Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Surat Cinta



Surat Cinta

0"Aku tidak menyalahkan ibu Raka karena memberiku uang untuk berpisah dengan putranya tiga tahun lalu …" lanjut Anya dengan suara pelan. Ia berharap Aiden tidak akan mempermasalahkan uang itu karena ibu Raka pernah melindunginya saat ia masih kecil.     

"Karena ibu Raka pernah melindungimu, aku tidak akan melakukan apa pun pada Keluarga Mahendra," kata Aiden dengan tenang.     

"Apakah kamu bisa memberikan salinan dokumen itu untukku?" tanya Anya.     

Aiden mengangkat tangannya, mengelus wajah Anya dengan jarinya. "Apa yang mau kamu lakukan? Apakah kamu mau menyelesaikannya sendiri?"     

"Aku tidak bisa selamanya bersembunyi di balik perlindunganmu. Setidaknya, kalau Raisa menggangguku, aku tidak akan berdiri diam dan menerima semua perlakuan buruknya," kata Anya. Ia tidak mau terus-terusan menjadi wanita lemah dan meminta perlindungan pada Aiden. Ia harus bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak mempermalukan Aiden.     

Aiden tersenyum dan mencium puncak kepala Anya. Samar-samar, aroma bunga tercium dari rambutnya. Istrinya yang mungil ini ingin belajar untuk bertahan dan melawan. Itu adalah hal yang bagus!     

Nico mengatakan bahwa ia harus memanjakan Anya, tetapi Aiden lebih senang saat Anya ingin berubah menjadi lebih baik.     

"Bagaimana menyelesaikan masalah ibu tirimu?" Aiden tampak menanyakannya dengan santai tetapi sebenarnya ia memperhatikan semuanya.     

"Ibuku memiliki sebuah vila atas namanya. Ia memberikannya pada ayahku agar ayahku mau melepaskan aku," kata Anya sambil tersenyum pahit.     

Hingga saat ini, ia merasa bersalah pada ibunya. Ibunya harus berkorban banyak karena kebodohannya. Kalau saja mereka tidak kehilangan vila itu, Anya bisa menjualnya saat membutuhkan uang untuk pengobatan ibunya.     

"Ibumu adalah wanita yang hebat. Ia mendidikmu dengan sangat baik. Aku akan mencarikan dokter yang terhebat untuknya," kata Aiden.     

"Benarkah?" Anya merasa gembira saat mendengar kata-kata Aiden. Harapannya untuk melihat ibunya bangun lagi terasa semakin kuat. Ia mencium pipi Aiden dengan bersemangat. "Terima kasih!"     

Aiden tersenyum, merasa senang saat Anya mencium pipinya. Istrinya ini sangat mudah untuk tergerak hatinya. Ia merasa bahagia dengan apa pun yang diberikan Aiden. Selama ini ia selalu hidup dengan menderita sehingga saat ada seseorang memberinya sedikit kehangatan, ia langsung merasa bersyukur.     

Anya tidak sepenuhnya memahami apa arti cinta. Selama ini hanya Raka, pria yang dicintainya. Ia kira cinta itu adalah cinta pertamanya, namun kenyataannya itu hanyalah sebatas cinta monyet. Ditambah lagi, pria itu tidak menghargai cinta yang diberikannya.     

Aiden berjanji akan memperhatikan istrinya ini dan memberikan seluruh cintanya pada Anya.     

"Anya, apakah kamu tinggal di rumah kecil itu setelah meninggalkan rumah Keluarga Tedjasukmana?" tanya Aiden.     

Rumah kecil Anya yang lama berjarak sangat dekat dengan perumahan Aiden. Lokasinya juga dekat dengan taman bunga yang dimiliki oleh ibunya.     

"Setelah ibuku kehilangan vila-nya, ia tidak bisa membiayai pengobatannya lagi. Ibuku membeli tanah untuk taman bunga agar bisa terus membiayai kehidupanku," kata Anya dengan suara yang tercekat, "Jika saat itu ia terus melanjutkan pengobatannya, mungkin penciumannya bisa kembali. Ia adalah parfumeur …"     

"Aku juga terluka karena ledakan sehingga kehilangan penciumanku. Dokter mengatakan itu terjadi karena kerusakan pada sarafku. Untung saja, sarafku kembali pulih saat aku menjalani pengobatan. Tidak ada pengobatan yang bisa memperbaiki saraf yang benar-benar hancur. Itu bukan salahmu, jangan menyalahkan dirimu sendiri," kata Aiden.     

Anya mengangguk. Baru pertama kali ini Aiden menceritakan mengenai pengalamannya. "Aiden, pasti kamu sangat kesakitan saat itu …"     

Anya menatapnya, wajahnya terlihat seperti menahan rasa sakit. Ia bisa melihat rasa sakit ibunya secara langsung sehingga ia bisa membayangkan Aiden juga melewati hal yang sama.     

Aiden tersenyum ke arahnya dan mengingat kembali kecelakaannya saat itu. Tetapi ia sama sekali tidak menyesal telah menyelamatkan Anya!     

Ia adalah seorang pria. Ia bisa menahan rasa sakit itu. Aiden tidak bisa membayangkan semua itu terjadi pada Anya.     

