Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Skandal



Skandal

0"Anya, serahkan ponselmu kepadaku! Kalau tidak, jangan salahkan aku jika aku menyebarkan skandalmu!" Raisa berusaha untuk mengancam Anya agar ia bisa segera menghilangkan bukti di tangan Anya. Ia tidak bodoh. Jika rekaman itu benar-benar sampai ke tangan polisi, ia bisa dituntut atas pencemaran nama baik.     

Anya hanya tersenyum sinis saat mendengar kata-kata Raisa. "Skandal? Bagaimana bisa aku tidak tahu mengenai skandalku sendiri? Coba ceritakan kepadaku," Anya mengatakan hal itu pada Raisa, tetapi matanya tertuju pada Natali.     

Raisa memang terbiasa dimanja sehingga ia membiarkan emosinya meledak-ledak. Anya tidak punya masalah apa pun dengan Raisa, tetapi tiba-tiba saja wanita itu datang dan menghina-hina Anya.     

Hanya ada satu hal yang mungkin terjadi. Seseorang telah menghasutnya …     

Tidak perlu ditanya lagi siapa penghasutnya.     

Natali yang telah kehilangan semuanya, tidak berani bertindak gegabah karena ia sudah pernah merasakan amarah Aiden. Kali ini, ia bersembunyi di balik Raisa, menggunakan wanita itu sebagai tameng dan senjatanya. Sungguh cerdik …     

"Pak Polisi, maaf kami hanya bercanda. Kami saling mengenal satu sama lain. Tidak ada apa-apa di sini," Natali melangkah maju dan berusaha untuk membujuk para polisi agar segera pergi dari tempat ini.     

Raisa menatap ke arah Anya dengan angkuh, "Apakah kamu ingat Hotel Imperial? Kamar presidential suite?"     

Jantung Anya berdegup sedikit lebih kencang. Foto saat Anya keluar dari hotel itu sudah menyebar sejak lama di internet. Mengapa Raisa menyebutkan mengenai hotel itu lagi? Apakah ada seseorang yang merekam di dalam kamar itu?     

"Nona, Anda telah menyerang Nona ini secara verbal dan mencemarkan nama baiknya di hadapan umum. Silahkan ikut dengan kami," para polisi tersebut mengabaikan kata-kata Natali dan segera melakukan tugasnya. Mereka sama sekali tidak peduli dengan identitas para wanita di hadapannya.     

"Apakah kalian tidak tahu siapa aku?" kata Raisa dengan angkuh pada para polisi tersebut. "Beraninya kalian ingin menangkapku? Kalau kalian ingin menangkap seseorang, seharusnya wanita murahan ini lah yang kalian tangkap. Wanita ini telah menghancurkan hubungan orang lain!"     

Anya berusaha untuk tetap tenang. Ia percaya pada Aiden. Tidak akan ada orang yang bisa memasuki kamar Aiden secara diam-diam dan merekam kejadian saat itu. Aiden tidak akan membiarkannya begitu saja. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Setelah memikirkan mengenai Aiden, Anya kembali tenang.     

"Pak Polisi, wanita ini sudah sering kali membuat keributan di tempat kerja saya sehingga mempengaruhi bisnis toko ini. Ia juga menghina dan mengancam saya. Sekali lagi saya minta agar wanita ini segera ditangkap. Saya tidak mau berdamai."     

Keluarga Mahendra memang kaya dan berkuasa. Tetapi apa urusannya?     

Anya bukan lagi gadis miskin yang bisa dihina dan ditindas seenaknya. Ia adalah istri Aiden Atamajaya. Ia juga mewakili Aiden.     

Jika ada seseorang yang menghinanya, itu artinya orang tersebut juga menghina Aiden ��     

Suami dan istri menanggung kemakmuran dan kerugian secara bersama-sama.     

'Anya ingatlah kata-kata Aiden,' kata Anya dalam hati, berusaha untuk menguatkan tekadnya.     

Pikirkan …     

Sepuluh tahun yang lalu, ayah Raisa telah menyerahkanmu pada ayahmu sehingga kamu nyaris mati.     

Tiga tahun lalu, ibu Raisa memberi uang padamu agar kamu berpisah dengan putranya. Ia memberimu cek tetapi menyuruh seseorang untuk mencurinya kembali.     

