Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Permintaan



Permintaan

0"Anya, apakah kamu pernah mencintaiku? Sedikit saja?" pertanyaan Raka membuat Anya berhenti bergerak. Kata-kata Raka itu seperti pisau yang tajam, menusuk bagian terlemah dari hatinya. Membuat hati Anya terenyuh.     

'Bagaimana aku harus menjawab pertanyaanmu, Raka?' pikirnya dalam hati.     

Sejak aku kecil hingga remaja, hanya kamu satu-satunya pria yang aku cintai. Mengapa kamu masih meragukan cintaku? Mengapa kamu bisa berpikir bahwa aku tidak pernah mencintaimu?     

Aku menemanimu untuk pergi kencan meski aku kelelahan bekerja atau pun belajar. Aku bahkan sampai tertidur di bioskop hanya untuk menemanimu menonton film kesukaanmu.     

Apakah kamu pikir aku menerima uang dari ibumu dengan sukarela dan bahagia saat memutuskan hubungan denganmu?     

Jika aku tidak mencintaimu, mengapa aku mau bersama denganmu tiga tahun yang lalu?     

Jika aku tidak mencintaimu, mengapa aku tidak bisa mencintai siapa pun setelah tiga tahun berlalu?     

Jika aku tidak mencintaimu, mengapa aku memimpikanmu di tengah malam-malamku?     

Tetapi hari ini, kamu malah bertanya apakah aku pernah mencintaimu? Apakah kamu benar-benar tidak bisa melihat cintaku kepadamu?     

Namun semuanya sudah terlambat. Dunia sudah benar-benar berbeda. Ia harus melupakan masa lalu dan menjalani kehidupannya saat ini, kehidupan bersama dengan Aiden.     

Anya tersenyum, tetapi senyum di wajahnya terlihat sedih. "Tidak!" jawabnya.     

"ANYA!" raung Raka dengan keras. Matanya yang biasanya terlihat hangat langsung terlihat dingin dan tajam. Ia bangkit berdiri dari tempat duduknya. Wajahnya terlihat sangat marah hingga urat-urat di pelipisnya menonjol.     

Namun, Anya tidak akan mundur. Ia harus terus bersandiwara. "Aku tidak pernah mencintaimu, dulu atau pun sekarang. Pergilah dan jangan kembali lagi," Anya membawa kotak p3k dan berjalan keluar dari ruangan itu.     

Di luar ruangan itu, para pegawai yang sudah selesai melayani pelanggan di toko menguping pembicaraan mereka. Ketika Anya keluar dari ruangan itu secara tiba-tiba, mereka langsung berpencar dan berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi.     

Anya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kelakuan rekan-rekan barunya. Sepertinya, ia juga akan mengalami kesulitan di tempat kerja. Tetapi ia tidak boleh menyerah. Ia sudah mendambakan pekerjaan ini sejak lama.     

Raka tidak akan tahu bahwa Anya berusaha untuk menyembunyikan kerapuhan dan kesedihannya. Ia merasa kedatangannya hari ini hanya mempermalukan diri sendiri. Ia memutuskan untuk segera meninggalkan tempat tersebut, tidak ingin berlama-lama lagi di tempat itu.     

Anya kembali ke tempat kerjanya di area parfum khusus, melihat Raka yang meninggalkan toko tersebut dengan tergesa-gesa. Hatinya terasa sakit melihat pria itu merasa kecewa.     

'Raka, masa lalu kita hanyalah sebuah kenangan, kenangan yang tidak bisa kita ulang lagi. Sekarang semuanya sudah berbeda. Aku sudah menjadi milik orang lain. Apakah kamu yang terlambat kembali ataukah aku yang berpaling terlalu cepat? Atau mungkin dunia sedang mempermainkan kita?' renung Anya sambil merapikan tempat kerjanya.     

Anya masih merasa murung saat Aiden tiba-tiba meneleponnya. Ia menatap layar ponselnya yang menampilkan nama Aiden dengan perasaan bersalah. Begitu Raka keluar dari tokonya, Aiden tiba-tiba saja meneleponnya. Tidak mungkin ini adalah sebuah kebetulan, kan?     

Anya mengangkat kepalanya dan melihat sekelilingnya, mencari sosok yang mengikutinya. Orang suruhan Aiden pasti berada di dekat tempat tersebut, tetapi Anya tidak tahu siapa yang mengikuti dan mengawasinya. Ia sama sekali tidak melihat batang hidungnya.     

Raka tidak mengetahui situasi Anya saat ini. Anya benar-benar berada dalam situasi yang menyulitkan. Namun, Raka malah datang menemuinya dan semakin menyusahkannya.     

Aiden pasti akan memarahinya karena ia bertemu dengan Raka. Padahal Anya baru saja berjanji tadi pagi. Tetapi hari belum berganti, ia sudah mengingkari janjinya.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk mengangkat panggilan tersebut. "Halo …"     

"Aku baru saja selesai rapat. Bagaimana hari pertamamu bekerja?" tanya Aiden dengan nada yang ringan seolah ia tidak tahu apa yang baru saja terjadi.     

Aiden mendapatkan informasi bahwa Anya dan Raka berada di ruang pegawai, berduaan selama tiga puluh menit. Harris menyarankan agar Aiden menelepon Anya dan menanyakan keadaannya. Asistennya sama sekali tidak peduli apakah akan dipecat atau tidak, yang penting Tuannya merasa tenang.     

