Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Karena Uang



Karena Uang

0"Aku datang untuk menemuimu hari ini. Apakah Aiden memaksamu untuk menikah dengannya?" pertanyaan Raka itu menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak mempercayai penjelasan Anya kemarin.     

Anya berusaha untuk menghindari tatapan Raka dan menutup bibirnya rapat-rapat. Ia tidak berani menatapnya secara langsung dan membiarkan tatapannya berkelana ke sekitarnya.     

"Saya menyarankan untuk menggunakan limau dan jeruk bergamot untuk dasar aromanya. Aroma tersebut menyejukkan untuk digunakan sebagai parfum. Selain itu, bisa ditambahkan aroma dedaunan hijau untuk menambahkan kesan menyegarkan," Anya hanya membicarakan mengenai parfum, sama sekali tidak memedulikan pertanyaan Raka.     

"Aku menyukai bunga iris. Apakah kamu memiliki aroma bunga iris?" melihat Anya berusaha mengabaikannya, Raka juga berusaha untuk sabar dan bertanya dengan pelan-pelan.     

Anya menggelengkan kepalanya dan berusaha untuk menenangkan dirinya. "Bagaimana dengan saran saya yang tadi? Kesan aromanya menyegarkan seperti tanaman dan memiliki aroma yang sedikit asam dari jeruk."     

Mata Raka terlihat jernih dan berbinar saat mendengar kata-kata Anya. "Jeruk bergamot yang kita tanam sudah tumbuh besar dan akan berbuah untuk pertama kalinya tahun ini. Ketika buahnya sudah matang, aku akan memetiknya untukmu."     

Pohon jeruk bergamot yang Raka sebutkan itu adalah pohon yang mereka tanam ketika mereka memutuskan untuk berkencan. Pohon itu akhirnya tumbuh dan berbuah, tetapi sayangnya cinta mereka telah layu …     

Anya menahan rasa sedih di hatinya dan berkata dengan tenang, "Tidak usah, saya memiliki banyak pohon jeruk bergamot di rumah saya."     

"Tetapi tidak ada satu pun dari pohon-pohon tersebut yang merupakan milik kita," kata Raka sambil menekankan kata-kata 'kita'.     

"Raka, aku sudah menikah!" kata Anya dengan frustasi.     

"Aku tahu," wajah Raka terlihat muram. Namun, ia tetap memandang Anya dengan sangat lembut. "Seberapa besar biaya yang kamu butuhkan untuk rumah sakit ibumu? Aku akan membayarnya untukmu. Tidak peduli dengan siapa pun kamu berhubungan, aku hanya ingin kamu bahagia. Tidak seperti ini."     

"Sudah tidak perlu lagi. Aiden sudah membantuku saat aku membutuhkan uang," kata Anya sambil tersenyum tipis. Senyumnya itu seolah tidak mencapai matanya yang memancarkan kesedihan.     

Raka mendengarkan jawaban Anya. Ia meletakkan botol parfum dengan aroma buatannya di atas meja dan memegang tangan Anya.     

"Uang! Kamu menikahi Aiden karena uang!" kata Raka dengan penuh semangat. Akhirnya ia tahu alasan mengapa Anya mau menikah dengan Aiden.     

Anya langsung menepis tangan Raka. Ia mengambil tissue untuk membersihkan cairan-cairan yang berserakan di meja karena Raka meletakkan botol yang ia pegang secara tiba-tiba. Ia mengabaikan Raka dan terus memberitahu langkah selanjutnya dalam pembuatan parfum.     

Raka bahkan tidak mengikuti penjelasan Anya. Ia mencampurkan bahan-bahan secara acak seperti seseorang yang sedang bermain-main.     

"Aiden bertunangan dengan Natali. Apakah kamu tahu itu?�� kata Raka sambil mengerutkan keningnya saat memandang Anya.     

Tentu saja Anya tahu, memangnya mengapa?     

Aiden tidak menyukai Natali dan Natali tidak mau menikah dengan pria buta. Itu sebabnya Natali memberi obat tidur padanya dan mengirimnya ke kamar hotel Aiden.     

Pada saat Anya melihat Raka yang sedang berada di hadapannya. Anya mulai memahami mengapa Natali melakukan semua ini padanya.     

Natali menyukai Raka. Dengan menjebak Anya, Natali bisa membatalkan pertunangannya dengan Keluarga Atmajaya sekaligus menghancurkan Anya, wanita yang dicintai oleh Raka. Dengan itu, Raka mungkin akan berpaling kepadanya. Ia menggunakan satu batu untuk membunuh dua burung sekaligus!     

Namun, ternyata Raka sama sekali tidak percaya dengan rumor bahwa Anya adalah orang ketiga di antara Aiden dan Natali.     

Anya berpura-pura kejam dan berkata dengan tajam, "Tentu saja aku tahu. Itu sebabnya aku meminta Aiden untuk membatalkan pertunangannya dengan Natali. Aku merasa sangat puas saat melihat Natali dibuang begitu saja oleh Aiden."     

Raka menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tidak percaya! Anya, aku tahu pasti ada sesuatu yang terjadi. Tidak bisakah kamu menceritakannya kepadaku?"     

Kalau saja, tiga tahun yang lalu Raka mempercayai Anya, mungkin mereka tidak akan pernah berpisah.     

