Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pencemaran Nama Baik



Pencemaran Nama Baik

0"Nico, apakah Pamanmu tahu?" tanya Anya dengan suara pelan. Ia membungkuk untuk mengambil sendoknya, berpura-pura untuk bersikap tenang.     

Nico tertegun mendengar pertanyaan Anya. Kalau Aiden tahu ia membawa Raka untuk tinggal di rumahnya, rumah yang bersebelahan dengan rumah Aiden, mungkin Pamannya itu akan mengulitinya saat pulang nanti. Ia harus merahasiakannya!     

Nico tidak mengira kalau Anya sedang memikirkan hal yang lain …     

"Paman tidak tahu Bibi. Kamu tidak boleh memberitahunya. Rahasiakan hal ini untukku, Bibi!" kata Nico sambil memohon.     

Anya menatap ke arah Harris, ingin meminta bantuannya. Tetapi Harris terlihat tidak peduli dan menatap lurus dengan tatapan kosong.     

Harris mungkin bisa diam saja karena ia bukan bagian dari Keluarga Atmajaya. Tetapi sekarang Anya adalah istri Aiden. Bagaimana mungkin ia bisa tinggal diam saat mengetahui bahwa Nico membawa seorang pria untuk tinggal di rumahnya? Apakah ia harus menceritakannya pada Aiden?     

"Nico, suruh temanmu itu pulang. Cepat atau lambat, Pamanmu pasti tahu," kata Anya.     

"Aku tinggal di rumah itu sendirian, Bibi. Aku sangat kesepian dan aku butuh teman. Sebelum Paman pulang, aku akan mengantarnya pulang!" kata Nico sambil tersenyum.     

Teman? Pria itu adalah temannya bukan kekasihnya?     

Anya menatap Nico dengan khawatir. Sementara itu, Nico terlihat seperti tidak sedang terjadi apa-apa. Ia mengambil mangkuk di hadapannya dan makan dengan lahap. Kemudian ia segera pergi dengan membawa sarapan yang dibungkus oleh Hana.     

Anya menatap ke arah pintu rumahnya dengan khawatir. Ia khawatir dengan Nico. Hana mengedip ke arah putranya dan menyuruh Harris untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di rumah Nico. 'Cepat lihat!'     

Harris mengangguk dan segera mengikuti Nico.     

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Harris kembali.     

"Apakah kamu sudah melihatnya? Apakah benar-benar ada seorang pria di sana?" tanya Anya dengan penuh semangat.     

"Iya, Tuan Nico bersama dengan seorang pria." Memikirkan mengenai hubungan antara Anya dan Raka, Harris memutuskan untuk menyembunyikan keberadaan Raka di rumah Nico. Akan lebih baik jika Anya salah paham seperti ini.     

Tangan Anya terangkat, memegang dadanya. Nico memiliki kekasih!     

Sejauh yang ia ketahui, kakak tertua Aiden memiliki seorang putra dan seorang putri. Putrinya telah mati tiga tahun yang lalu, sehingga Nico menjadi putra tunggal saat ini.     

Nico adalah satu-satunya pewaris tunggal di Keluarga Atmajaya. Tetapi saat ini ia memiliki kekasih seorang pria!     

Jika Aiden mengetahui hal ini, Aiden pasti tidak akan membiarkan pria itu pergi begitu saja. Ini bukan hal yang baik untuk Nico.     

Saat perjalanan menuju ke tempat kerjanya, Anya terus memikirkan Nico sehingga wajahnya terlihat kusut.     

"Apakah Anda baik-baik saja, Nyonya?" Harris menyadari ekspresi Anya sehingga ia mengkhawatirkannya. Harris tidak tahu apa yang Anya pikirkan, tetapi kelihatannya wanita itu sedang berpikir keras.     

"Menurutmu, apakah ini waktunya untuk mengenalkan wanita pada Nico?" tanya Anya secara tiba-tiba.     

"Tuan Nico masih sangat muda dan punya banyak waktu untuk mencari kekasih sendiri," kata Harris.     

"Hmm …" Anya menganggukkan kepalanya tetapi dalam hati ia berjanji akan meminta Aiden mengenalkan seorang wanita pada Nico.     

