinya di depan toko.     

Deny Tedjasukmana …     

"Ayah? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Anya dengan terkejut.     

Ben juga terkejut ketika Anya memanggil Deny Tedjasukmana sebagai ayahnya. Bukankah Anya adalah seorang gadis miskin?     

Rumor mengatakan bahwa Anya adalah seorang gadis miskin yang hanya tinggal bersama dengan ibunya. Bagaimana bisa ia memanggil Deny Tedjasukmana sebagai ayahnya?     

Apakah ia adalah anak simpanan Deny?     

"Nyonya Irena datang kepadaku untuk membicarakan mengenai Raisa. Apakah kamu harus bersikap begitu angkuh?" wajah Deny terlihat menegang.     

"Jika Natali yang diperlakukan seperti itu, apakah kamu akan menyuruhnya untuk diam dan menahan diri?" Anya tidak menjawab pertanyaan Deny dan melontarkan pertanyaan lain.     

"Natali tidak seperti kamu!" kata Deny.     

"Ya, Natali berbeda dariku. Ia mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tetapi aku tidak. Oleh karena itu aku hanya bisa menelan kepahitan yang kurasakan sendiri. Kamu terbiasa melihatku menurutimu, tidak berani menolak dan melawan," kata Anya dengan senyum pahit.     

"Kamu hanya takut Aiden salah paham padamu, kan? Nyonya Irena berjanji akan membantumu untuk mengklarifikasi masalah ini. biarkan Raisa pergi," desak Deny.     

Anya melihat ke arah luar. Langit sudah gelap. Irena pasti sangat mengkhawatirkan Raisa hingga datang untuk menemui Keluarga Tedjasukmana.     

Setelah itu, tatapannya beralih pada pria di hadapannya. Apakah pria ini benar-benar ayahnya?     

"Raisa telah menghancurkan reputasiku. Sudah sepantasnya ia meminta maaf padaku. Tidak ada gunanya memohon kepadaku!" kata Anya dengan tidak peduli. Ia tidak akan mengubah keputusannya.     

"Jika kamu tidak menerima uang dari Keluarga Mahendra, dari mana kamu mendapatkan uang untuk operasi ibumu tiga tahun lalu?" tanya Deny dengan suara sinis.     

Hari belum terlalu malam, acara di mall tersebut juga belum dimulai sehingga tidak terlalu banyak pengunjung yang berlalu lalang. Tetapi semua orang yang berada di sekitar mereka berhenti untuk menyaksikan pertengkaran yang terjadi.     

Deny mempercayai rumor yang beredar dan percaya bahwa Anya telah mendapatkan uang dari Keluarga Mahendra.     

Akhirnya Anya memahami mengapa Aiden menasihatinya agar tidak memaafkan Raisa dengan mudah dan menyuruhnya untuk meminta maaf di depan umum.     

Bahkan ayahnya saja mempercayai rumor itu, apa lagi orang-orang yang tidak mengenalnya. Mereka semua mempercayai kata-kata Raisa.     

Anya telah menahan dirinya seharian. Meski ia merasa kasihan, ia tetap bersikukuh, menuruti saran dari Aiden. Ia pikir Raisa akan menyesali perbuatannya dan meminta maaf, tetapi nyatanya tidak.     

Irena datang untuk meminta tolong padanya, tetapi ia datang dengan angkuh. Irena sama sekali tidak merasa bahwa Raisa bersalah dan malah mengancam Anya.     

Dan sekarang, giliran Deny yang mencarinya. Ayahnya sendiri saja tidak mempercayainya!     

"Tiga tahun yang lalu, saat ibu tiba-tiba terkena serangan jantung, nenek sedang sakit keras. Nenek berkata bahwa ia tidak akan mungkin bisa sembuh sehingga ia memutuskan untuk menjual seluruh organnya demi menyelamatkan ibu."     

Anya merindukan neneknya. Ia merasa sangat bersalah karena neneknya harus melalui semua ini hingga di saat-saat terakhirnya …     

"Apa?" Deny merasa seperti kaku di tempatnya. Ia tidak bisa bergerak saat mengetahui bahwa hal ini yang terjadi.     

Tiga tahun lalu, Anya tidak menerima uang itu dari Keluarga Mahendra. Ia bahkan harus mengorbankan neneknya demi keselamatan ibunya. Apakah semua tuduhan ini tidak benar? Lalu mengapa Raisa mengatakan hal itu?     

"Aku harus kerja. Aku sudah menceritakan semuanya. Jika kamu tidak ingin membeli apa pun dari toko ini, silahkan pergi," Anya berbalik dan berjalan menuju ruang pegawai.     

"Anya, jika kamu benar-benar tidak bersalah, ayah akan menuntut keadilan untukmu," teriak Deny dengan keras. Ia mengambil kesempatan ini untuk memberitahu semua orang bahwa ia adalah ayah Anya. Anya yang menjadi kekasih Aiden Atmajaya adalah putri sulungnya. Anya Tedjasukmana …     

Anya berhenti melangkah. Ia berbalik dan menatap Deny dengan sinis. "Semuanya sudah selesai. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi seperti tiga tahun yang lalu. Jika kamu benar-benar merasa bersalah kepadaku, kembalikan apa yang menjadi hak ibuku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.