Lihat wanita di hadapanmu itu …     

Wanita ini yang telah mengambil uang untuk pengobatan ibumu dan menghambur-hamburkannya demi kesenangannya sendiri. Ia juga yang telah menghancurkan reputasimu di mana-mana, mengatakan bahwa kamu telah menerima uang dari Keluarga Mahendra.     

Aiden benar … Anya tidak berutang apa pun pada Keluarga Tedjasukmana dan Keluarga Mahendra. Mereka tidak melakukan apa pun untuknya dan Anya tidak berutang apa pun pada mereka.     

Jika mereka menindasnya lagi, Anya akan melawan sekuat tenaganya …     

Melihat ketegasan Anya, para polisi itu langsung membawa Raisa pergi.     

Anya menghadap kepada Ben, meminta ijin untuk menyelesaikan masalah ini. "Pak, maafkan saya karena terjadi keributan di toko ini. Jika Bu Esther ingin memecat saya, saya akan segera pergi."     

"Pergilah, urus masalah ini dulu. Semuanya tergantung Bu Esther nanti," kata Ben. Ia tidak mengatakan apa pun tetapi ia mengagumi keberanian Anya saat menghadapi Raisa.     

Anya segera memesan taksi untuk menuju ke kantor polisi karena Abdi sedang berada di perusahaan Aiden. Saat ia berada di dalam taksi, ia tidak menyangka Aiden akan meneleponnya. "Anya … Jangan takut. Harris akan segera tiba bersama dengan seorang pengacara."     

Mendengar suara Aiden di telinganya, Anya merasa hatinya terasa hangat. Matanya memerah saat ia menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.     

Aiden merasa sedikit khawatir saat tidak mendengar jawaban dari Anya. "Anya, apakah kamu mendengarkan aku?"     

"Hmm … Aku baik-baik saja. Apakah kamu sudah tiba?" tanya Anya.     

"Aku baru saja turun dari pesawat. Aku belum meninggalkan bandara," kata Aiden sambil berjalan.     

"Kalau aku menuntut Raisa, apakah aku akan menimbulkan masalah untukmu?" tanya Anya. Ia tahu bagaimana kejamnya pendapat orang-orang. Jika ia membiarkan Raisa berbuat sesuka hati, semua orang mungkin akan percaya pada kata-katanya. Jika semua orang mempercayainya, Anya tidak akan bisa kembali bekerja. Ia juga tidak akan bisa melanjutkan kuliahnya semester depan karena semua orang akan menganggapnya sebagai contoh yang buruk.     

Pendapat orang-orang itu bisa menyudutkan dan menenggelamkannya ke dalam neraka.     

Ia masih harus menjaga ibunya. Impiannya belum tercapai. Ia juga ingin tinggal bersama dengan Aiden. Masih banyak hal yang ingin ia lakukan …     

Jalan hidupnya masih sangat panjang. Ia tidak ingin melalui semua ini di bawah kritikan semua orang yang menganggapnya sebagai wanita murahan. Ia tidak ingin stigma itu melekat pada dirinya. Ia bukan wanita murahan! Ia tidak akan membiarkan siapa pun menghinanya …     

"Lakukan apa pun yang kamu mau. Jangan pikirkan aku. Aku akan selalu mendukung keputusanmu," kata Aiden dengan tenang.     

"Aiden … Terima kasih," kata Anya dengan suara tercekat.     

Aiden tahu bahwa Anya adalah wanita yang lembut dan baik hati. Anya tidak akan mengambil inisiatif untuk menyerang orang lain. Ia juga tidak akan melakukan apa pun yang tidak diinginkan oleh Aiden.     

Bagaimana mungkin Aiden tidak mendukungnya untuk melakukan apa pun yang ia mau?     

Dengan kejadian ini juga, Aiden mengajarkan Anya bahwa Anya harus bisa berjalan sendiri untuk menemukan jalan yang benar. Ia tidak ingin meletakkan Anya di bawah naungannya dan membuatnya menjadi seorang wanita tidak berdaya yang tidak bisa melakukan apa pun tanpa bantuannya. Anya harus bisa menemukan jalannya sendiri …     

Anya merasa sangat beruntung karena ada Aiden di sisinya. Ia berpikir bahwa Natali pasti sudah gila karena ingin meninggalkan pria sebaik Aiden.     

