Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rasanya Dicintai



Rasanya Dicintai

0Bibir mereka berpisah. Anya menguburkan wajahnya di tubuh Aiden, merasa malu dengan ciuman kedua mereka. Ia bisa mendengar degup jantung Aiden yang kencang. Sepertinya bukan hanya ia saja yang merasa gugup. Ternyata Aiden juga merasakan hal yang sama dengannya …     

"Apakah aku sudah pernah bilang bahwa kamu adalah tipe pria yang kudambakan?" tanya Anya dengan tiba-tiba.     

Aiden mengangkat alisnya. "Memangnya aku tipe pria seperti apa?"     

"Kamu sangat cerdas. Kamu bisa melihat rencana jahat Natali dengan mudah, tidak seperti aku yang bodoh. Kamu terlihat dingin dan keras, namun hatimu sebenarnya sangat hangat dan lembut. Ketika aku bersamamu, aku merasa aman. Kamu selalu bisa melindungiku dari apa pun," jawab Anya sambil menyandarkan tubuhnya pada Aiden dan memejamkan matanya.     

Setelah itu, ia mengangkat kepalanya dan menatap Aiden. "Aku akan mencoba mengingat ingatanku yang hilang. Aku ingin tahu masa lalu kita berdua."     

Bukannya senang, Aiden terlihat murung mendengar kata-kata Anya. Ia menempelkan bibirnya di dahi Anya dan bertanya dengan suara pelan, "Bagaimana jika masa lalu kita ternyata tidak menyenangkan, tidak seperti yang kamu bayangkan?"     

"Kalau masa lalu kita tidak menyenangkan, mengapa kamu sangat baik kepadaku?" kata Anya sambil tersenyum manis. "Beri aku waktu, aku akan perlahan menyukaimu dan perlahan akan memberikan hatiku padamu. Apakah kamu mau menungguku?"     

"Mengapa aku harus menunggumu?" jawaban Aiden membuat Anya sedikit kecewa. Namun, kalimat selanjutnya membuat hati Anya meleleh. "Kamu adalah milikku dan kamu selamanya akan bersama denganku," bisik Aiden di telinga Anya sambil memeluknya dengan lembut, mengangkat tubuh wanita itu dalam pangkuannya.     

Mereka diselimuti dengan keheningan saat memeluk tubuh satu sama lain. Kehangatan mereka seolah saling tersalurkan pada malam yang dingin ini.     

"Apakah menurutmu aku tidak tulus dan hanya berusaha menyenangkanmu?" tanya Anya dengan suara lirih. Kepalanya masih bersandar di dada Aiden dan matanya terlihat menerawang. Ia ingin Aiden tahu bahwa ia benar-benar ingin membuka hatinya untuk Aiden.     

"Apakah kamu benar-benar tulus?" Aiden mempererat pelukannya. "Ada pria lain di hatimu. Mana mungkin kamu bisa menyukaiku?"     

Wajah Anya langsung memucat. Ternyata itu yang dipikirkan oleh Aiden. Aiden menganggapnya hanya bermulut manis dan tidak tulus. Aiden berpikir ia hanya memanfaatkannya.     

"Semua orang punya masa lalu. Aku tidak bisa menghapusnya, tetapi aku sudah memutuskan untuk melepaskannya. Aku butuh waktu untuk membuka hatiku kembali," bisik Anya.     

Wajah Aiden mengeras dan tubuhnya menegang saat Anya menyebutkan mengenai masa lalunya. Ia benar-benar tidak menyukai topik pembicaraan ini. Meski ia berusaha keras untuk menahan rasa cemburu dan kesal dalam hatinya, sepertinya perasaan itu terlalu kuat hingga bisa mempengaruhinya dengan sangat mudah.     

Ia melepaskan tubuh Anya, membiarkan wanita itu kembali di tempat duduknya. "Kamu tidak perlu menyukaiku kalau kamu tidak tulus," katanya dengan dingin.     

