Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kekecewaan



Kekecewaan

0"Kak, aku akan menemanimu untuk membujuk Raisa." Natali memeluk tangan Raka dengan manja dan bergelayut padanya.     

Tatapan Anya tertuju pada tangan yang bertaut itu. Sejak kapan Natali dan Raka dekat?     

Raka bisa melihat arah pandang Anya dan segera menarik tangannya dari pelukan Natali. Begitu ia mengangkat kepalanya, matanya beradu pandang dengan Anya.     

Anya langsung mengalihkan pandangannya, berpura-pura tidak melihat apa pun.     

Setelah mereka pergi, Harris berdeham di sisi Anya dan memanggilnya pelan, "Nyonya!"     

"Aku tidak melihat mereka. Aku hanya penasaran sejak kapan mereka dekat,"Anya bergegas menjelaskan. Ia takut Harris salah paham padanya.     

Harris menjelaskan dengan tenang, "Menurut penyelidikan saya, Nona Natali tidak mau menikah dengan Tuan karena ia mencintai Tuan Raka."     

"Natali menyukai Raka?" mata Anya terbelalak lebar. "Sejak kapan?"     

"Tiga tahun lalu? Atau mungkin sebelum itu. Nona Natali tidak berteman dekat dengan Nona Raisa tanpa alasan," jawab Harris.     

"Apakah itu artinya Natali berteman Raisa karena ingin mendekati Raka?" tanya Anya. Ia tidak bisa menelan informasi yang terlalu mendadak ini.     

"Mungkin saja," jawab Harris. Begitu mereka selesai berbicara, Eddy kembali muncul.     

"Nyonya, Nona Raisa setuju untuk meminta maaf pada Anda. Silahkan masuk," kata Eddy dengan sopan.     

Anya mengangguk dan masuk untuk menemui Raisa, bersama dengan Harris yang terus mengikutinya kemana pun ia pergi.     

Di dalam, Raisa melotot ke arah Anya ketika melihat Anya menghampirinya.     

"Anya, kamu bisa berbuat seperti ini hanya karena dukungan dari Aiden!" teriak Raisa dengan penuh kemarahan.     

"Apakah aku harus mengampunimu kalau kamu bersikap sangat agresif seperti ini?" Anya juga tidak ingin terus memperkeruh masalah. Tetapi sepertinya Raisa sama sekali tidak mau mengakui kesalahannya.     

"Raisa, aku sudah tahu apa yang terjadi tadi. Jangan melawan. Cepat minta maaf pada Anya," tegur Raka pada adiknya.     

"Raisa, asalkan kamu minta maaf, kakakku pasti akan memaafkanmu," Natali yang berada di sisi Raka juga ikut menasihati Raisa.     

Ketika mendengar kata-kata Natali, Raisa bukannya meminta maaf, malah menjadi semakin marah, "Nat, apakah kamu bodoh? Wanita ini yang telah merebut tunanganmu dan melukaimu begitu parah. Apakah kamu lupa? Jangan panggil dia kakak!"     

Natali melirik ke arah Raka dan melihat wajah pria itu mengerut dengan tidak senang. Kemudian, ia berkata dengan lembut, "Kakakku bukan orang yang seperti itu. Pasti ada kesalahpahaman." Wajah Natali terlihat sedih saat mengatakannya.     

Raka ikut menimpali kata-kata Natali. "Raisa, Anya tidak akan melakukan ini kepadamu jika kamu tidak terus menerus mengganggunya. Kamu lah yang salah dalam masalah ini. Jika kamu tidak mau minta maaf, aku akan pergi. Tidak peduli apa yang akan terjadi padamu di tempat ini," Raka memandang adiknya dengan penuh penyesalan. Kapan adiknya ini akan bersikap dewasa?     

Eddy yang berada di samping Anya memberi peringatan untuk menekan Raisa. "Nona Raisa sebagai pelanggar hukum atas dasar pencemaran nama baik mendapatkan ancaman hukuman penjara selama tiga tahun."     

Ancaman penjara tentu saja bukanlah hal yang menyenangkan, terutama bagi seorang gadis manja dari keluarga kaya. Mana bisa ia bertahan di dalam penjara? Mungkin satu hari saja ia sudah merengek untuk minta pulang.     

"Aku minta maaf," gumam Raisa dengan enggan.     

Raka memukulkan tangannya pada meja sambil membentak Raisa dengan keras. Ia sudah tidak tahan dengan sikap adiknya. Sepertinya keluarganya terlalu memanjakan Raisa sehingga membuatnya tumbuh menjadi wanita seperti ini. "Apakah ini caramu meminta maaf? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas!"     

"Aku minta maaf!" teriak Raisa dengan histeris.     

"Kamu telah menghancurkan reputasiku di hadapan umum. Setelah menyakitiku, kamu tidak bisa menyelesaikannya hanya dengan mengatakan bahwa kamu minta maaf. Apalagi permintaan maafmu sama sekali tidak tulus. Jika kamu mau minta maaf, minta maaflah di hadapan semua orang, di hadapan awak media. Kembalikan nama baikku yang telah kamu coreng," Anya menatap Raisa dengan dingin.     

"Kamu ingin aku minta maaf di hadapan media? BERMIMPILAH!" teriak Raisa. Ia langsung menolak permintaan Anya.     

Rekaman pada saat Natali dipermalukan di depan umum dan disiram dengan kopi oleh Aiden telah tersebar di internet selama lebih dari seminggu. Keluarga Tedjasukmana mengeluarkan banyak uang agar berita itu segera diturunkan. Semakin lama berita itu beredar di internet, reputasi perusahaan keluarga mereka pun akan semakin tercoreng.     