Raka mengenal Anya sejak kecil. Setelah ibunya bercerai dengan ayahnya, ibunya membawa Anya meninggalkan kediaman Tedjasukmana. Pada akhirnya, mereka putus hubungan dan tidak berkomunikasi lagi.     

Delapan tahun kemudian, mereka bertemu lagi. Di tengah keramaian, mereka masih bisa mengenal satu sama lain hanya dengan sekali lihat. Bukankah itu takdir?     

Raka masih merupakan kakak laki-laki yang sangat hangat dan selalu mengajaknya untuk bermain, sementara Anya sudah berubah menjadi gadis yang telah diasah oleh kejamnya dunia.     

Sayangnya, cinta mereka tidak mendapatkan restu dari orang tua Raka.     

Anya masih ingat bagaimana ibu Raka mempermalukannya dengan memberinya uang dan mengusirnya. Namun, demi menyelamatkan ibunya, Anya menerima uang itu dan mengakhiri cerita cintanya dengan Raka yang tidak akan pernah terwujud.     

Raka memiliki latar belakang keluarga yang sangat hebat, kepribadiannya sangat baik, pendidikan yang tinggi dan sikapnya sangat bersahaja. Pria seperti itu adalah incaran bagi semua wanita di kota, termasuk para wanita dari keluarga terpandang.     

Tetapi Raka malah memilih Anya, seorang wanita biasa-biasa saja dari keluarga yang kurang mampu. Setelah berpisah tiga tahun yang lalu pun, Raka masih tidak bisa melepaskannya.     

Raka tahu betul Anya tidak menikahi Aiden secara sukarela. Ia juga tahu bahwa ibu Anya sedang sakit dan membutuhkan uang.     

Ia tahu bahwa Anya harus menanggung semuanya sendirian dan tidak mau menceritakan bebannya itu kepada siapa pun.     

Karena ia pernah mengalaminya tiga tahun lalu, ketika Anya memilih untuk menerima uang dari ibunya dibandingkan bercerita kepadanya.     

Saat bertemu kembali tiga tahun kemudian, Anya masih tetap sama.     

Anya mengangkat kepalanya dan hanya tersenyum ke arah Raka. Senyum itu terasa sangat jauh seolah mereka adalah dua orang yang tidak pernah mengenal, dua orang yang tidak pernah saling mencinta.     

"Anya, aku tidak percaya kamu sengaja menggagalkan pernikahan Natali. Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi!" kata Raka sambil setengah memohon.     

Anya kembali menundukkan kepalanya, mengabaikan permohonan Raka. Ia membantu Raka untuk membetulkan parfumnya, sesuai dengan proporsi bahan yang seharusnya. Setelah itu, ia kembali memberikan botol parfum itu kepada Raka untuk melanjutkan pembuatan parfum khususnya agar pria itu segera menyelesaikan parfum itu dan pergi dari toko ini.     

Raka mengambilnya dan menatap Anya dengan marah. "Mengapa kamu tidak mau menjawabku? Apakah kamu tidak bisa mempercayaiku?"     

"Raka, ibuku berada dalam bahaya. Aku meminta tolong pada ayahku dan Natali untuk meminjam uang tetapi mereka tidak mau memberikan sepeser pun. Aku tidak punya pilihan lain. Aku telah menjadi wanita yang kubenci. Aku yang menggoda Aiden," kata Anya dengan dingin. Ia berharap penjelasannya kali ini bisa diterima oleh Raka.     

Ia tidak ingin Raka terus mencarinya. Ia tidak ingin Aiden dan Raka saling bertengkar. Ia tidak ingin Raka berada dalam bahaya karena dirinya …     

Raka membanting tangannya yang masih memegang botol parfum dengan keras ke meja. Tangannya mencengkeram botol parfum itu dengan erat, membuat botol itu remuk. Tangannya penuh dengan pecahan kaca dan darah mulai mengalir di meja pembuatan parfum.     

"Raka!" mata Anya terbelalak lebar saat melihat begitu banyak darah mengalir. Tetapi Raka masih mengepalkan tangannya dengan erat, tidak melepaskan pecahan-pecahan kaca yang menusuknya.     

"Katakan yang sesungguhnya!" teriak Raka.     

Darah di tangan Raka terus mengalir dan mengalir, membuat Anya panik dan ingin menangis. "Apa kamu sudah gila? Cepat lepaskan! Lepaskan!"     

Melihat Anya yang hampir menangis, Raka tidak tega untuk terus menyudutkannya dan melepaskan tangannya. Pecahan-pecahan kaca itu jatuh satu per satu ke lantai, sementara beberapa pecahan lainnya masih menusuk tangan Raka.     

Mendengar keributan yang terjadi, Ben bergegas menghampiri mereka. Ia juga terlihat panik saat melihat darah yang bercucuran dan segera meminta kotak p3k pada para pegawai lainnya. Ia meminta Raka untuk beristirahat di ruang pegawai terlebih dahulu sambil membersihkan lukanya agar tidak menyebabkan keributan di toko. Ben juga menyuruh salah satu pegawai untuk membersihkan pecahan-pecahan kaca yang berserakan di lantai.     

Anya mengikuti mereka berdua dengan tatapan yang khawatir.     

Ben meletakkan kotak p3k di atas meja dan berkata pada Anya. "Anya, tolong bantu Tuan Raka. Kita masih membutuhkan orang untuk melayani pelanggan lainnya. Aku akan pergi."     

"Eh, tapi …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.