Ia tidak tahu bahwa Aiden tidak bersikap baik kepada semua orang. Hanya Anya saja yang mendapatkan perlakukan khusus dari Aiden.     

Hanya Anya …     

"Hmm … Daripada berterima kasih, aku lebih ingin dengar kamu bilang kalau kamu menyukaiku," kata Aiden sambil tertawa. Ia mengatakannya hanya untuk menggoda Anya agar Anya tidak bersedih.     

Namun, ia tidak pernah menyangka kata-kata itu benar-benar akan keluar dari bibir Anya.     

"Aku menyukaimu!" kata Anya.     

"Benarkah?" bibir Aiden membentuk sebuah senyuman. Bukan senyum tipis atau pun sinis seperti biasanya. Senyuman ini adalah senyuman bahagia.     

"Aku tidak akan berbohong dalam hal seperti ini!" kata Anya setelah berpikir sejenak.     

"Hmm …"     

Hmm? Hanya itu? Tidak ada jawaban lain?     

Bukankah seharusnya pada saat ini, Aiden mengatakan bahwa ia juga menyukainya?     

Aiden ingin Anya menyukainya, tetapi Aiden masih menyimpan Keara di dalam hatinya. Pria itu bahkan tidak mau berkata bahwa ia menyukainya?     

Saat memikirkan hal ini, Anya merasa hatinya sakit. Ia sudah memperingati dirinya sendiri agar ia tidak berharap lebih, tetapi ternyata hatinya masih peduli.     

"Aiden … Apakah kamu menyukaiku? Sedikit saja?" tanya Anya dengan suara sedih.     

Aiden merasa pertanyaan Anya sangat konyol. Tentu saja ia menyukai Anya! Apakah itu perlu dipertanyakan. "Ya!" jawabnya dengan singkat.     

Jawaban itu membuat Anya langsung ceria. Setidaknya, Aiden juga menyukainya meski hanya sedikit saja. "Aku sudah tiba di kantor polisi. Jangan khawatir. Aku tidak akan mengatakan apa pun sampai Harris tiba."     

"Bahkan jika Raka memohon kepadamu, jangan mengampuninya dengan mudah. Suruh Raisa untuk meminta maaf di hadapan umum dan di hadapan seluruh awak media," kata Aiden, memperingatkan Anya.     

"Jika aku menyuruhnya untuk meminta maaf di depan umum, bukankah Raka akan tahu mengenai uang itu?" tanya Anya.     

"Raisa tidak sebodoh itu untuk mengakui bahwa ia telah menghambur-hamburkan uang itu," kata Aiden dengan tenang.     

"Baiklah," jawab Anya sambil mengangguk. Tiba-tiba saja, ia teringat dengan ancaman Raisa. "Aiden, apakah mungkin jika ada seseorang yang menyusup ke dalam kamarmu dan merekam secara diam-diam?" tanya Anya dengan khawatir. Ia sengaja tidak menyebutkan ancaman Raisa secara langsung dan menanyakannya dengan sedikit ambigu.     

Bibir Aiden melengkung dan membentuk senyuman penuh arti. "Hotel yang kutinggali telah diperiksa oleh para bawahan khususku. Tidak akan ada penyusup atau pun alat perekam pada ruangan itu. Tidak ada yang bisa melihat malam pertama kita. Hanya kamu dan aku …"     

"….." wajah Anya memerah saat mendengar jawaban Aiden. Ia tidak bisa berkata apa-apa! Ia tidak mengatakannya dengan jelas, tetapi Aiden bisa menebak bahwa malam pertama mereka lah yang ia khawatirkan!     

Aiden tertawa saat tidak mendengar jawaban dari Anya. Ia bisa membayangkan wajah istrinya yang merona. Pipinya pasti memerah dan matanya sedikit terbelalak, sementara mulutnya terbuka dan tertutup berulang kali.     

"Ingat, tidak ada yang boleh menindas atau pun menghina istri Aiden Atmajaya. Aku bangga padamu!" puji Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.