Anya terlihat sedikit panik dan mengguncang-guncang lengan Aiden. Ia benar-benar tulus. Bagaimana cara untuk menunjukkan ketulusannya pada Aiden?     

"Aiden, kamu tidak mau aku menyukaimu? Apakah kamu tidak akan menyukaiku lagi jika aku jatuh hati padamu dan terus mengganggumu?" tanya Anya.     

Aiden tidak mengatakan apa pun, tetapi wajahnya terlihat kaku. Ia menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya, mengabaikan keberadaan Anya. Bagaimana mungkin ia bisa mempercayai apa yang Anya katakan? Wanita itu bersikap sangat berhati-hati di hadapannya. Anya selalu waspada dan terlihat sangat takut saat berada di dekatnya. Sehingga ia tahu bahwa semua kata-kata Anya adalah usahanya untuk tidak membuat Aiden marah. Ia ingin melihat Anya yang sesungguhnya, bukan Anya yang selalu takut dan khawatir saat di depannya …     

Anya mengerucutkan bibirnya, merasa kesal karena Aiden tidak memedulikannya. "Aku ingin mendekatkan diri padamu. Berkencan seperti orang biasa, mendekatkan diri seperti pasangan biasa. Tidak peduli berapa lama pernikahan kita berlangsung, aku ingin berhubungan baik denganmu selama kita masih bersama."     

Kata-kata Anya sepertinya sama sekali tidak menggerakkan hati Aiden. Ia tidak tahu apa yang pria itu pikirkan dan ia juga tidak tahu bagaimana membuat Aiden percaya padanya. Akhirnya, Anya memutuskan untuk menggunakan cara terakhirnya. Ia berpindah dari tempatnya ke pangkuan Aiden dan menghadap ke arah pria itu. Tangan mungilnya memegang bahu Aiden. "Apakah kamu tidak mau itu?" tanyanya.     

Aiden langsung membuka matanya saat menyadari apa yang dilakukan oleh Anya. Ia melihat saat istrinya yang pemalu tiba-tiba saja duduk di pangkuannya dan suaranya terdengar menggoda. "Anya, jangan menggodaku."     

Anya mendekatkan wajahnya pada Aiden. Bibirnya yang dingin, menyentuh bibir Aiden dengan lembut dan berbisik dengan lirih, "Apakah kamu menyukainya?"     

Apakah Aiden menyukainya? Tentu saja, Aiden sangat menyukainya!     

Aiden senang saat melihat Anya mengambil inisiatif untuk mendekatinya. Ia bisa merasakan bahwa istrinya itu berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Wanita itu berusaha keras untuk mendekatkan diri padanya dan melupakan masa lalunya. Anya berusaha untuk membuka dirinya …     

Anya berkata bahwa perlahan-pahan ia akan memberikan hatinya pada Aiden. Tetapi jika hal ini yang terjadi, sepertinya Aiden akan terus jatuh hati berulang kali sebelum ia bisa mendapatkan hati Anya.     

"Mengapa kamu main curang seperti ini?" suara Aiden terdengar serak, berusaha untuk menahan gairahnya. Mata cokelatnya terlihat menggelap dan berbahaya.     

"Aku akan belajar untuk mencintaimu. Apakah kamu mau menungguku?" tanya Anya sambil menatap mata Aiden lurus-lurus.     

"Cukup!" salah satu tangan Aiden merengkuh pinggang Anya dan tangannya yang lain memegang belakang kepala Anya, menarik tubuh wanita itu untuk memperdalam ciuman mereka.     

Aiden menciumnya dengan ganas, membuat Anya kesulitan untuk mengikuti arus Aiden. Pria itu seolah menumpahkan seluruh kekesalan dan rasa frustasi yang terpendam dalam hatinya. Aiden merasa ciuman itu terasa berbeda dari sebelumnya. Ketika Anya yang berinisiatif untuk menciumnya, ciuman mereka terasa lebih manis.     

