Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tiga Tahun yang Lalu



Tiga Tahun yang Lalu

0"Tetapi aku juga tidak mau menikah dengan Raisa. Aku menyukai wanita lembut dan manis seperti bibi!" rengek Nico pada Aiden.     

Aiden berhenti melangkah dan menoleh ke arah Nico ketika mendengar jawaban keponakannya itu. Ia menyipitkan matanya, tatapannya terlihat berbahaya. "Apa yang kamu katakan?" tanya Aiden dengan suara pelan. Suaranya itu terdengar dingin, membuat bulu kuduk Nico berdiri.     

"Paman! Kamu terlalu cemburu buta. Aku hanya bilang aku menyukai wanita seperti bibi, tipe wanita yang lembut dan penurut. Aku tidak bilang aku menyukainya!" Nico segera menjelaskan dengan panik. Ia salah berbicara! Ia akan mati!     

"Kamu tidak menyukai Anya?" Aiden merasa semakin tidak senang. Ia mengerutkan keningnya sambil memandang Nico. Keponakannya itu tidak menyukai istri pilihannya.     

Nico bisa merasakan kepalanya berputar. Mengapa semua yang ia lakukan selalu salah?     

Kalau ia mengatakan ia menyukai bibinya, Pamannya pasti akan cemburu buta dan membunuhnya. Kalau ia mengatakan ia tidak menyukai bibinya, Pamannya akan marah padanya. Bagaimana cara agar ia bisa selamat dari jebakan maut ini? Apa ia harus berpura-pura mati?     

"Aku menyukainya sebagai bibiku," jawab Nico. Ia memutar otaknya untuk mengeluarkan jawaban yang cerdas.     

Salah satu alis Aiden terangkat. Sepertinya Nico sudah belajar dari pengalaman sehingga sekarang ia bisa menjawab pertanyaan Aiden dengan cerdas.     

"Bibimu punya saudara perempuan yang bisa dikenalkan padamu. Bukankah kamu bilang kamu butuh pacar secepat mungkin?" kata Aiden dengan santai. Ia kembali berjalan menuju ke pintu utama perusahaan Atmajaya Group.     

"Paman, jangan menjebakku. Satu-satunya saudara perempuan bibi adalah Natali Tedjasukmana," jawab Nico. Apa bedanya Raisa dengan Natali? Mengapa ia harus terjebak di antara dua wanita yang menyeramkan itu?     

Di kota ini, ada empat keluarga yang berkuasa. Pertama adalah Keluarga Atmajaya dengan kekuatan dan kekuasaan terbesar. Setelah itu, Keluarga Mahendra dan Keluarga Pratama memiliki kedudukan yang sejajar. Keluarga Tedjasukmana memang berada di urutan terakhir, tetapi mereka tetap termasuk dalam keluarga yang berpengaruh di kota ini.     

"Keluarga Atmajaya akan mendapatkan banyak keuntungan jika kamu menikahi salah satu dari mereka. Jika kamu harus memilih antara Raisa dan Natali, pilihlah Natali. Setidaknya kamu akan mendapatkan beberapa tanah dengan lokasi yang strategis sebagai mahar dari Keluarga Tedjasukmana. Toh, mereka juga tidak memiliki uang untuk mengembangkan tanah itu. Jadi, mereka pasti menyerahkan tanah itu pada keluarga kita," kata Aiden dengan serius. Ia membicarakan pernikahan seolah ini adalah masalah bisnis.     

Nico menggeleng-gelengkan kepalanya. Menurutnya, di antara dua pilihan itu, tidak ada pilihan yang terbaik. Baik Raisa maupun Natali sama buruknya di mata Nico. "Raisa dan Natali bersahabat. Orang-orang yang dekat akan memiliki kecenderungan sifat yang serupa. Aku tidak mau menikah dengan mereka," kata Nico dengan murung. Ia dan Aiden berjalan keluar dari perusahaan menuju ke mobil mereka.     

Aiden terdiam sejenak, kemudian ia memikirkan mengenai kata-kata Nico untuk menjodohkan Raisa dengan Ivan.     

"Ivan tidak boleh sampai menikah dengan Raisa atau Natali. Ia tidak boleh dibiarkan mendapatkan kekuasaan di kota ini. Ketika ia kembali, kita harus mengawasinya. Setelah perayaan ulang tahun kakekmu selesai, aku akan mencoba mengirimnya kembali ke luar negeri," kata Aiden dengan serius.     

"Paman, mengapa kita harus melakukan ini?" Nico merasa sedih. Ia tidak tahan melihat keluarganya yang bahagia menjadi seperti ini.     

"Jangan menjadi pengecut. Mungkin kamu memang memiliki hubungan yang baik dengan Ivan, tetapi bagaimana dengan ibunya? Apakah kamu tidak memikirkan bagaimana nasib Keluarga Atmajaya jika Ivan menikah dengan keluarga yang berpengaruh? Ibunya pasti akan merajalela,"     

Sebelum menaiki mobilnya, Aiden menatap ke arah perusahaannya lagi. Ia menengadah dan melihat ke lantai tertinggi, lantai tempat Anya berada. Istrinya sedang berada di sana, menunggunya di dalam kantornya. Ia benar-benar ingin kembali dan menemaninya.     

