Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menyelamatkan Dunia



Menyelamatkan Dunia

0"Aiden, apa yang harus kita lakukan?" Aiden bisa melihat Anya sedikit panik saat mengatakannya. Wanita itu ketakutan karena tiba-tiba saja dikepung begitu banyak orang.     

Ia memeluknya lebih erat dan menguburkan wajah wanita itu pada tubuhnya. "Harris yang akan mengurus mereka," katanya sambil menuntun Anya untuk segera menuju ke mobil mereka dengan perlindungan para pengawal mereka.     

Suara Aiden yang lembut terdengar di telinga Anya, seakan memiliki kemampuan untuk menenangkan hati seseorang. Anya tidak lagi merasa takut atau pun gelisah. Semuanya akan baik-baik saja selama ia bersama dengan Aiden!     

"Para wartawan, ini adalah urusan pribadi Tuan Aiden. Tuan Aiden memiliki kebebasan untuk berkencan dengan siapa dan kemana pun ia mau. Tolong berhati-hati lah dengan ucapan kalian. Jangan sampai pertanyaan kalian berniat untuk menyerang Tuan Aiden. Kalau tidak, Atmajaya Group akan menuntut kalian semua!" kata Harris dengan tenang. Wajahnya terlihat tanpa ekspresi, menandakan bahwa semua kata-katanya itu bukan main-main.     

Harris sangat pandai berbicara. Ia membuat para wartawan yang menulis berita mengenai Anya dan Aiden langsung berhenti, tidak berani menulis apa pun. Mereka semua terdiam, tidak berani melontarkan pertanyaan karena mereka tahu bahwa semua itu bukan hanya ancaman belaka. Atmajaya Group benar-benar akan menuntut mereka semua jika Aiden atau pun Anya merasa tersinggung.     

Sementara itu, Aiden dan Anya sedang berjalan menuju ke mobil mereka. Tangan Aiden menggenggam tangan Anya dengan erat, tidak melepaskan wanita itu sedetik pun.     

Saat mereka berada di dalam mobil pun, tangan mereka tidak terpisahkan. Anya menyandarkan kepalanya pada bahu Aiden, membiarkan tangan mereka saling bertautan. Aiden mengulurkan tangannya yang lain dan mengelus pipi Anya. Wajahnya terlihat lembut saat bertanya, "Apakah kembang apinya indah?"     

"Sangat indah!" kata Anya sambil tersenyum manis.     

"Apakah kamu menyukainya?" tanya Aiden dengan suara yang lebih lembut dari biasanya.     

"Tentu saja! Aku dengar, bianglala itu tidak akan dibuka sampai beberapa bulan ke depan. Mengapa tiba-tiba saja bianglala itu dibuka lebih awal?" tanya Anya sambil menatap wajah Aiden.     

"Hmm …" hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Aiden. Ia tidak ingin memberitahu Anya bahwa ia sudah mempersiapkan semua ini sejak awal pernikahan mereka.     

Ketika Anya mengajaknya untuk berkencan di pinggir danau, Aiden langsung menolaknya. Itu karena Aiden tidak mau Anya tahu bahwa ia sedang mempersiapkan kejutan besar untuknya.     

Ia ingin memberi kejutan, kembang api dan bianglala tujuh warna pelangi di kencan pertama mereka, berpikir bahwa istrinya itu akan sangat menyukainya.     

Untung saja, setelah ia menolak usul Anya untuk berkencan di pinggir danau, Anya menyarankan untuk memetik bunga osmanthus dan membuat kue.     

Selama mereka tidak pergi ke danau dan ke daerah dekat bianglala itu, rencana Aiden akan berhasil. Ia akan menyetujui apa pun saran Anya.     

Sejak kemarin siang, ratusan staf dikerahkan untuk simulasi percobaan. Percobaan performa, keselamatan, tempat duduk, cahaya, dan lain sebagainya …     

Kerja keras para staf itu berakhir memuaskan!     

Kencan pertama Anya dan Aiden sangat indah seperti dari negeri dongeng, meninggalkan kesan yang mendalam bagi keduanya.     

Setelah mereka pergi, para pasangan lain yang berjalan-jalan di danau itu juga bisa menikmati kembang api yang indah dan naik bianglala yang tiba-tiba saja dibuka untuk umum. Mereka semua merasa sangat gembira dan bersemangat.     

"Kamu telah mengeluarkan banyak uang untuk bianglala itu, tetapi jam bukanya hanya dua jam, jam tujuh malam hingga jam sembilan malam. Untuk satu kali putaran, kita sudah menghabiskan waktu 20 menit. Tidak banyak orang yang bisa menaikinya dalam dua jam. Kamu akan mengalami kerugian," kata Anya dengan serius. Ia tidak ingin Aiden mengalami kerugian hanya karena ingin membuatnya senang.     

"Ini hanya percobaan saja. Setelah ini, bianglala itu akan dibuka dari pagi hingga malam setiap harinya," kata Aiden.     

"Kita sepasang kekasih pertama yang menaikinya, kan ya?" tanya Anya dengan penuh semangat. Matanya terlihat berbinar saat menanyakannya.     

Sepasang kekasih?     

Aiden sangat menyukai kata-kata itu. Ia menatap Anya dan mengacak-acak rambutnya dengan lembut. "Ya, kita adalah pasangan pertama yang menaikinya!"     