Mobil mereka sudah tiba di depan rumah, tetapi mereka berdua sama sekali tidak berniat untuk turun. Sementara itu, begitu tiba di rumah, Abdi langsung bergegas untuk keluar dari mobil dan memberi privasi bagi Anya dan Aiden.     

Bibir Aiden masih melumat Anya dengan ganas, seolah tidak ingin wanita itu melarikan diri dari rengkuhannya. Anya bisa merasakan bibir Aiden terus mencumbunya dengan dalam dan sedikit kasar, namun sentuhan tangan pria itu di pinggang maupun belakang kepalanya terasa sangat lembut.     

Tiba-tiba tangan Aiden bergerak ke pahanya, berusaha untuk masuk lebih dalam dan menyentuh kulitnya secara langsung. Tangan Aiden yang dingin membuat Anya terkesiap. Aiden mengambil kesempatan itu untuk menjilat bibir Anya dan memasukkan lidahnya dalam mulut wanita itu. Tidak seperti sebelumnya, di mana Anya hanya bisa menerima ciuman Aiden secara pasif, kali ini lidah Anya menyambut Aiden, membuat pria itu menggeram dengan puas.     

Tangan Aiden terus bergerak ke atas, ingin melepaskan pakaian dalam wanita itu. Tetapi tiba-tiba saja, sebuah suara keras terdengar.     

Krucuk, krucuk …     

Perut Anya mengeluarkan tangisan dengan keras, seakan-akan minta untuk diperhatikan.     

Suara itu membuat Aiden melepaskan Anya. Ia sedikit mundur, menatap wajah Anya yang merona dan terkekeh. "Lapar?"     

Anya mengangguk dengan malu. Mengapa perutnya harus berbunyi di saat-saat seperti ini? Ini sungguh memalukan!     

Anya meletakkan tangannya di bahu Aiden. "Aiden, apakah kamu mau menungguku? Aku akan berusaha untuk mencintaimu."     

"Hmm … Hanya aku satu-satunya pria yang boleh kamu cintai," kata Aiden sambil mengecup bibir Anya dengan lembut.     

"Terima kasih," kata Anya sambil memeluk Aiden dengan senang.     

"Untuk apa?" tanya Aiden dengan heran.     

"Terima kasih kamu memperbolehkanku untuk belajar mencintaimu. Sebenarnya, aku khawatir kamu tidak mau aku menyukaimu atau mencintaimu. Aku khawatir kamu akan segera menceraikanku," kata Anya sambil tersenyum sedih.     

"Mengapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Aiden sambil mengangkat alisnya.     

"Kamu menikahiku bukan karena kamu mencintaiku. Aku yakin suatu hari nanti aku harus melepaskan posisi sebagai Nyonya Atmajaya. Pada saat kamu menemukan wanita yang tepat, wanita yang kau cintai, kamu pasti akan membuangku," kata Anya dengan hati-hati. "Aku takut, jika aku jatuh cinta padamu, kamu malah merasa terganggu dan menyuruhku untuk pergi dari hadapanmu."     

Aiden tidak menyangka Anya berpikir seperti itu. Apa kurang jelas cinta yang ia tunjukkan pada Anya? Apa wanita itu tidak bisa melihat seberapa besar Aiden mencintainya?     

"Aku tidak mencintai siapa pun," kata Aiden dengan muram.     

Anya langsung menengadah dan bertanya, "Kamu tidak pernah mencintai siapa pun? Dulu atau pun sekarang?"     

Aiden tidak menjawab. Tangannya malah membuka pintu mobil dan berkata, "Ayo keluar!"     

Anya termenung saat mendengar jawaban Aiden. Aiden tidak mencintai siapa pun saat ini.     

Apakah egois jika Anya ingin agar Aiden mencintainya, padahal ia tidak mencintai Aiden?     

Apakah egois jika ia ingin merasakan rasanya dicintai?     

Mungkin suatu hari nanti Aiden juga akan mencintainya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.