Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Alasan



Alasan

0"Apakah kamu juga pernah membuatkannya untuk Raka?" suara Aiden terdengar dari belakang saat menanyakan hal itu. Saat ini, Anya sedang berdiri memunggungi Aiden. Ia sedang menyiapkan berbagai bahan kue untuk Aiden.     

Ia tidak menyangka akan ada pertanyaan yang begitu mendadak seperti ini sehingga sendok keramik yang ia pegang di tangannya langsung terjatuh.     

Sendok tersebut jatuh ke tanah dan pecah berkeping-keping. Suaranya terdengar sangat keras karena ruangan itu diselimuti oleh keheningan.     

Wajah Aiden langsung menjadi menggelap kembali. Meski ia tidak melihat wajah Anya secara langsung, meski ia hanya memandang punggungnya sekarang, Aiden sudah tahu jawabannya. Ia tidak perlu mendengar jawabannya dari mulut Anya.     

Berdasarkan reaksi Anya, Aiden tahu bahwa Anya pasti pernah membuatkan kue ini untuk Raka.     

Kenyataan itu membuat Aiden menggertakkan giginya. Rasa cemburu kembali menyelimuti hatinya, membuatnya serasa gelap mata.     

"Tidak perlu membuatnya. Aku sudah tidak menginginkannya lagi," kata Aiden dengan dingin. Ia bangkit berdiri dari kursinya, hendak pergi dari dapur.     

Anya tidak menoleh ke arah Aiden. Ia tetap diam dan tidak mengatakan apa pun saat berjongkok untuk mengambil pecahan-pecahan sendok di lantai. Melihat hal itu, Aiden langsung bergegas menghentikannya.     

Ia menggenggam tangan Anya, mencegah wanita itu untuk mengambil pecahan keramik yang berserakan di lantai. "Biarkan para pelayan yang membersihkannya." Sikapnya yang lembut berkebalikan dengan suaranya yang dingin.     

Meski ia mendengar kata-kata Aiden, Anya tidak langsung berdiri. Ia tetap berjongkok di tempat tersebut dan berkata, "Aiden, aku ingin melakukan sesuatu untukmu. Aku ingin mendekatkan diri padamu. Tetapi kamu terus menggunakan Raka untuk menyakitiku. Perlu berapa kali aku jelaskan kalau aku tidak memiliki hubungan lagi dengannya," kata Anya dengan suara lirih.     

Ia menatap ke arah bunga-bunga osmanthus kering yang ada di mangkuk besar. "Aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tetapi sekarang aku hanya ingin membuatkan kue ini untukmu. Apakah itu tidak cukup untukmu?"     

Aiden seolah tersadar bahwa sikapnya sangat tidak masuk akal. Benar kata Anya, wanita itu tidak bisa mengubah masa lalunya meski Aiden tidak menyukainya. Lalu apa yang bisa Anya lakukan jika Aiden terus bertingkah kekanakan seperti ini?     

Aiden mengusap wajahnya dan menghela napas, menyadari betapa bodoh tindakannya. Kemudian, ia ikut berjongkok di hadapan Anya dan perlahan mengajak Anya untuk bangkit berdiri. Ia tidak mau Anya sampai terluka karena pecahan-pecahan keramik yang berserakan di lantai.     

"Maafkan aku," kata Aiden dengan lembut sambil mengelus kepala Anya. Ia menyuruh para pelayan untuk segera membersihkan pecahan-pecahan keramik di lantai agar Anya bisa melanjutkan memasak. Kemudian, ia kembali duduk di tempatnya, "Aku akan melihatmu memasaknya," kata Aiden.     

Anya tersenyum tipis saat melihat Aiden kembali ke tempatnya. Ia segera kembali memasak. "Biasanya aku hanya membuat minuman dari bunga osmanthus dan menjualnya. Pada saat sekolah, aku akan membawakannya beberapa untuk teman sekelasku. Aku jarang membuat kue," suara Anya terdengar hangat dan menenangkan, seperti sebuah bulu yang menggelitik hati Aiden.     

Aiden sangat menikmati pemandangan ini, melihat Anya mengenakan celemek dan memasak di dapur rumahnya. Ia bisa merasakan kedamaian saat melihatnya. Hanya dengan duduk diam, tanpa melakukan apa pun, dan melihat Anya menyiapkan makanan untuknya, ia merasa hatinya tenang. Ia akan merasa tenang selama Anya ada di sisinya.     

Rasanya ia bisa melakukan hal ini setiap hari tanpa merasa bosan sedikit pun ...     

...     

Pada saat yang bersamaan, Nico telah tiba di depan rumah Keluarga Mahendra untuk mengantar Raka.     

Ketika Raka hendak keluar dari mobil, Nico tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya, "Raka, apakah menurutmu Anya ingin membalas dendam pada Natali karena ibu Natali telah mengacaukan pernikahan orang tuanya? Itukah sebabnya ia sengaja menggagalkan pernikahan antara Keluarga Tedjasukmana dan Keluarga Atmajaya, dan merebut Pamanku dari tunangannya?"     

Raka mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan Nico. "Tidak. Aku tahu siapa Anya. Ia tidak akan melakukan hal seperti itu. Meskipun ia memiliki hubungan yang buruk dengan Natali sekali pun, ia tidak akan berbuat jahat padanya. Apalagi menjadi orang ketiga di antara Natali dan Aiden," Raka langsung membantahnya.     

"Pamanku tidak bisa melihat. Ia tidak akan bisa tahu apa yang direncanakan oleh Anya. Jika Anya memutuskan untuk menikah dengan Pamanku karena suatu alasan yang tidak baik, aku tidak akan tinggal diam," kata Nico dengan tenang. Namun, ketenangannya itu mirip dengan ketenangan Aiden, ketenangan yang membahayakan.     

