Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tamu Tak Diundang



Tamu Tak Diundang

0Saat mereka sedang mengobrol, ponsel Anya kembali berbunyi. Nomor yang sama terus muncul di layar teleponnya, meski sudah berulang kali diabaikan. Itu adalah Raka!     

Aiden sedikit menunduk untuk menatap wajah Anya yang gugup dan bertanya, "Apakah itu telepon salah sambung lagi?"     

"Hmm … Mungkin. Aku tidak mengenal nomornya," saat Anya hendak menolak panggilan tersebut, Aiden tidak sengaja menyenggol sikunya. Tangan Anya terselip dan tidak sengaja malah memencet angkat.     

Telepon itu tersambung!     

Anya tertegun ketika melihat layar ponselnya. Ia tidak berniat untuk mengangkat telepon ini. Sekarang apa yang harus ia katakan?     

Sementara itu, di ujung telepon, Raka berkata dengan penuh semangat, "Anya, ini aku, Raka. Akhirnya kamu mengangkat teleponnya …"     

Namun, tidak ada jawaban dari Anya …     

Aiden memegang tangan Anya, menjauhkan ponsel itu darinya. Ia tidak membiarkan Anya menutup teleponnya dan juga tidak membiarkan Anya untuk berbicara pada Raka.     

"Anya, aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Kalau kamu menjawabnya dengan benar, aku akan membatalkan perintahku pada Harris," katanya.     

Mata Anya melirik ke arah layar ponselnya dan melihat bahwa teleponnya masih terhubung. Raka bisa mendengar semua perbincangan mereka. Jika Anya menjawab pertanyaan Aiden dengan benar, maka Aiden tidak akan menyuruh Harris untuk mendatangi Raka.     

Kemudian, Anya menatap ke arah Aiden dan menjawabnya dengan tenang, "Apa yang ingin kamu tanyakan?"     

"Apa tugasmu setelah kamu menjadi istriku?" wajah Aiden yang tampan dan sempurna mendekat ke arahnya. Mata cokelatnya terlihat lebih gelap karena kemarahan yang ia rasakan.     

Anya tertegun saat mendengar pertanyaan itu. Tetapi ia bisa memahami bahwa ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Aiden. Kesempatan untuk menjelaskan semuanya kepada Raka bahwa Anya adalah milik Aiden dan Raka tidak boleh mendekatinya lagi.     

Jika ia bisa menjawabnya dengan benar, Aiden tidak akan menyuruh Harris untuk mendatangi Raka. Namun, jika ia menjawab sekarang, Raka bisa mendengar semua jawabannya. Apa yang harus ia lakukan?     

Tetapi Anya sadar. Saat ini, ia sudah menjadi istri orang. Ia tidak bisa berhubungan dengan pria lain lagi, terutama Raka yang merupakan mantan kekasihnya. Ia adalah wanita baik-baik dan akan selalu setia pada suaminya!     

Ia menggertakkan giginya dan membulatkan tekadnya. Walaupun ia tahu Raka akan sedih dan kecewa ketika mendengar kata-katanya, ia tidak peduli lagi. "Aku adalah istrimu. Aku akan memasak untukmu di siang hari dan menemanimu tidur di malam hari," kata Anya.     

Di ujung telepon, Raka merasa sangat geram hingga ingin meremukkan ponsel yang ia pegang.     

Akhirnya ia bisa mendengar suara Anya dari telepon setelah panggilannya tidak dijawab berulang kali. Namun, Anya tidak berbicara padanya. Ia berbicara pada pria lain seolah ia tidak mendengar panggilannya dan orang itu adalah Aiden.     

Rumor mengatakan bahwa Anya adalah orang ketiga yang menghancurkan hubungan Aiden dan Natali, tetapi ia tidak mempercayainya. Ia tidak percaya Anya akan melakukan hal serendah itu. Itu bukan Anya yang ia kenal.     

Tetapi saat mendengar Anya saat ini, ia merasa goyah. Apakah ini Anya yang dikenalnya?     

Wajahnya masih tetap sama seperti dulu, tetapi hatinya seakan sudah mati …     

Aiden menatap ke arah Anya, memicingkan matanya dan melihat wanita di hadapannya dengan dingin. Anya sengaja mengatakan hal itu untuk menjauhkan Raka darinya. Entah apa tujuan Anya yang sebenarnya, memang ingin melupakan masa lalunya atau berusaha untuk melindungi Raka dari Aiden. Tidak peduli yang mana pun alasannya, untuk sementara ini, Aiden sudah cukup puas mendengarnya.     

Ia mendekat ke arah Anya dan mengecup keningnya dengan lembut. Ia melepaskan tangannya yang masih menggenggam pergelangan tangan Anya sehingga Anya bisa mematikan panggilan telepon tersebut.     