Raisa tidak mau kalau hal yang sama terjadi padanya, putri tunggal Keluarga Mahendra. Permintaan maafnya itu mungkin akan tersebar di internet selama berminggu-minggu, menunjukkan betapa rendahnya Keluarga Mahendra di hadapan semua orang. Ia akan merasa sangat malu jika hal itu terjadi! Ia akan mencoreng nama baik keluarganya!     

"Aku meminta ijin untuk meninggalkan pekerjaanku saat ini dan aku harus segera kembali. Saat kamu memutuskan untuk meminta maaf di depan media, aku akan mencabut tuntutanku," kata Anya sambil berbalik dan pergi.     

"Anya, tolong jangan pergi!" Raka segera mengejar Anya dan menghentikannya.     

Harris dengan sigapnya langsung menempatkan diri di antara Raka dan Anya agar pria itu tidak bisa meraih tangan Anya. "Tuan Raka, tolong hati-hati dalam bersikap!"     

"Anya, Raisa tidak berniat buruk. Aku memang tidak pulang semalam sehingga membuatnya panik dan bertindak di luar akal sehatnya. Aku tahu ia mengatakan sesuatu yang telah menyakitimu, tetapi bukankah menyuruhnya meminta maaf di hadapan media itu keterlaluan? Raisa masih kecil. Aku akan menggantikannya untuk meminta maaf di hadapan media," kata Raka.     

Anya menatap Raka sambil tersenyum tipis. Saat ini, ia sedang berhadapan dengan Raisa. Ia ingin wanita itu membayar atas semua yang telah ia lakukan padanya selama ini. Semua penghinaan, semua cacian, semua tuduhan …     

Semua itu tidak ada hubungannya dengan raka.     

"Raka, apakah menurutmu aku berlebihan? Kamu masih merasa adikmu tidak bersalah meski ia telah menghinaku di hadapan banyak orang? Apakah kamu merasa aku menindas Raisa karena aku memiliki identitas yang berbeda sekarang?" kata Anya sambil tetap tersenyum dengan tenang.     

Raka tertegun mendengar kata-kata Anya. Ia tidak bisa mengatakan apa pun.     

"Kalau memang itu yang kamu pikirkan, kamu benar. Tanpa dukungan Aiden, aku tidak akan berani melakukan ini kepada raisa. Mungkin aku akan tetap dihina di hadapan semua orang, dicaci dan ditertawakan oleh semua orang, sementara aku hanya bisa diam berdiri di tempatku tanpa melawan," kata Anya sambil tertawa. "Untuk pertama kalinya, aku merasa bersyukur mendapatkan pasangan yang berkuasa dan mau membelaku!"     

"Anya, aku tahu apa yang Raisa katakan mempengaruhi hidupmu. Tetapi mengertilah bahwa Raisa masih muda dan terlalu dimanja oleh orang tuaku. Ia tidak akan mungkin mau meminta maaf di depan umum. Aku bersedia menggantikannya dan menjelaskan semuanya di hadapan media. Mengapa kamu harus memaksa agar ia melakukannya?" tanya Raka.     

Anya menatap Raka dengan pandangan Aneh. Mengapa ia harus memaksa Raisa untuk meminta maaf di hadapan umum?     

Apa salah meminta seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang telah ia perbuat?     

Jika Raisa tidak menghinanya di depan umum, tidak membuat keributan di tempat kerjanya, apakah ia akan menelepon polisi?     

Siapa yang tidak mau hidup dengan damai? Siapa yang mau pergi ke kantor polisi jika mereka tidak memiliki masalah?     

Raka tidak merasakan penghinaan yang Anya rasakan. Ia tidak merasakan cacian, olokan dan tawa semua orang yang memandang rendah dirinya. Ia merasa semua itu mudah untuk dilalui dan dilupakan.     

Ini bukan pertama kalinya Raisa menghina Anya. Sebelumnya, Anya selalu memaafkannya demi Raka.     

Dan sekarang Raka bertanya padanya, mengapa ia meminta Raisa untuk bertanggung jawab atas perbuatannya?     

Pertanyaan itu benar-benar konyol hingga Anya tidak mampu berkata-kata …     

Raisa terus menindasnya selama ini karena Anya tidak berbuat apa-apa untuk membalasnya. Pada saat Raisa menghinanya di depan perusahaan Aiden, Raisa juga terselamatkan karena mendapatkan bantuan dari Nico. Aiden juga tidak menghukumnya seperti yang ia lakukan pada Natali sehingga Raisa merasa Anya tidak sepenting itu bagi Aiden.     

Karena semua itu, Raisa terus mengulang , mengulang dan mengulang yang ia lakukan …     

Jika Anya tidak melawan, Raisa akan terus berbuat semena-mena!     

"Terserah apa yang kamu pikirkan. Kamu bisa menganggap aku sebagai orang yang kejam. Jika Raisa tidak meminta maaf di depan media, ia akan di penjara. Mungkin berada di penjara bisa membuatnya lebih tenang dan sadar akan kesalahannya," Anya mengabaikan Raka dan berbalik.     

Ia pergi sambil berpikir, bagaimana dulu ia bisa menyukai pria seperti ini. Pria ini bahkan tidak merasa adiknya bersalah meski telah menghina Anya di hadapan orang banyak. Apakah serendah itu Anya di mata Raka?     

"Anya, bagaimana bisa kamu menjadi seperti ini?" Raka menatap Anya dengan wajah yang penuh kekecewaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.