Raka terdiam sejenak saat mendengar kata-kata Nico. Kemudian ia menoleh ke arah Nico dengan tatapan tidak percaya. "Apa? Pamanmu buta? Ia sama sekali tidak terlihat seperti pria yang buta."     

"Kamu tidak berada di Indonesia saat kecelakaan itu terjadi sehingga kamu tidak tahu. Pamanku mengalami kecelakaan sekitar satu tahun yang lalu. Hmm ... Lupakan saja. Ia tidak pernah menunjukkan kelemahannya. Wajar saja kamu tidak bisa melihatnya."     

Raka hanya bisa termenung saat mendengar hal itu. Berapa banyak berita mengejutkan yang harus ia terima hari ini? Aiden sama sekali tidak terlihat seperti orang buta. Ia terlihat sangat normal.     

Raka mengingat bagaimana Aiden bisa mengambil cangkir teh yang diletakkan Anya di meja dengan tepat. Bagaimana ia bisa mengetahui benda-benda yang ada di sekitarnya seperti itu kalau ia tidak bisa melihat?     

"Aku dengar adikmu, Raisa, dekat dengan Natali. Berhati-hatilah! Natali juga adalah wanita yang licik. Ia tidak mau menikah dengan Pamanku karena ia pikir Pamanku buta dan menyedihkan. Namun, ketika Pamanku membatalkan pertunangannya, Natali malah mendatangi Anya untuk membuat masalah. Tidak baik jika adikmu terlibat dengan wanita seperti itu," kata Nico, memberi nasihat pada Raka, sementara sahabatnya itu hanya diam termenung.     

Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, namun tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak. Raka tidak berniat turun dari mobil dan Nico juga tidak berniat untuk beranjak dari tempat itu. Masih banyak hal yang perlu ia ketahui.     

"Sudah berapa lama kamu mengenal Anya?" tanya Nico.     

"Aku, Anya dan Pamanmu yang satu lagi saling mengenal sejak kecil. Kami tumbuh bersama, jadi aku sangat mengenalnya dengan baik. Sekali lihat saja, aku langsung tahu Anya tidak ingin bersama dengan Aiden. Aku harus membantunya untuk keluar dari situasi ini!" kata Raka dengan penuh tekad.     

"Kamu bisa melupakan ide itu sesegera mungkin, Raka. Aku tidak peduli mengenai hubunganmu dengan Anya, tetapi kamu tidak boleh cari masalah dengan Pamanku. Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada kalian, aku tidak bisa berbuat apa-apa," kata Nico sambil menghela napas panjang. Sangat sulit berada di tengah-tengah masalah yang rumit seperti ini.     

"Aku tidak berniat cari masalah dengan siapa pun, tetapi aku tidak bisa melihat Anya menderita. Ketika aku kembali kali ini, aku baru saja tahu mengapa ia memutuskan hubungan denganku tiga tahun yang lalu," kata Raka dengan wajah yang sedih dan penuh penyesalan. "Ibuku yang memberinya uang dan menyuruhnya untuk pergi. Ia menerima uang dari ibuku karena saat itu ibunya tiba-tiba sakit."     

"Nico, usia Anya baru tujuh belas tahun pada saat itu. Ibunya tiba-tiba tidak sadarkan diri karena sakit jantung. Ia sebatang kara. Ayahnya tidak mau membantunya dan ia dipaksa untuk berpisah denganku. Tetapi aku tidak tahu apa-apa dan malah mengatakan banyak hal yang menyakitinya." Raka memegang kepalanya seolah ia yang merasa kesakitan.     

"Apakah menurutmu Anya menikah dengan Pamanku karena biaya rumah sakit ibunya?" tanya Raka tiba-tiba.     

"Aku tidak tahu pasti, tetapi aku tahu ia menikah dengan Aiden karena suatu alasan tertentu!" kata Raka dengan yakin.     

"Sebenarnya aku juga penasaran. Aku tidak tahu apa bagusnya Anya sehingga Pamanku mau menikah dengannya," Nico tidak bermaksud menghina Anya. Tetapi bagi Nico, Aiden adalah pria yang sempurna. Sementara Anya hanyalah wanita lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa. Hal itu membuatnya curiga.     

Sebenarnya ada satu alasan lagi yang terlintas di benak Nico. Salah satu proyek perusahaan Atmajaya Group sedang mengalami kemacetan karena tidak bisa mendapatkan sebuah tanah dan tanah itu kebetulan merupakan tanah milik ibu Anya. Dengan menikahi Anya, itu artinya, Aiden juga mendapatkan tanah yang dimiliki olehnya.     

Apa mungkin Anya menikah dengan Aiden karena uang, sementara Aiden menikahi Anya karena tanah itu?     

Itu hanyalah dugaan Nico. Selain itu, proyek tersebut merupakan rahasia perusahaan sehingga ia tidak mau membahasnya dengan Raka.     

"Aku akan mencari tahu. Meski aku harus berhadapan dengan Aiden, aku akan membawa Anya keluar dari penderitaannya," kata Raka dengan suara yang pelan.     

Nico hanya tersenyum kecut saat mendengarnya. Tidak pernah sekali pun ia melihat Anya menderita saat bersama dengan Aiden. Malahan, Aiden lebih menyayangi Anya daripada dirinya sekarang.     

"Ngomong-ngomong, tadi kamu bilang bahwa Pamanku yang satunya juga mengenal Anya? Bagaimana bisa Paman Ivan juga mengenal Anya?" tanya Nico dengan penasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.