"Apakah kamu masih akan menyuruh Harris mendatanginya? Aku sudah menyelesaikannya sendiri," kata Anya.     

"Tidak," jawab Aiden dengan singkat.     

Anya menghela napas lega setelah mendengarnya dan menatap Aiden dengan lembut. "Aku akan membuat masker mata untukmu. Kamu bisa mengistirahatkan matamu sejenak."     

"Hmm … Aku akan ke kamar," kata Aiden. Kemudian, ia berjalan ke arah tangga dan meninggalkan Anya sendiri di ruang makan.     

Anya segera menyiapkan masker mata yang ia ciptakan sendiri dan membawanya ke lantai atas. Aiden sudah duduk di sofa besar yang menghadap ke arah jendela sambil memejamkan matanya. Anya mendekatinya dan memasang masker mata itu di wajah Aiden, membiarkannya untuk beristirahat sejenak. Kemudian, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya.     

Setelah itu, ia mengeluarkan ponselnya lagi dan menyadari bahwa Raka berusaha untuk mengirimkan pesan padanya. Pria itu tidak menyerah meski sudah mendengar kata-kata Anya yang tajam.     

Anya memutuskan untuk membalasnya, memberi peringatan agar Raka tidak lagi menghubunginya, 'Lupakan masa lalu. Aku sudah bahagia dengan hidupku yang sekarang."     

Kemudian, ia memblokir nomor ponsel Raka. Ia tidak mau menyeret Raka ke dalam kehidupannya yang rumit. Jika Aiden cemburu atau marah, Raka akan berada dalam bahaya.     

Anya memutuskan untuk melupakan Raka dan menghargai kehidupannya yang sekarang …     

Anya keluar dari kamar mandi dan melihat Aiden masih berbaring di sofa dengan tenang. Matanya melembut saat melihat Aiden. Ia sudah memiliki Aiden sekarang. Pria itu selalu membantunya, menolongnya dalam keadaan sulit. Ia tidak akan melakukan apa pun yang bisa mengecewakannya …     

Setelah beberapa menit, ia mengangkat masker mata yang digunakan oleh Aiden dan membersihkan wajah pria itu. Ia membersihkannya sambil terus memandangi wajah Aiden yang tampan.     

Pria ini memiliki segalanya, ketampanan, kekayaan. Ditambah lagi, ia juga sangat lembut pada Anya. Bagaimana bisa ada pria sesempurna ini di dunia?     

Aiden masih memejamkan matanya saat menggoda Anya, "Apakah kamu suka dengan yang kamu lihat?" tanyanya.     

"Hmm …" gumam Anya.     

Aiden tidak menyangka Anya akan menjawabnya dengan jujur. Biasanya wanita itu akan selalu mengelak dengan wajah yang memerah. Jawaban Anya kali ini membuat Aiden tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya.     

"Kemarilah," kata Aiden dengan lembut.     

Anya menghampiri tangan Aiden yang terbuka lebar dan menguburkan dirinya dalam pelukan pria itu. Matahari bersinar dengan sangat terang di luar, tetapi tirai yang menutupi jendela kamarnya dan juga pendingin ruangan itu membuat mereka merasa nyaman.     

Selain itu, berada di pelukan Aiden terasa sangat menenangkan. Tidak ada lagi yang perlu Anya takutkan selama ia berada di dalam rengkuhannya. Anya bersandar pada tubuh Aiden, mendengarkan irama detak jantungnya yang stabil dan lama-kelamaan ia tertidur.     

Aiden bisa mendengar suara napas Anya yang teratur. Wanita itu telah tertidur dalam pelukannya.     

Hari ini adalah hari yang melelahkan untuk Anya. Ia harus pergi wawancara kerja, bertemu dengan Raka secara tiba-tiba, menangis saat pulang dan masih harus membujuk agar Aiden tidak marah saat di rumah. Aiden tahu bahwa tindakannya itu sangat kekanakan, tetapi ia tidak bisa menahan rasa cemburunya.     

Aiden hanya bisa menghela napas saat mengingat tingkahnya yang seperti anak kecil itu …     

Ia membiarkan Anya tertidur di dalam pelukannya, sementara ia memejamkan matanya dan beristirahat. Mereka beristirahat dengan nyaman, sampai tiba-tiba sebuah suara terdengar dari luar. Suara berisik itu membuat Aiden mengerutkan keningnya.     

Ia memindahkan Anya di atas tempat tidur dan memakaikan selimut padanya. Sebelum meninggalkan kamar, ia mengecup kening Anya dengan lembut seperti kebiasaannya saat wanita itu sedang tertidur.     

Saat ia turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang, ia melihat Nico kembali lagi ke rumahnya. Namun, kali ini ia tidak sendirian.     

Nico datang bersama dengan seseorang. Seseorang yang tidak ingin Aiden temui …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.