Mobilnya berhenti di depan pintu masuk mall dan Anya bergegas turun untuk menuju ke Rose Scent.     

Hari ini hujan turun rintik-rintik, membuat udara terasa sedikit dingin. Orang-orang memutuskan untuk tinggal di rumah sehingga hari ini toko tidak terlalu ramai.     

Anya segera melakukan tugasnya. Ia membersihkan tempat kerjanya, mengisi biji kopi di tempat aroma dan mempelajari berbagai rempah-rempah yang digunakan untuk pembuatan parfum.     

Sekitar jam sepuluh lebih, Raisa tiba-tiba saja datang ke Rose Scent sambil marah-marah. "Anya, apa yang kamu katakan pada kakakku kemarin? Mengapa ia tidak pulang semalam?"     

"Kalau kamu mau mencari orang hilang, sebaiknya pergi ke polisi saja," kata Anya dengan dingin.     

Melihat wajah Raisa membuat Anya merasa malas. Ia kembali teringat dengan cek yang diberikan oleh ibu Raisa, cek yang berakhir di tangan wanita yang berada di hadapannya ini. Selain itu, Raisa juga berusaha untuk menghina dan mempermalukannya di depan perusahaan Aiden. Ia tidak punya alasan untuk bersikap sopan lagi di hadapan wanita ini.     

Sebelumnya, ia masih merasa tidak enak hati pada Raka sehingga ia tidak mau bermasalah dengan keluarga mereka. Tetapi bukan berarti Raisa bisa menghinanya begitu saja.     

"Mengapa kamu terus mengganggu kakakku? Padahal kamu sudah menerima uang dari keluargamu. Kakakku tidak pulang semalam. Apakah ia bersama denganmu?" Raisa berteriak dengan keras sehingga menarik perhatian banyak orang di sekitar.     

Apa yang dikatakan oleh Raisa itu mulai menimbulkan pemikiran-pemikiran yang aneh. Beberapa orang mengatakan bahwa Anya berselingkuh dengan orang lain, menduakan Aiden.     

Anya merasa sangat marah mendengar hal ini. Siapa pun boleh saja menghinanya, tetapi jangan pernah menghina Aiden!     

"Raisa! Apa buktinya aku menerima uang dari keluargamu?" tanya Anya dengan keras.     

Raisa melotot ke arah Anya. Ia tidak menyangka Anya berani melawannya. Sebelumnya, pada saat ia menghina Anya di depan perusahaan Aiden, wanita ini hanya diam saja. "Apakah kamu lupa kalau kamu menerima cek yang diberikan ibuku? Kamu menerimanya dengan syarat kamu tidak akan mendekati kakakku lagi. Tetapi sekarang setelah kakakku kembali ke Indonesia, kamu menggodanya lagi sehingga ia tidak pulang semalam. Dasar wanita murahan!" teriak Raisa.     

Emosi Anya terus naik, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. Ia sudah merasa sangat marah mendengar Raisa menuduhnya menerima uang dari Keluarga Mahendra, padahal uang itu berakhir di tangannya sendiri. Selain itu, Raisa berusaha untuk menanamkan kesalahpahaman pada orang banyak bahwa Anya berselingkuh dengan Raka pada saat ia masih menjadi kekasih Aiden.     

Kalau berita ini sampai di telinga Aiden, Aiden akan salah paham padanya …     

Kalau berita ini menyebar, nama Aiden akan buruk … Aiden tidak akan percaya kepadanya lagi …     

"Raisa, apa kamu pernah melihat langsung bahwa aku menggoda kakakmu? Kalau kamu tidak punya bukti, jangan berbicara omong kosong. Apa kamu kira aku mudah untuk ditindas? Aku telah merekam semua kata-katamu. Jika kamu tidak bisa membuktikan apa yang kamu katakan, aku akan menuntutmu atas dasar pencemaran nama baik." Anya mengeluarkan ponsel di sakunya, ponsel yang sejak awal merekam pembicaraan mereka.     

"Dasar kamu wanita murahan. Kamu sengaja menggoda Aiden sehingga membuat Aiden mencampakkan tunangannya. Sekarang kamu menggoda kakakku dan memintanya untuk tinggal semalaman bersama denganmu. Aku tidak pernah melihat wanita serendah dirimu!" Raisa seperti kesetanan dan tidak bisa menahan dirinya. Ia terus menyumpah dan berlari ke arah Anya untuk merebut ponsel di tangan Anya.     

