Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hari Pertama



Hari Pertama

0Hari pertama bekerja, Ben menyuruh Anya untuk mempelajari seluk beluk toko di lantai satu. Ia ingin Anya segera beradaptasi dengan lingkungan sekitar agar bisa membantu Rose Scent dengan lebih baik.     

Sebelumnya, Ben memanggil seluruh karyawan untuk memperkenalkan Anya. Setiap hari, ia mengadakan pertemuan pagi sebelum toko dibuka, untuk membagikan tugas pada para pegawai yang bekerja hati itu. "Hari ini kita mendapatkan rekan kerja baru di Rose Scent. Perkenalkan namanya Anya dan ia akan menjadi asisten Bu Esther. Selama Bu Esther pergi dinas, Anya yang akan menggantikan pekerjaan Bu Esther di toko."     

"Halo semuanya. Nama saya Anya. saya adalah asisten parfumeur yang baru. Mohon bantuannya," Anya sedikit menunduk dan berkata dengan sopan.     

Namun, semua orang tidak menyambut perkenalannya itu dengan hangat. Mereka semua menatap Anya dengan sinis dan bergumam sendiri. Meskipun mereka berbisik, Anya bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan.     

"Kita semua bekerja untuk bertahan hidup, sedangkan kamu hanya untuk mencari pengalaman. Sungguh menyusahkan."     

"Siapa yang mau bekerja sama dengan dia, apalagi membantunya!"     

"Kita tidak bertanggung jawab untuk mengurusnya. Sudah tidak usah diperhatikan."     

Anya hanya tersenyum tipis mendengar sindiran-sindiran para rekan barunya. Mereka semua mungkin merasa iri karena mengira Anya merupakan Nona dari keluarga kaya yang hanya akan menyusahkan mereka. Ia tidak merasa marah dan berusaha menjelaskan. "Saya tidak berbeda dari kalian semua. Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ibuku bekerja keras agar bisa membayar biaya kuliahku."     

"Sejak kecil, aku membantu ibuku untuk mengurus taman sehingga aku sangat peka terhadap aroma. Impianku akan untuk menjadi seorang parfumeur. Aku bekerja keras untuk mencapainya. Aku sangat bersyukur bisa diterima kerja di Rose Scent dan aku akan bekerja keras."     

Meski ia melakukan perkenalannya dengan sangat tulus, Anya tetap tidak mendapatkan respon baik dari para rekan-rekan barunya. Melihat suasana yang agak canggung, Ben langsung memotong, "Baiklah, pertemuan selesai! Ayo kita bersihkan meja-meja dan jendela toko. Anya, kamu bantu aku mengatur rak dan mempelajari produk-produk Rose," kata Ben.     

"Baik," Anya mengangguk dan mengikuti Ben untuk menuju ke salah satu rak. Ia mengelap rak kaca dan semua botol-botol kaca yang ditampilkan dengan hati-hati sambil mempelajari nama-nama produk yang berada di etalase. Ia berusaha untuk menghafal namanya dan bentuk botol tersebut.     

"Bawakan biji kopi ini ke area aroma untuk pelanggan," Ben memberikan satu kantong kecil berisi biji kopi pada Anya.     

"Apakah ini ide Bu Esther untuk menyediakan biji kopi di area aroma?" Anya mengambil kantong berisi biji kopi itu dan menuangkannya ke dalam sebuah mangkuk kaca di area tersebut.     

"Benar. Bu Esther bilang ketika pelanggan mencium aroma parfum, penciuman mereka akan menjadi tidak sensitif dan kesulitan untuk membedakan aroma-aroma. Jadi biji kopi ini diletakkan di area uji aroma agar pelanggan bisa menetralkan penciuman mereka kembali," kata Ben sambil menatap Anya, "Bagaimana kamu bisa tahu?"     

"Ketika saya terlalu banyak mencium aroma yang kuat dan penciuman saya menjadi tidak peka, saya juga menggunakan biji kopi untuk tujuan yang sama," kata Anya sambil tersenyum.     

Ben hanya mengangguk, menanggapi jawaban Anya. "Bu Esther mengatakan padaku bahwa saat ia pergi, kamu yang akan bertanggung jawab pada area pembuatan parfum khusus dan area aroma. Jika ada pelanggan yang ingin membuat parfum khusus, kamu yang harus melayani mereka," perintah Ben.     

Anya terkejut sekaligus merasa senang. Ia tidak menyangka akan langsung mendapatkan tanggung jawab besar pada hari pertama kerjanya. "Saya tidak akan mengecewakan Anda!" katanya dengan penuh semangat.     

"Bagus. Pergilah ke area pembuatan parfum khusus dan pelajarilah tempat kerja barumu. Di sana ada beberapa bahan yang sudah dicampur dan ada beberapa bahan yang masih mentah," kata Ben sambil mengajak Anya ke tempat barunya.     

Meja kerja di area pembuatan parfum khusus menghadap ke arah pintu masuk toko. Ketika pelanggan memasuki toko, mereka bisa langsung melihat area pembuatan parfum khusus. Namun, jarang ada orang yang mengunjunginya. Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk membeli parfum yang sudah jadi.     

Mereka lebih memilih untuk langsung pergi ke area aroma, memilih aroma parfum yang mereka sukai dan langsung membayarnya di kasir.     

Tepat jam sembilan, Raka memasuki toko bahkan sebelum para pegawai selesai bersih-bersih.     