Begitu Harris keluar dari kantornya, Aiden langsung menuruti saran Harris dan menelepon Anya.     

Anya pergi ke kamar mandi untuk mengangkat telepon dari Aiden. Ia memelankan suaranya dan berkata, "Aiden, apakah kamu ingin memeriksaku?"     

"Tidak, aku hanya mengkhawatirkan istriku," kata Aiden dengan santai.     

Anya hanya tertawa kecil mendengar kebohongan Aiden. Ia tahu betul Aiden pasti sudah mendengar mengenai kedatangan Raka di tempat kerjanya. Aiden meneleponnya untuk memeriksanya, tetapi tidak mau mengakuinya.     

Anya tidak menyangka Aiden juga bisa bersikap kekanakan seperti ini!     

��Hari pertamaku cukup baik. Bu Esther memintaku untuk bertanggung jawab atas parfum khusus dan area aroma. Pekerjaan itu sangat cocok untukku. Aku sangat menyukainya!" jawab Anya sambil tersenyum.     

"Aku juga menginginkan parfum buatanmu yang sesuai dengan kepribadianku. Jika dalam satu minggu kamu bisa membuat parfum yang memuaskanku, aku akan mengabulkan permintaanmu," kata Aiden dari seberang sana.     

Suara dalam Aiden benar-benar menghipnotisnya, membuat Anya melupakan apa yang baru saja terjadi.     

Jika ia bisa membuatkan parfum yang sesuai dengan keinginan Aiden, pria itu akan mengabulkan permintaannya!     

Saat ini Anya hanya ingin agar Aiden tidak bertengkar dengan Raka. Anya ingin hidup dengan damai. Ia ingin Aiden menyingkirkan kurungan yang ada di rumahnya. Ia merasa ketakutan setiap kali melihat kurungan itu.     

"Apakah kamu akan menyetujui semua permintaanku? Tanpa terkecuali?" tanya Anya dengan penuh harap. Walaupun Aiden tidak melihat Anya secara langsung, ia bisa membayangkan mata Anya yang berbinar dan senyumnya merekah di wajahnya ketika mendapatkan kesempatan ini.     

Wajah Aiden terlihat muram saat mendengar kata-kata Anya. Ia tahu bahwa Anya pasti ingin meminta agar ia tidak berurusan dengan Raka.     

"Hmm … Tentu saja!" kata Aiden.     

Tidak peduli apa pun parfum yang Anya buat, Aiden pasti akan menyukainya. Bagaimana tidak? Itu adalah buatan tangan Anya.     

Ia hanya sengaja memberi umpan pada Anya, ingin tahu apa yang Anya benar-benar inginkan setelah Raka kembali ke Indonesia. Dan Anya memakan umpan yang diberikan oleh Aiden dengan polosnya.     

Apakah anya akan meminta untuk bercerai dengannya dan kembali ke pelukan Raka?     

Apakah Anya akan memilih untuk tetap berada di sisi Raka meskipun Raka tidak akan pernah bisa menikahinya?     

Aiden memberi Anya waktu satu minggu untuk memikirkannya dengan baik-baik. Ketika ia pulang dari luar negeri, semuanya akan berakhir sesuai dengan keputusan Anya.     

"Aku menantikannya," kata Aiden dengan tenang, menyembunyikan perasaannya yang berkecamuk.     

Setelah itu, Anya memutuskan untuk memberitahu Aiden, apa yang sebenarnya telah terjadi. "Aiden …" kata Anya dengan pelan. Ia merasa sedikit ragu untuk menceritakan apa yang terjadi karena ia takut Aiden akan marah. Tetapi jika ia tidak menceritakannya, keadaannya akan semakin rumit.     

"Ada apa?" tanya Aiden. Jantungnya berdegup dengan lebih kencang saat mendengar Anya memanggilnya.     

"Terima kasih sudah meneleponku. Sebenarnya, suasana hatiku sangat buruk. Raka datang menemuiku," kata Anya dengan berhati-hati.     

"Hmm …" jawab Aiden dengan dingin.     

"Apakah kamu marah?" tanya Anya.     

"Tidak!" jawab Aiden dengan suara rendahnya. Anya hanya bisa memejamkan matanya. Dari suaranya yang dingin, jelas sekali bahwa Aiden sangat marah. Tetapi ia tidak mau mengakuinya.     

"Aiden …" Anya sengaja berbicara dengan hati-hati. "Raka terluka saat berada di tempat kerjaku. Manajerku menyuruh untuk mengobati lukanya di ruang pegawai. Aku membiarkan pintu di ruang tersebut tetap terbuka. Aku berhati-hati agar tidak berduaan di ruangan itu bersama dengan Raka."     

Akhirnya kerutan di dahi Aiden langsung menghilang. "Hmm … Baguslah," katanya. Setidaknya Anya tidak berduaan bersama dengan Raka. Hal itu membuat Aiden merasa sedikit tenang.     

Anya bisa mendengar jawaban Aiden, jawaban yang membuatnya menghela napas lega. Krisis sudah berakhir, Aiden tidak marah lagi. "Aiden, aku harus kembali bekerja. Aku akan menceritakannya saat pulang nanti," kata Anya.     

"Hmm … Baiklah!" Aiden langsung menutup telepon tersebut, tetapi suasana hatinya sudah membaik.     

Dari luar ruang kerjanya, Harris berusaha untuk menahan senyumnya. Tuannya yang dingin benar-benar dimabuk cinta sehingga bisa bersikap kekanakan seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.