Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rahasia



Rahasia

0Anya mengepalkan tangannya erat-erat. Rasa marah, rasa kesal, rasa kecewa seolah berkumpul di dalam hatinya dan perlahan berkembang.     

Tanggal yang tertera pada kertas tersebut tepat saat kecelakaan yang menimpa ibunya. Bisa dibilang, formula parfum itu kemungkinan adalah resep terbaru sebelum kecelakaan yang menimpa ibunya terjadi.     

Mustahil untuk mengetahui percobaan yang terjadi di laboratorium pada hari itu sehingga ia hanya bisa mengandalkan catatan hari sebelumnya untuk mengetahui resep parfum impian ibunya.     

Setiap malam, ibunya akan selalu mencatat perubahan resep percobaannya dan menandatanganinya serta membubuhkan tanggal hari itu.     

"Ketika ibumu bekerja, ia selalu membawa buku catatan untuk menulis catatan keberhasilan dan kegagalan tiap percobaannya. Buku catatan itu telah hancur saat kecelakaan itu terjadi dan ibumu tidak bisa mengingat formula parfum ini. Kertas ini adalah catatan terakhir yang disimpannya," kata Deny.     

Mata Anya memancarkan rasa sakit hati. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman sinis. "Ibuku dan kamu sudah menjadi suami istri lebih dari sepuluh tahun dan kamu telah berselingkuh darinya juga selama sepuluh tahun itu. Ketika kalian berpisah, kamu mengusirnya dari rumah. Kamu juga meminta vila milik ibuku. Sekarang, kamu datang ke hadapanku dan mengancamku dengan menggunakan resep milik ibuku. Apakah kamu tidak malu?"     

Anya benar-benar merasa marah. Ia benar-benar marah sehingga ia tidak bisa memanggil pria di hadapan ini sebagai ayahnya. Ayah macam apa yang melakukan hal ini kepada wanita yang dulu pernah menjadi istrinya dan kepada putri sulungnya? Ayah macam apa yang mengancam putrinya demi keuntungannya sendiri?     

"Anya, ayah tidak mengancammu. Ayah hanya menceritakan mengenai resep itu. Lagi pula, dulu ibumu yang meminta untuk bercerai. Dan vila itu digunakan untuk membiayaimu, membesarkan kamu. Apakah kamu tidak ingat semua yang telah ayah lakukan untukmu?" nada suara Deny juga terdengar tidak baik. Ia tidak akan memohon pada Anya dan merendahkan dirinya. Sekarang ia memiliki sesuatu yang benar-benar Anya inginkan. Untuk apa memohon kalau ia bisa mengancam?     

"Bibi, aku lapar. Apakah kamu punya camilan?" suara Nico tiba-tiba saja terdengar dari depan pintu.     

Nico tidak datang secara mendadak. Pada saat Anya menyuruh Deny untuk masuk, Hana segera menghubungi Harris dan Nico. Hana tidak mau ada sesuatu yang terjadi pada Anya sehingga ia segera memanggil bantuan.     

Begitu mendapatkan berita mengenai kedatangan Deny. Nico bergegas untuk pergi ke rumah Aiden karena ia takut ada sesuatu yang terjadi pada Anya. Ia takut Aiden akan menghukumnya jika ada yang terjadi pada Anya.     

"Jika kamu bersedia memberikan resep itu kepadaku, ibuku dan aku akan sangat berterima kasih. Tetapi aku tidak bisa melakukan apa pun untuk membantumu. Kamu tahu sendiri seperti apa Aiden. Aku tidak bisa mengubah keputusannya," kata Anya. Meski ia merasa sedih, ia tidak bisa melakukan apa pun.     

Deny juga mendengar suara Nico. Apa yang bisa ia lakukan sekarang? Nico sudah berada di depan rumah, jadi ia tidak bisa terus mengancam Anya sekarang.     

"Aku akan pulang dulu. Pikirkan permintaanku dan aku akan menunggumu dalam tiga hari," Deny berbalik sambil membawa ponselnya pergi, membawa resep impian ibu Anya.     

Nico melihat kepergian Deny dan berkata, "Tuan Deny, datang malam sekali. Ada urusan apa? Pamanku sedang pergi ke luar negeri."     

"Aku datang untuk bertemu dengan Anya, membahas masalah pribadi. Kami sudah selesai berbicara. Aku akan pulang dahulu," Deny tampak malu seolah telah kepergok melakukan hal buruk.     

"Ah baiklah, hati-hati. Maaf tidak bisa mengantar," Nico tersenyum dengan ceria, tetapi suaranya terdengar dingin dan mematikan.     

Setelah Deny pergi, Nico segera berlari menuju sofa dan menatap wajah Anya, lama sekali. Setelah mengamatinya dengan seksama dan tidak menemukan sesuatu yang aneh, ia merasa lega.     

"Mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Anya sambil memegang wajahnya. Apakah ada kotoran di wajahnya?     

"Tidak. Aku khawatir padamu!" kata Nico sambil menghela napas lega. "Apa yang ia inginkan?"     

Anya menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa."     

"Katakan saja padaku jika ada yang kamu butuhkan!" kata Nico.     

"Aku hanya membutuhkan orang yang bisa merawat vanili. Tolong bantu aku secepat mungkin," kata Anya. Ia tidak berniat menceritakan masalah ini pada Nico.     

"Tenang saja. Dalam tiga hari aku akan menemukan orang yang tepat!" kata Nico sambil menepuk dadanya.     