"Jaga mulutmu!" kata Anya dengan dingin. Anya berdiri di tempatnya sambil berusaha untuk tetap tenang. Tangannya terangkat, menjauhkan ponselnya dari jangkauan Raisa. ponsel itu adalah satu-satunya senjatanya saat ini. Ia tidak boleh sampai kehilangannya.     

"Kamu wanita murahan! Dasar wanita jalang!" teriak Raisa dengan marah.     

Anya hanya mencibir melihat Raisa mengamuk seperti wanita gila. "Teruslah berteriak, teruslah menghinaku. Setiap kata yang keluar dari mulutmu akan menjadi bukti kejahatanmu. Aku tidak sabar menunggu saat kamu dilemparkan ke dalam sel penjara."     

"Tidak ada gunanya menakut-nakutiku. Polisi tidak akan membantumu. Siapa yang mau membantu wanita murahan, orang ketiga sepertimu? Dasar kamu perempuan jalang. Sudah berapa banyak pria yang kau goda? Sudah berapa banyak pria yang tidur denganmu? Mengapa kamu masih berpura-pura murni, padahal kamu sudah berselingkuh dari Aiden dengan kakakku …" sebelum Raisa bisa mengatakan lebih lanjut, Natali bergegas menghampirinya dan menutupi mulutnya.     

"Raisa, jangan bicara lagi. Ayo cepat pergi!" Natali menarik Raisa dengan panik ke arah luar toko.     

"Nat, jangan halangi aku. Wanita ini sungguh murahan. Mengapa kita harus takut kepadanya?" Raisa bertekad untuk tetap berada di tempat itu. Ia akan memporak-porandakan tepat kerja Anya. Ia akan menghancurkan semua milik Anya.     

Anya hanya mengangkat ponselnya dengan tenang dan memencet panggilan darurat.     

Para pegawai toko yang lain terkejut, tidak menyangka Anya benar-benar akan menelepon polisi.     

Saat Raisa dan Natali masih sibuk tarik menarik, polisi yang berpatroli di dekat tempat tersebut sudah tiba.     

"Pak Polisi, saya yang telah menelepon. Wanita ini telah datang ke tempat kerja saya dan menghina saya di hadapan umum. Mereka dengan sengaja ingin mencemarkan nama baik saja. Saya akan menuntut mereka," kata Anya tanpa keraguan sedikit pun. Matanya terlihat dingin saat mengatakan hal itu.     

"Anya! Dasar wanita jalang …" Raisa tidak bisa menahan kemarahannya dan langsung menghina Anya tepat di hadapan para polisi. Sementara itu, Natali masih berusaha untuk menahannya dan menutup mulutnya. "Raisa, berhenti!"     

"Pak Polisi, saya ingin agar hal ini diproses secara hukum. Saya tidak ingin jalur damai."     

Setelah mengatakan hal itu kepada para polisi, Anya berbalik untuk menatap Raisa dan berkata, "Tiga tahun yang lalu … Cek itu … Apakah kamu masih berpikir aku tidak tahu siapa yang menguangkan cek itu? Aku tidak menyimpan dendam padamu, tetapi kamu terus menghancurkan reputasiku. Apakah kamu pikir aku akan diam saja dan membiarkanmu berbuat sesuka hati?"     

"Ka- … Kamu …" Raisa tidak menyangka pertanyaan itu keluar dari mulut Anya. Ia tidak bisa menahan kekesalannya dan ingin berlari untuk menjambak rambut Anya, mencakar wanita itu.     

Ia menyukai Aiden selama bertahun-tahun. Tetapi setelah Aiden membatalkan pertunangannya dengan Natali, malah Anya lah yang berhasil mendapatkan Aiden. Ditambah lagi, kakaknya, Raka, masih tidak bisa melupakan Anya hingga saat ini.     

Bagaimana ia bisa menahan diri saat wanita ini merebut semua miliknya?     

"Anya, serahkan ponselmu kepadaku! Kalau tidak, jangan salahkan aku jika aku menyebarkan skandalmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.