Ketika ia diselamatkan dari lokasi kejadian, ia menderita luka bakar yang parah. Telinganya tuli karena suara ledakan yang teramat keras. Matanya buta, ia kehilangan penciumannya, kakinya patah dan saraf kakinya terluka. Dokter bahkan mengatakan bahwa ia tidak akan mungkin bisa berjalan seumur hidupnya tanpa adanya keajaiban.     

Aiden adalah seorang pria yang gagah, tetapi kejadian satu malam itu saja membuatnya menjadi seseorang yang tidak berguna.     

Dunianya menjadi gelap dan kelam, tanpa adanya suara.     

Ia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa makan, tidak bisa mencium aroma, tidak bisa merasakan bagian bawah tubuhnya sama sekali …     

Semua orang mengatakan bahwa tamat sudah riwayatnya!     

Tetapi tiga bulan kemudian, Aiden kembali ke perusahaan dengan kursi rodanya dan memimpin rapat para petinggi.     

Penciumannya dan pendengarannya perlahan pulih. Luka bakarnya pun diobati dengan menggunakan pengobatan canggih sehingga tidak meninggalkan jejak sama sekali.     

Kelemahannya hanyalah matanya yang buta dan kakinya yang lumpuh.     

Namun, waktu bisa menyelesaikan segalanya. Enam bulan kemudian, Aiden kembali berjalan.     

Tidak ada yang tidak bisa Aiden lakukan.     

"Semua itu sudah berakhir," kata Aiden dengan tenang.     

"Kamu adalah pria baik-baik. Tuhan akan selalu menjagamu dan melindungimu," Anya memegang wajah Aiden dan mendaratkan kecupan ringan di dagunya. "Semuanya akan baik-baik saja!"     

"Hadiah terbesar dari Tuhan adalah mengirimkanmu kepadaku," kata Aiden sambil tersenyum lembut. "Aku menggunakan obat khusus untuk luka bakar yang aku derita. Aku akan memberikannya untuk ibumu nanti."     

Anya melihat wajah Aiden yang tidak memiliki bekas luka sama sekali. Obat yang bisa membawa hasil seperti ini pasti tidak murah. Orang biasa tidak akan mampu membayarnya.     

Anya merasa ragu. "Obat semacam itu pasti sangat mahal."     

Aiden tersenyum saat mendengar Anya masih memikirkan soal uang. Bagaimana bisa orang lain menganggap wanita ini sebagai wanita yang haus kekayaan. Tidak pernah sekali pun Anya menyentuh uangnya atau meminta uang pada Aiden selain untuk pengobatan ibunya. "Suamimu ini punya banyak uang," kata Aiden.     

Anya tertawa mendengar jawaban Aiden. pipinya sedikit merona saat mendengar Aiden menyebut kata 'suami'. "Aku tahu kamu punya banyak uang, tetapi aku tidak mau menggunakan uangmu. Dan aku tidak mampu membayar biaya semahal itu."     

"Ibumu sekarang juga adalah ibuku. Aku juga harus berbakti kepadanya. Tidak perlu membayar, aku yang akan menanggungnya," kata Aiden.     

"Kalau begitu, aku akan mengembalikan uang itu kepadamu nanti," kata anya.     

"Bagaimana cara kamu mencari uang itu?" tanya Aiden.     

"Apakah kamu mengenal Galih Pratama, raja rempah-rempah di kota ini? Ia dan ibuku adalah teman baik. Semua pemilik taman bunga akan menjual bunga dan rempah-rempah padanya. Harga yang ia berikan juga sangat bagus. Jadi aku bisa mengumpulkan uang dengan cepat jika aku menjual bunga padanya." Kata Anya.     

Alis Aiden sedikit berkerut ketika mendengar nama itu, "Apa kamu pernah bertemu dengan Galih Pratama?"     

Anya menggelengkan kepalanya. "Taman bunga milik ibuku tidak besar. Aku tidak bisa bertemu dengannya. Tetapi aku pernah berbicara melalui telepon dengannya. Ia sangat baik padaku. Ia berkata bahwa aku bisa mencarinya jika aku mengalami kesulitan."     

"Saat Keluarga Tedjasukmana tidak mau meminjamkan uang kepadamu, mengapa kamu tidak meminjam uang dari teman ibumu?" Aiden menanyakannya dengan santai seolah mereka sedang berbincang-bincang tetapi otaknya sedang memikirkan sesuatu.     

Anya hanya tersenyum tipis saat menjawab pertanyaan Aiden. "Ibuku bilang aku tidak boleh meminjam uang dari Keluarga Tedjasukmana kecuali memang benar-benar dibutuhkan. Dan aku tidak boleh membicarakan mengenai uang di hadapan Galih Pratama"     

"Mengapa?" alis Aiden terangkat. Ia tidak memahami semua ini.     

"Aku tidak tahu. Tetapi aku pernah melihat surat cinta dari Galih Pratama untuk ibuku. Aku rasa ada cerita di antara mereka yang membuat hubungan mereka jadi canggung," kata Anya sambil tersenyum. "Aku tidak mengintip isinya, tetapi aku rasa itu adalah surat cinta. Dan jumlahnya ada puluhan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.