Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Penipuan



Penipuan

0"Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk berpikir?" Irena terus mendesak Anya. "Raisa sangat dimanja sejak kecil. Ia tidak bisa menghabiskan waktu semalaman berada di dalam sel penjara."     

Anya merasa Irena seperti meminta jantung saat ia sudah memberinya hati. Ia sudah bilang akan memikirkannya tetapi Irena terus mendesaknya untuk segera mencabut tuntutannya sekarang juga.     

Anya memandang wanita di hadapannya dengan dingin. "Jika kamu tidak mau Raisa menginap semalaman di tempat yang dingin itu, sebaiknya kamu segera bertindak. Suruh ia menarik kembali kata-kata yang ia ucapkan di hadapan umum sebelum hari berganti malam. Dengan itu masalahnya akan selesai dan aku akan mencabut tuntutannya. Mungkin Raisa bisa kembali untuk makan malam bersama dengan kalian."     

Ia memang mengatakan bahwa ia akan mempertimbangkan permintaan Irena tetapi bukan berarti ia akan langsung mencabut tuntutannya begitu saja. Namun, sepertinya Keluarga Mahendra masih tetap merendahkannya dan bahkan tidak menghormatinya.     

"Kamu mempermainkanku, kan?" suara Irena menjadi tajam. Matanya terbelalak dengan penuh kemarahan. Kalau saja bisa, ia benar-benar ingin mencakar Anya sekarang juga.     

Namun, Anya tidak memedulikan kemarahan itu. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Raisa, Raka, Irena atau siapa pun yang berasal dari Keluarga Mahendra. Ia sudah benar-benar muak!     

Anya melirik ke arah jam dinding di ruangan kantor Esther. "Aku selesai bekerja jam lima sore. Jika kamu tidak bisa menghubungiku setelah jam lima, kamu bisa menjadi Harris. Kamu pasti bisa mendapatkan nomor teleponnya dengan mudah, kan?" kata Anya sambil tersenyum manis ke arah Irena.     

"Anya! Beraninya kamu menyombongkan dirinya di hadapanku?" Irena merasa sangat marah. "Jangan bersikap tidak tahu malu. Cepat cabut tuntutanmu dan lepaskan putriku. Kalau tidak, kamu yang akan menanggung akibatnya!"     

"Kamu bisa mempertimbangkan kembali permintaanku atau kamu bisa menunggu dengan sabar apakah aku akan mencabut tuntutanku suatu hari nanti. Tidak perlu mengancamku karena aku tidak takut kepadamu!" Anya bangkit berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan ke pintu kantor tersebut dan memberi isyarat agar Irena segera pergi dari tempat tersebut.     

Irena menghentakkan kakinya saat meninggalkan tempat itu, membuat Ben merasa khawatir. "Besok Bu Esther akan kembali ke kantor. Sulit untuk menjelaskan kepadanya mengenai situasi saat ini," kata Ben dengan panik.     

"Saya yang akan menjelaskannya pada Bu Esther," jawab Anya dengan tenang.     

Walaupun ia sangat menyukai pekerjaan ini, ia tidak bisa lagi mempertahankan pekerjaannya. Raisa sudah membuat kekacauan di tempat kerjanya, menanamkan pemikiran bahwa Anya adalah seorang wanita murahan dan menghancurkan reputasinya. Ia tidak bisa tetap berada di tempat seperti ini lagi.     

Raisa sengaja menceritakan bahwa Anya pernah menerima uang dari ibunya agar ia menjauhi Raka. Ia memberitahu semua orang bahwa Anya pernah memiliki hubungan dengan Raka sebelum ia bersama dengan Aiden.     

Raisa menanamkan stigma bahwa Anya hanyalah seorang wanita yang gila harta. Ia menerima uang dari Keluarga Mahendra, tetapi tetap berhubungan dengan Raka selama Aiden berada di luar negeri.     

Anya tahu alasan lain Raisa melakukan hal itu. Ia ingin agar Aiden salah paham pada Anya dan mencampakannya. Ia ingin menyeret dan menenggelamkan Anya, dan bahkan mengabaikan reputasi kakaknya sendiri.     

Anya tidak tahu mengapa Raisa begitu membecinya hingga seperti ini.     

Tepat pukul lima sore, Abdi sudah bersiap menunggu di depan pintu masuk mall seperti biasanya. Anya bergegas mengganti pakaian kerjanya dan mengucapkan selamat tinggal pada Ben.     

"Anya, dalam beberapa hari ini, mall ini akan mengadakan acara. Pelanggan yang datang ke toko akan menumpuk. Bisakah kamu lembur beberapa hari ini? Akan ada banyak pelanggan yang datang di malam hari," Ben menghentikannya sebelum Anya bisa pergi.     

"Jam berapa saya harus lembur?" tanya Anya.     

"Jam tujuh hingga sembilan malam. Hanya dua jam saja," jawab Ben.     

"Baiklah!" Anya langsung menyetujuinya. Lagi pula Aiden sedang berada di luar negeri dan ia berada di rumah sendirian. Tidak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan sehingga lebih baik ia menghabiskan waktunya untuk lembur.     

