Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kesalahpahaman



Kesalahpahaman

0"Di kota ini ada begitu banyak dokter, tetapi mengapa Pamanku hanya membiarkan wanita ini yang mengurusnya. Apakah kamu tidak merasa curiga, Bibi?" kata Nico.     

Kepala Anya kembali berdengung. Apakah benar-benar ada sesuatu di antara Aiden dan Tara? Apakah Tara menyukai Aiden? Apakah Aiden juga menyukai Tara sehingga membiarkan wanita itu untuk tetap menjadi dokter pribadinya     

"Bibi, bibi …" Nico memanggil Anya berkali-kali, menyadarkan Anya dari lamunannya.     

"Terima kasih sudah memberitahuku. Jika kamu sibuk, pergilah dulu," jawab Anya dengan pelan. Nico hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengetahui bibinya bersikeras untuk bertemu dengan Tara.     

Ia sudah berusaha untuk membantu bibinya, tetapi Anya tidak mau mendengarkannya. Lebih baik,ia pulang saja.     

Setelah mobil Nico menghilang, Tara langsung keluar dan menyambut Anya dengan hangat. "Anya, cepat masuklah. Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu!" katanya dengan ceria.     

Ketika mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Nico, Anya merasa tidak nyaman bertemu dengan Tara. Namun, wanita di hadapannya itu sama sekali tidak menyadari sikapnya yang canggung. Ia langsung melingkarkan tangannya di lengan Anya dan menggandengnya untuk masuk ke dalam klinik.     

Anya hanya bisa mengikutinya dengan pasrah meski sebenarnya hatinya terasa tidak enak.     

Tara mengajak Anya menuju ke meja resepsionis, di mana sebuah pot bunga berdiri dengan gagahnya di meja tersebut.     

Anya mendekatkan kepalanya dan mengamati bunga itu lebih dekat. Anya benar-benar mencintai tanaman sehingga ia melupakan perasaan tidak enaknya. Sekarang, perhatiannya terpusat pada pot yang berada di hadapannya. "Apakah ini Saussurea? Bunga teratai salju?" tanya Anya.     

"Kamu memang benar-benar pintar! Aku dan Nico pergi ke taman kakekku dan mencurinya," kata Tara dengan penuh semangat.     

Mencuri bunga? Mengingat tingkah Nico yang nakal, tidak sulit untuk membayangkannya. Apa lagi, saat ini Aiden tidak sedang berada di Indonesia. Keliaran Nico sepertinya telah benar-benar merajalela.     

Namun, yang tidak ia duga, sepertinya, Tara memiliki sifat yang mirip dengan keponakannya itu.     

"Bukankah kamu memiliki taman bunga? Ambil lah bunga ini dan tanamlah di tamanmu," mata Tara terpaku pada pot bunga teratai salju tersebut.     

Warna putih bunga itu mengingatkannya pada salju. Bunganya benar-benar indah dan menyenangkan untuk dilihat.     

Melihat tanaman membuat hati Anya merasa lebih tenang. Ia tersenyum saat memandang bunga teratai salju di hadapannya. "Aku juga menyukainya. Tetapi pertumbuhan bunga ini sangat lama. Katanya, butuh waktu lima tahun agar bunga ini mekar …"     

"Bunga ini membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh karena pengaruh dari lingkungan sekitar. Jika kamu yang menanamnya dan merawatnya sendiri, mengatur suhu dan lingkungannya, bunga ini akan tumbuh dengan cepat," sela Tara.     

"Aku bisa meminta Nico mencari seorang profesional yang bisa mengurusnya. Selama kita bisa merawatnya dengan baik, kita bisa menghasilkan bunga ini dalam jumlah yang besar," Anya langsung menelepon Nico setelah mengatakannya.     

"Bibi, aku sudah pergi. Ada apa?" tanya Nico setelah mengangkat panggilan itu dengan cepat.     

"Bagaimana dengan permintaanku? Apakah kamu sudah menemukannya?" tanya Anya.     

"Sudah. Apakah Harris tidak memberitahumu?" tanya Nico dengan terkejut.     

"Mungkin Harris lupa. Ia harus menyelesaikan banyak hal akhir-akhir ini. Apakah kamu bisa mencarikan orang yang bisa merawat bunga teratai salju?" tanya Anya.     

"Apakah wanita itu memberikan bunga teratai salju itu padamu dan menyuruhmu untuk menanamnya di tamanmu? Ia pasti sengaja melakukannya agar ia memiliki kesempatan untuk berkunjung ke rumah. Ini adalah rencananya!" kata Nico.     

Ketika Nico mengatakannya, Tara yang berada di samping Anya bisa mendengarkan apa yang Nico katakan. Ia meminta ijin pada Anya untuk menjawab tuduhan tersebut. "Tuan Nico, jangan menuduhku sembarangan. Apa yang Anda maksud dengan rencana saya?"     

"Kamu menyukai Pamanku kan? Kamu pikir aku tidak tahu?" Nico langsung mengatakannya dengan terang-terangan.     