Anya tertawa kecil mendengar jawaban Nico. Memang kehadiran Nico membuat suasana menjadi lebih cerah. "Bu Hana, bisakah kamu mengambilkan camilan untuk Nico?"     

"Terima kasih, bibi!" Nico tersenyum dengan senang mendengar ia akan mendapatkan makanan. Memang lapar hanyalah alasan untuk menyelamatkan Anya dari Deny, tetapi perutnya selalu punya ruang untuk makanan apa pun.     

Setelah mendapatkan makanannya dan memastikan bahwa tidak ada bahaya di sekitar Anya, Nico segera kembali ke rumahnya yang berada di samping rumah Aiden. Anya segera naik ke lantai dua dan memasuki kamarnya.     

Hana mengikutinya ke lantai atas, ingin memastikan bahwa Anya baik-baik saja.     

"Anya, ibu yang meminta Tuan Nico untuk datang. Ibu takut ada sesuatu yang terjadi padamu," kata Hana dengan sedikit perasaan bersalah.     

"Tidak apa-apa, Bu. Terima kasih," kata Anya dengan tenang. Setelah itu, Hana tidak langsung keluar. Ia terlihat seperti hendak mengatakan sesuatu tetapi ragu-ragu.     

Ketika Hana memutuskan untuk keluar dari kamar dan membiarkan Anya tidur, Anya tiba-tiba saja bertanya. "Bu Hana, apakah ibu mendengar pembicaraanku dengan ayahku?"     

Wajah Hana terlihat sedikit canggung. "Maaf, ibu tidak berniat menguping. Tetapi Aiden meminta ibu untuk memastikan bahwa …"     

"Aku mengerti," semua orang di rumah ini bekerja untuk Aiden. Tanpa perintah dari Aiden, tidak akan ada yang memedulikan urusan pribadinya.     

"Anya, setelah kamu datang ke rumah ini, Aiden menjadi lebih hangat. Aku benar-benar menyukaimu. Jadi, aku harap kamu memikirkan baik-baik saran dariku," sosok Hana yang keibuan tidak bisa menahan dirinya untuk memberi bantuan pada orang lain, terutama pada Anya. Sudah beberapa minggu Anya tinggal di rumah ini, membuat suasana rumah menjadi lebih menyenangkan. Aiden juga menjadi lebih hangat dibandingkan sebelumnya. Kedatangan Anya membuat semua orang, terutama Hana merasa sangat senang.     

"Aku dengar kalian membicarakan mengenai resep parfum. Jika resep itu benar-benar asli, ibu sarankan kamu meminta bantuan pada Aiden. Jangan ikuti kemauan ayahmu. Aiden pasti bisa mendapatkannya, tidak peduli bagaimana pun caranya," saran Hana.     

Anya mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan berbisik, "Aku tidak berniat mengatakannya pada Aiden."     

"Apakah kamu tidak menginginkan resep itu?" tanya Hana dengan terkejut.     

"Tentu saja aku menginginkannya," kata Anya. "Tetapi aku tidak mau membuat Aiden malu."     

Deny ingin agar Aiden membantu perusahaan Keluarga Tedjasukmana. Ia ingin Aiden menggunakan uangnya untuk mengembangkan tanah yang dimiliki oleh Keluarga Tedjasukmana. Tetapi Aiden sudah pernah mengatakan bahwa ia tidak berniat bekerja sama dengan Keluarga Tedjasukmana maupun Keluarga Mahendra. Ia hanya ingin membeli tanah miliki mereka.     

Anya tidak mau kalau sampai Aiden mengubah keputusannya hanya karena masalah pribadi Anya. hal terburuk yang mungkin terjadi adalah, ayahnya akan menjual resep itu pada Imel Tahir …     

"Anya, apakah kamu benar-benar tidak ingin meminta bantuan Aiden?" tanya Hana.     

"Aku akan menyelesaikannya sendiri. Jika aku tidak mampu, aku akan mengatakannya pada Aiden. Tolong rahasiakan hal ini untuk sementara. Kami baru saja menikah. Aku tidak mau Aiden merasa bahwa aku adalah seorang istri yang penuh dengan masalah. Aku tidak mau Aiden juga ikut terseret oleh masalah keluargaku," kata Anya sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.     

"Baiklah," Hana juga seorang wanita. Ia tahu betul apa yang Anya rasakan saat ini. Kalau sampai Aiden ikut terseret masalah keluarga Anya, keluarga Aiden pasti akan semakin merendahkan Anya.     

Ia tidak mau kalau sampai Aiden dan Anya harus berpisah karena tidak ada restu dari keluarga mereka.     

Setelah itu, Hana segera pergi dan meninggalkan Anya seorang diri.     

Anya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memikirkan formula parfum yang berada di tangan ayahnya. Bagaimana ia bisa mendapatkan resep itu tanpa melibatkan Aiden?     

Anya tidak takut berhadapan dengan Keluarga Tedjasukmana. Ketika ia sangat membutuhkan bantuan untuk pengobatan ibunya, ayahnya sama sekali tidak mau mengulurkan tangan. Ketika ia benar-benar putus asa, Natali malah menjebaknya dan mengirimkannya ke kamar hotel Aiden. Mona tidak hanya menindasnya, tetapi juga menghajarnya hingga babak belur.     

Anya tidak memedulikan Keluarga Tedjasukmana. Ia tidak peduli jika keluarga itu hancur hingga tak tersisa sekali pun.     

Tetapi, bagaimana cara mengambil resep itu dari tangan ayahnya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.