Selain bekerja, ia hanya akan menemui Tara, dokter pribadi Keluarga Atmajaya, untuk mempelajari mengenai pengobatan Aiden. Ia ingin tahu apakah ada yang bisa ia lakukan untuk membantu penyembuhan penglihatan Aiden.     

Pada pukul setengah enam malam, Anya tiba di klinik milik Tara. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa tempat kerja Tara adalah sebuah klinik gigi.     

"Dokter Tara, Anda adalah seorang dokter gigi?" tanya Anya pada saat bertemu dengan Tara.     

Tara tertawa saat mendengar pertanyaan Anya. "Tidak perlu bersikap terlalu sopan denganku, santai saja! Namaku Tara Dartha dan aku adalah seorang dokter gigi. Seluruh keluargaku juga seorang dokter, terutama kakekku yang merupakan seorang dokter terkemuka."     

"Dartha? Apakah kamu memiliki hubungan saudara dengan kepala Rumah Sakit Dharta?" tanya Anya.     

"Benar, ia adalah kakekku," jawab Tara sambil tersenyum.     

Anya langsung menyadari kemiripan antara Tara dan kakeknya. "Ah. Pantas saja aku merasa familier denganmu. Nenekku mengenal kakekmu. Ia sangat hebat, tetapi sedikit serius."     

Tara tertawa mendengar komentar Anya. Anya berusaha mengatakannya dengan bahasa yang sangat halus. Namun, sebagai cucunya, Tara sadar bahwa kakeknya itu sangat keras. "Tidak hanya serius. Kakekku sangat keras dan galak. Jangan remehkan aku hanya karena aku dokter gigi. Sebenarnya aku juga memiliki berbagai sertifikasi lainnya," kata Tara sambil bercanda.     

"Bagaimana mungkin aku merendahkanmu. Kamu adalah wanita yang sangat hebat! Tetapi mengapa kamu tidak …"     

"Tidak bekerja di rumah sakit milik kakekku? Aku tidak suka bekerja di rumah sakit. Aku lebih suka membuka usahaku sendiri dan menunjukkan kemampuanku sendiri," kata Tara.     

Anya mengangguk-angguk saat mendengar cerita Tara. "Jadi, kamu membuka klinik gigi ini?"     

"Aku membuka klinik gigi karena sekarang klinik gigi adalah bisnis yang paling menguntungkan," begitu Tara menjawabnya, tiba-tiba sebuah suara gelas pecah terdengar dari luar.     

"Tutup saja klinik ini. Kalian bahkan tidak bisa menyembuhkan sakit gigiku!" sebuah suara pria yang marah terdengar dari luar.     

"Duduklah sebentar. Aku akan melihat keadaannya di luar," Tara berbalik dan berjalan keluar pintu.     

Klinik gigi milik Tara terdiri dari dua lantai. Lantai satunya menggunakan kaca untuk fasad keseluruhannya. Pada saat ini, sisi kanan dan kiri kaca terlihat retak. Anya tidak berani bergerak dari tempatnya dan berdiri di depan meja resepsionis sambil melihat pintu itu dari kejauhan.     

"Apakah memang sering terjadi keributan di tempat ini?" tanya Anya pada seorang perawat yang berada di meja resepsionis tersebut.     

"Setiap bulan, ada beberapa pasien yang datang kembali karena mereka tidak menuruti saran dari Dokter Tara. Gigi mereka bertambah parah karena ulah mereka sendiri tetapi mereka lebih suka menyalahkan dokter yang merawat mereka," kata perawat tersebut sambil menghela napas, sudah terbiasa melihat para pasien klinik mereka yang bandel.     

Anya mengamati klinik Tara yang dihiasi dengan sangat mewah. Sepertinya, klinik ini memang sangat menguntungkan dan memiliki pasien yang berasal dari orang-orang terkemuka. Memang tidak semuanya bisa didapatkan dengan mudah …     

"Apakah Anda minum semalam?" tanya Dokter Tara dengan tenang.     

"Tidak! Semua ini karena kemampuanmu tidak bagus dan resep yang kamu berikan tidak manjur!" tuduh pria itu.     

Semakin Anya mendengar suara itu, ia semakin merasa mengenalnya. Ia berjalan menuju ke arah pintu dan melihat bahwa Nico lah yang berada di sana.     

"Nico? Apakah kamu benar-benar tidak minum semalam?" tanya Anya sambil menatap ke arah Nico.     

"Bibi! Mengapa kamu di sini?" Nico sangat terkejut saat melihat Anya.     

"Aku datang untuk bertemu dengan Tara. Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu menghancurkan tempat kerja orang lain?��� kata Anya dengan marah.     

"Mengapa kamu ingin bertemu dengan wanita ini, Bibi? Ia adalah seorang pembohong. Biaya perawatan di tempat ini sangat mahal, tetapi ia bahkan tidak bisa menyembuhkan penyakitku," Nico menuduh Tara dengan penuh kemarahan. "Ia menggunakan nama belakangnya hanya untuk menarik pasien. Ini sama saja dengan penipuan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.