"Hah? Apakah kamu pikir aku sudah gila? Pamanmu begitu kejam. Aku masih ingin hidup lebih lama!" kata Tara dengan marah. Ia bahkan sudah lupa untuk memanggil Nico dengan sebutan sopan karena terlalu marah.     

"Jadi, kamu tidak menyukai Pamanku?" tanya Nico dengan curiga.     

"Aku menyukai uangnya. Aku menyukai perawakan dan wajahnya, tetapi aku tidak menyukai sifatnya," kata Tara dengan terus terang.     

"Kamu hanya menyukai luarnya saja! Kamu tidak menyukai Pamanku!" tiba-tiba saja Nico menyadarinya.     

"Jangan mempengaruhi Anya! Ia mudah percaya pada orang lain. Dan jangan mengatakan omong kosong lagi. Aku tidak tertarik pada Pamanmu," kata Tara dengan kesal.     

"Bagaimana denganku?" tanya Nico.     

"Kamu? Ha ha ha … Jangan menanyakan hal yang konyol," Tara langsung menutup teleponnya dengan tidak sopan.     

Anya menatap Tara dengan mata memicing, merasa aneh dengan pembicaraan antara Tara dan Nico. ��Apakah Nico menyukaimu?" tanyanya.     

Tara hanya mendengus saat mendengar pertanyaan itu. "Aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengannya.     

"Kata Nico, kamu dan Aiden …"     

"Berhenti! Aku tidak tertarik dengan kekasihmu itu," Tara langsung menyela kata-kata yang ingin diucapkan oleh Anya. "Memang benar aku tertarik dengan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang gagah. Apa lagi Aiden sangat kaya. Wanita mana yang tidak tertarik padanya. Tetapi mendengar bahwa ia sangat kejam, aku tidak punya nyali untuk mendekatinya! Aku tidak ingin mati muda!"     

Apa gunanya ketampanan atau kekayaan seseorang kalau orang tersebut ringan tangan? Hidup bersama dengan pria seperti itu sama dengan hidup di neraka.     

Anya terkekeh saat mendengar kata-kata Tara, "Sebenarnya Aiden sangat baik."     

Jawaban Anya itu tidak berhasil membuat Tara percaya kepadanya. Ia malah menatap Anya dengan kasihan, "Apakah kamu memiliki kecenderungan suka didominasi? Apakah kamu tipe wanita yang seperti itu?"     

Wajah Anya langsung memerah. Mengapa tiba-tiba Tara membicarakan mengenai kehidupan seksualnya? "Aku tidak berbohong! Aiden memang benar-benar baik kepadaku. Ia sama sekali tidak pernah main tangan padaku. Sungguh!" kata Anya dengan serius.     

Tara hanya tertawa saat mendengar penjelasan Anya, tetapi ia tetap tidak percaya. Bagaimana mungkin pria yang dingin dan menyeramkan seperti itu ternyata adalah sosok yang baik?     

Pada saat mereka sedang berbincang-bincang, Abdi datang menghampiri mereka dengan membawa sebuah bungkusan yang tertinggal. Anya baru sadar ia hanya membawa satu bungkus makanan, sementara bungkusan makanan yang lainnya tertinggal di mobil karena ia terburu-buru menemui Nico.     

"Nyonya, ini ketinggalan," kata Abdi. Selain membawakan bungkusan makanan yang tertinggal, Abdi juga membawakan sebuah rantang makanan yang masih hangat. Sepertinya, itu adalah makanan dari Hana.     

Anya segera mengucapkan terima kasih pada Abdi.     

Mata Tara berbinar-binar saat melihat bungkusan makanan yang Anya bawa. Ternyata, selain sifatnya yang terus terang dan mencintai uang, Tara merupakan sosok pecinta makanan!     

Tidak tahu mengapa, Anya semakin menyukai karakter Tara. Tara tidak seperti kebanyakan wanita yang bermuka dua. Wanita ini sangat jujur!     

"Ayo kita makan bersama!" kata Tara dengan penuh semangat. Tanpa malu-malu, tangannya sudah mulai membuka satu per satu bungkusan di hadapannya dan juga rantang makanan yang seharusnya merupakan milik Anya.     

Anya menyukai Tara sehingga ia tidak keberatan saat Tara melakukannya. Selain itu, ia juga merasa tidak enak hati karena Tara memberinya bunga teratai salju yang berharga ini. "Bunga ini …"     

"Tidak apa-apa! Aku mengambilnya dari tempat kakekku. Ia masih punya banyak pot lain!" kata Tara sambil sibuk membuka bungkus makanan.     

Aroma makanan langsung menyebar di dalam ruangan itu, membuat perut mereka merasa lapar. Makanannya masih hangat dan aromanya sangat menggiurkan.     

"Wow! Sepertinya, kamu memang benar-benar dimanja!" teriak Tara.     

"Aiden tidak sedingin dan sekejam yang diberitakan. Ia benar-benar baik padaku!" kata Anya sambil mengangkat alisnya.     

"Ya, mungkin saja ia memanjakanmu sekarang. Tetapi ia juga bisa saja membuangmu begitu saja. Jika kamu tidak ingin disakiti, lebih baik jangan terlibat dengannya," kata Tara dengan santainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.