"Paman, jangan lihat ke belakang lagi. Klien kita sedang menunggu," Nico mendesak dan berusaha mendorong Aiden untuk segera masuk ke dalam mobil.     

…     

Di Kantor Aiden, Anya sedang memandang ke arah luar jendela, melihat pemandangan seluruh kota yang terpampang di hadapannya dengan kagum. Hari mulai sore, warna langit berubah menjadi kemerah-merahan.     

"Nyonya, apa yang ingin Anda makan untuk makan malam nanti?" tanya Harris sambil menghampiri Anya.     

"Pesankan saja apa yang Aiden sukai," kata Anya sambil tetap memandang ke arah luar jendela.     

Harris mengangguk setelah mendengar jawaban Anya.     

Anya merasa ragu sejenak, tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk menoleh dan menghadap ke arah Harris. "Apakah kamu melihat Raisa tadi?" tanyanya.     

"Tuan meminta Nona Raisa untuk datang ke kantor. Tetapi tidak disangka Nona Raisa malah bertemu dengan Anda di bawah," jawab Harris dengan ekspresi datar.     

Anya merasa khawatir. Aiden meminta Raisa untuk datang ke kantornya. Apakah ini karena Raka mendatanginya di tempat kerja tadi pagi?     

"Apakah Aiden mengatakan mengapa ia memanggil Raisa?" tanya Anya, berusaha untuk tetap tenang saat mengorek informasi dari Harris.     

"Tuan tidak mengatakan apa pun," jawab Harris. Ekspresinya masih tetap sama sehingga Anya tidak bisa menebak apa yang ia pikirkan.     

"Hmm … Aku mengerti. Lanjutkan saja pekerjaanmu! Tidak perlu mengkhawatirkan aku." Anya merasa sangat curiga. Tetapi jika Harris tidak mau mengatakannya, ia tidak akan bisa mendapatkan jawaban apa pun.     

Setelah Harris meninggalkannya, tinggal Anya seorang diri di dalam ruangan itu. Ia menatap kursi kerja Aiden. Kursi itu terlihat besar dan gagah, sesuai dengan orang yang menggunakannya.     

Anya duduk di kursi itu, kursi yang biasa ditempati oleh Aiden. Namun, rasanya tidak pas jika ia yang menggunakannya. Tubuhnya terlalu mungil untuk duduk di kursi sebesar itu dan ia merasa tidak pantas untuk duduk di sana.     

Saat ia hendak berdiri, tak sengaja ia menjatuhkan sebuah map berisi dokumen dari meja. Anya langsung merasa panik dan bergegas merapikan semua dokumen yang berserakan.     

Bagaimana kalau ini adalah dokumen pekerjaan Aiden yang penting?     

Namun, pada saat ia hendak mengambilnya, tangannya berhenti bergerak. Bukankah ini catatan bank?     

Mengapa ada namanya pada dokumen tersebut?     

Tangan Anya gemetaran saat melihat semua itu. Aiden sedang menyelidikinya …     

Anya mengambil dokumen itu dan melihat isinya. Dokumen itu berisi mengenai catatan perbankan-nya tiga tahun yang lalu. Saat ia melihat isi map yang lain, Anya menemukan sebuah salinan cek yang dikeluarkan oleh ibu Raka. Selain itu, ada juga catatan rinci mengenai cek tersebut yang pada akhirnya dicairkan oleh Raisa.     

Mata Anya terbelalak saat melihat nama Raisa. Tiga tahun lalu, ibu Raka memberikan cek padanya agar ia meninggalkan Raka. Namun, cek itu berakhir di Raisa. Bagaimana bisa?     

Dengan informasi-informasi yang berada di tangannya dan juga kemunculan Raisa yang mendadak di depan kantor Aiden, Anya langsung menyadari …     

Aiden sedang menyelidiki mengenai uang yang diberikan oleh ibu Raka kepadanya dan menemukan bahwa uang itu dicairkan oleh Raisa. Setelah itu, tiba-tiba saja, Raisa muncul di perusahaan Aiden.     

Semua ini bukan kebetulan …     

Sebenarnya Anya juga tidak memahami kejadian ini dengan jelas. Ia juga sangat terkejut melihat nama Raisa tertera sebagai orang yang mencairkan cek tersebut.     

Selama ini, Raka selalu berpikir bahwa Anya lah yang menerima uang itu dari keluarganya untuk berpisah dengannya. Raisa juga berpikir hal yang sama …     

Tidak ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Satu-satunya orang yang memahaminya adalah Raisa. Mungkin lebih baik Anya bertanya langsung pada Raisa, daripada membiarkan Aiden yang turun tangan.     

Kalau sampai hal itu terjadi, Anya tidak tahu bagaimana nasib Raisa selanjutnya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.