Salah satu pegawai toko langsung menyadari kedatangan tamu pertama toko mereka. "Selamat pagi, selamat datang di Rose!" sapa pegawai tersebut dengan hangat.     

Tubuh tinggi Raka berdiri menjulang di pintu masuk Rose Scent. Pakaian dan dandanannya yang rapi menunjukkan bahwa ia berasa dari kalangan kelas atas.     

Raka dan keluarganya juga sangat terkenal di kota itu. Banyak wanita yang ingin menjadi kekasihnya. Mereka bahkan tidak memedulikan seberapa besar kekayaan Raka. Meski Raka tidak kaya sekali pun, mereka tetap mau berkencan dengan Raka karena ketampanannya yang luar biasa dan kerendahan hatinya.     

Sebuah tabloid pernah membahas pria-pria pengusaha dari keluarga yang berpengaruh di kota tersebut dan memilih tiga orang dengan peringkat tertinggi. Pertama adalah Aiden dengan sifatnya yang dingin, membuat wanita mana pun berusaha keras untuk meluluhkan hatinya. Kedua adalah Raka yang rendah hati dan bersikap lembut pada setiap wanita. Ketiga adalah Nico dengan sifat playboynya yang bisa menaklukan hati setiap wanita semudah membalikkan telapak tangan.     

Raka berjalan memasuki toko dan melihat Anya sedang berada di area pembuatan parfum khusus. Ia langsung berkata pada pegawai yang menyambutnya, "Aku ingin membuat parfum khusus." Suaranya yang dalam terdengar sedikit serak.     

Ketika mendengar suara itu, Anya langsung mengangkat kepalanya dan melihat Raka sudah berada di dalam toko. Tubuhnya menegang dan ia merasa sangat tidak nyaman.     

Apa yang Raka lakukan di sini? Apakah kejadian kemarin belum cukup jelas?     

Raka tidak mau mempercayai penjelasan Anya. Ia juga tidak mau mendengarkan nasihat dari Nico. Begitu ia tahu bahwa Aiden akan pergi ke luar negeri hari ini, ia datang untuk menemui Anya.     

Tetapi Aiden tidak pergi begitu saja. Sebelum pergi, ia membuat kurungan untuk Raka jika ia berani macam-macam pada Anya.     

Anya sudah berjanji pada Aiden bahwa ia tidak akan menemui Raka. Ditambah lagi, ia juga berjanji tidak akan menyulitkan Harris. Bagaimana kalau Harris sampai dipecat? Memikirkannya saja membuat Anya merasa pusing.     

Ben yang mengetahui status Raka di kota ini langsung melangkah maju dan menyambutnya. "Tuan Raka, ini baru pertama kalinya Anda membuat parfum khusus kan? Saya belum mengetahui jenis parfum yang Anda sukai."     

"Aku suka aroma yang menyejukkan," tatapannya jatuh pada wajah Anya saat mengatakannya. Suaranya terdengar ringan dan senyum mengembang di bibirnya. "Aku ingin meminta bantuan dari pembuat parfumnya."     

"Tentu saja," jawab Ben dengan senyum lebar. Ia masih mengingat kejadian kemarin, keributan yang terjadi antara Anya, Raka dan Raisa. Tetapi tentu saja bagi Ben, penjualan adalah nomor satu. Ia tetap harus melayani pelanggannya dengan sangat baik.     

Wajah Anya terlihat tidak nyaman. Sebenarnya tidak sulit baginya untuk membantu pelanggan membuat parfum pilihannya sendiri. Namun, ia tahu bahwa Raka tidak datang untuk parfum itu …     

"Manajer, saya …"     

Ben langsung memotong Anya dan menepuk bahunya. "Anya, lebih baik segera selesaikan masalah kalian sekarang. Kalau tidak, Tuan Raka akan terus datang ke toko ini."     

Ketika memikirkan kata-kata Ben, Anya merasa bahwa sarannya itu sangat masuk akal. Jika ia tidak menerangkan dengan jelas, Raka kemungkinan akan terus kembali ke toko ini. Mungkin Raisa juga akan mengikutinya dan membuat keributan lagi di toko ini. Kalau sampai hal itu terjadi, Anya akan menghancurkan reputasi Rose Scent.     

Aiden juga tidak akan senang dengan hubungan Anya dan Raka yang tidak jelas. Selama hubungan mereka masih menggantung seperti ini, pria itu akan terus merasa cemburu. Lebih baik ia menjelaskannya pada Raka dan mengakhiri hubungan mereka secepat mungkin.     

"Silahkan ke sini, Tuan Raka!" Anya menunjukkan jalan pada Raka dengan sangat sopan. Kemudian, ia memperkenalkan satu per satu bahan-bahan dan rempah-rempah yang berada di gelas kaca untuk Raka.     

Raka sama sekali tidak tertarik dengan gelas-gelas kaca itu. Ia memang datang bukan untuk parfum. Parfum khusus itu hanyalah alasannya saja karena ia melihat Anya ditempatkan pada area tersebut. Pandangannya bahkan sama sekali tidak tertuju pada gelas kaca. Hanya ada Anya satu-satunya terpancar di matanya.     

"Aku datang untuk menemuimu hari ini. Apakah Aiden memaksamu untuk menikah dengannya?" tanya Raka dengan mata yang penuh emosi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.