Anya sangat menyukai bianglala itu. Sebelum proyek tersebut diambil alih oleh Atmajaya Group, bianglala tersebut sangatlah sederhana. Sekarang, bianglala Aiden memiliki beragam cahaya yang menakjubkan dan didesain dengan sangat mewah, hingga atapnya yang transparan bisa melihat bintang. Seperti sebuah berlian yang berada di langit malam, sesuai dengan gaya Aiden.     

"Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat senang!" kata Anya sambil tertawa. Matanya terlihat sangat cerah.     

Aiden menatap Anya sambil tersenyum puas, tangannya masih mengelus kepalanya dengan lembut. Semua yang ia lakukan tidak sia-sia. Anya merasa senang dengan kejutan yang ia rencanakan. "Sangat mudah membuatmu senang,�� katanya.     

"Aku hanya ingin hidup bahagia seperti ini. Saling mencintai dan hidup dengan damai. Dengan itu, aku akan merasa bahagia," kata Anya.     

Tatapan Aiden melembut saat mendengar Anya. Ia tahu bahwa selama ini Anya harus berjuang seorang diri untuk hidup. Ia tidak pernah punya waktu untuk dirinya sendiri. Kuliah, kerja, mencari uang, mencari makan. Setiap hari ia lalui dengan susah payah.     

Aiden lah yang mengulurkan tangannya untuk merengkuh Anya dalam pelukannya. Melindunginya saat ayahnya dan Natali berusaha untuk menjatuhkannya. Karena Aiden, Anya bisa melupakan betapa kejamnya dunia.     

"Aku sangat bersyukur kamu mau bersama denganku yang biasa-biasa saja ini. Aku benar-benar beruntung. Benar kata orang-orang, mungkin aku pernah menyelamatkan dunia di kehidupanku yang sebelumnya sehingga aku bisa bersama denganmu. Bagaimana menurutmu?" tanya Anya sambil tertawa kecil.     

"Mungkin kita pernah menyelamatkan dunia bersama-sama," kata Aiden. Suaranya yang menghipnotis membuat mulut Anya ternganga. Ia sama sekali tidak menyangka jawaban itu akan keluar dari mulut Aiden.     

Biasanya, Aiden hanya akan menjawab dengan dingin dan seadanya saja. Tetapi hari ini, pria itu sangat lembut dan bahkan mengucapkan kata-kata yang romantis. Anya hanya bisa berdeham untuk menghilangkan kecanggungan yang ia rasakan.     

Di kota ini, ada begitu banyak wanita yang lebih cantik, lebih kaya dan memiliki tubuh yang lebih bagus darinya. Ditambah lagi, Anya tidak tahu bagaimana menyenangkan seorang pria. Namun, Aiden memilihnya. Aiden memilihnya dari antara beribu-ribu wanita lain yang mungkin jauh lebih baik darinya. Betapa beruntungnya dia …     

Tanpa sadar, ia memeluk lengan Aiden dengan lebih erat seolah takut akan kehilangan pria itu.     

"Mengapa kamu memegang lenganku dengan erat?" tanya Aiden, merasa tindakan Anya sangat lucu.     

"Aku takut kamu akan melarikan diri," kata Anya tanpa sempat berpikir terlebih dahulu.     

"Bukankah itu yang kamu inginkan? Agar kamu bisa kembali ke pelukan Raka?" tanya Aiden dengan sedikit cemburu. Namun, ia tidak marah seperti sebelumnya.     

"Raka selalu ada di sisiku sejak aku masih kecil. Aku belum mengenal cinta pada saat itu dan aku pikir aku mencintainya. Tetapi semakin dewasa, aku semakin sadar bahwa aku tidak pantas untuknya," kata Anya dengan pelan.     

Anya menyandarkan kepalanya di bahu Aiden sambil tetap memegang lengannya dengan erat. "Sebelum bertemu denganmu, semuanya terasa biasa saja. Namun, setelah mengenalmu, aku merasa seolah menemukan rumahku."     

Aiden menatap wanita yang bersandar padanya dan bertanya dengan pelan, "Apakah aku rumahmu?"     

"Hmm … Tergantung bagaimana sikapmu kepadaku," jawab Anya dengan nakal. Matanya terlihat berbinar saat menggoda Aiden, sementara bibirnya tidak bisa menyembunyikan senyumannya meski ia berusaha untuk terlihat serius.     

Jawaban manja Anya membuat Aiden ikut tersenyum. Ia sedikit mengangkat dagu Anya dan mengecup bibirnya dengan lembut. Anya merasa sedikit khawatir karena mereka berada di mobil bersama dengan Abdi. Tetapi ternyata Aiden sudah menaikkan penyekat di antara kursi depan dan tengah agar Abdi tidak bisa melihat mereka.     

Tubuhnya yang tegang langsung tenang. Ia merasa ragu sejenak, kemudian membalas ciuman lembut Aiden.     

Sebuah pemikiran mengganjal di benak Aiden. Jika ia tidak memiliki uang dan bukan presiden Atmajaya Group, apakah Anya masih bisa mengandalkannya? Apakah Anya masih mau bersamanya? Semakin memikirkannya, Aiden merasa semakin kecil hati.     

Ia memeluk pinggang Anya dengan semakin erat, sementara kekalutan itu memenuhi pikirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.