Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tangis



Tangis

0Anya segera menelepon Abdi setelah meninggalkan Rose Scent. Ia berusaha untuk menenangkan pikirannya, tidak ingin membuat Abdi khawatir saat melihatnya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, menghapus air mata yang tersisa di wajahnya.     

Tidak butuh waktu lama bagi Abdi untuk tiba di depan pintu mall dan menjemput Anya.     

Anya memang berusaha untuk menenangkan dirinya. Tetapi hingga ia masuk ke dalam mobil pun, Anya masih terlihat sedikit bingung. Cahaya di matanya seolah meredup …     

Seharusnya, hari ini adalah hari bahagianya karena ia diterima kerja di Rose Scent, tempat kerja yang ia inginkan …     

Tetapi ia tiba-tiba saja dunia seperti terbalik. Sedetik kamu merasa senang, dunia bisa membuatmu merasa sedih dalam sedetik juga.     

Pertemuannya dengan Raka hari ini adalah kejadian yang benar-benar tidak terduga . Ia bahkan tidak sempat mempersiapkan dirinya. Ia sama sekali tidak tahu bahwa Raka akan pulang kembali ke Indonesia. Harinya yang menyenangkan langsung memburuk, suasana hatinya seakan merosot drastis.     

Saat duduk di dalam mobil, Anya menopangkan tangannya ke sisi samping sambil memandang ke arah luar jendela. Ia tidak memperhatikan pemandangan di luar sana, tetapi benaknya kembali ke kenangannya di masa lalu.     

Anya masih ingat jelas kejadian tiga tahun yang lalu, ketika pria itu kecewa padanya. Tiga tahun lalu, tahun di mana mereka berpisah. Perpisahan mereka tidak diakhiri dengan baik-baik. Ia masih ingat jelas raut wajah Raka yang merasa sangat kecewa padanya …     

Mata pria itu memerah karena amarah yang ia rasakan. Suaranya yang biasanya terdengar lembut kali ini terdengar agak serak saat ia berteriak pada Anya. "Anya! Apakah perasaan kita, hubungan kita, bisa dihargai dengan uang di matamu?" teriaknya dengan sedikit histeris karena tidak bisa mempercayai apa yang telah Anya lakukan.     

"Raka, aku masih bisa hidup tanpamu, tetapi aku tidak bisa hidup tanpa uang. Kita memang tidak cocok. Latar belakang keluarga kita sangat berbeda. Lebih baik kita berpisah saja!" kata-kata yang keluar dari mulut Anya memang terdengar tajam seperti pisau. Tetapi bukan hanya hati Raka saja yang berdarah. Hati Anya sendiri juga terluka parah dan mengeluarkan darah …     

Setelah dipikir-pikir lagi, Anya merasa dirinya sama sekali tidak berubah. Tiga tahun yang lalu, Anya merelakan cintanya pada Raka demi uang. Sementara itu, tiga tahun kemudian, Anya menikah dengan Aiden juga demi uang …     

Anya masih ingat jelas kenangan tiga tahun lalu seperti hari kemarin. Bagaimana kemarahan menguasai Raka dan kekecewaan terpancar di wajah hangatnya. Semua itu seperti pisau tajam yang menusuk hati Anya berulang kali, meninggalkan bekas luka yang sampai sekarang masih menganga …     

Tiga tahun kemudian, mereka bertemu lagi …     

Aya tidak menyangka bahwa ia akan bertemu lagi dengan Raka. Anya tidak menyangka bahwa Raka akan mengatakan bahwa ia sangat merindukannya. Bagaimana ia harus menghadapi Raka jika pria itu memang kembali untuknya?     

Anya duduk di mobil sambil memandang ke arah luar jendela. Air mata terus menggenang di matanya, mengaburkan pandangannya. Ia membiarkan kepalanya menoleh ke arah samping karena ia tidak ingin Abdi mendengar tangisnya. Ia tidak ingin Abdi tahu bahwa ia sedang menangis.     

Anya berusaha untuk mengalihkan pikirannya dengan melihat sekelilingnya. Ia menggigit bibirnya untuk menahan tangis yang mengancam untuk turun. Namun, rasa sakit di hatinya begitu besar hingga menyesakkan dadanya, membuat napasnya sedikit tersenggal-senggal. Ia membuka mulutnya, menarik napas dalam-dalam untuk menahan air matanya. Namun air mata itu seolah terjun bebas tanpa kendali. Ia tidak berdaya …     

Sambil tetap berusaha untuk menahan tangisnya, Anya memandang ke arah luar jendela.     

Abdi bisa melihat bahwa Anya sedang menangis. Tetapi dari gesturnya, Anya terlihat ingin sendiri. Anya tidak ingin Abdi mengetahui bahwa ia sedang menangis sehingga Abdi memutuskan untuk menutup mulutnya. Ia tidak berani bertanya dan tidak berani mengatakan apa pun.     

Dari kursi pengemudinya, Abdi seolah bisa merasakan rasa sakit hati yang terpancar dari Anya. Apa yang membuat nyonya-nya menangis sesedih ini?     

…     

Begitu tiba di rumah, Anya melihat bahwa Aiden belum pulang. Ia merasa sedikit lega karena tidak harus menghadapi Aiden secara langsung. Apa yang harus ia lakukan jika ia bertemu dengan Aiden? pikirannya saat ini sedang kacau. Meski pria itu tidak bisa melihat bekas tangisnya, insting pria itu sangat kuat sehingga ia pasti tahu bahwa sesuatu telah terjadi.     

Hana bergegas menghampirinya dan menanyakan hasil wawancaranya. Wajahnya sedikit khawatir melihat ekspresi Anya yang agak muram. Sepertinya, hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Hana tidak tahu bahwa ekspresi di wajah Anya itu terjadi karena hal lain.     

"Anya! Bagaimana dengan wawancara kerjanya?" tanyanya dengan lembut.     

Anya memaksakan sebuah senyum tipis di wajahnya. "Aku diterima, Bu! Besok pagi aku akan mulai kerja," jawabnya, berusaha untuk terlihat sesenang mungkin meski hatinya terasa kacau. Ia tidak mau membuat Hana khawatir padanya.     

Jawaban Anya tidak sesuai dengan perkiraan Hana. Ia yakin melihat ekspresi murung di wajah Anya tadi. Apa mungkin Anya hanya kelelahan saja? Ia segera melupakan pikirannya itu dan memberi ucapan selamat dengan setulus hati.     

Hana memeluk tubuh Anya dengan senang. "Selamat! Jangan lupa beritahu Aiden bahwa besok kamu akan mulai bekerja," katanya sambil menepuk-nepuk bahu Anya.     

Kata-kata Hana menyadarkan Anya. Ia belum memberitahu pada Aiden bahwa ia sudah diterima bekerja. Sebagai seorang istri, tentu ia harus meminta ijin pada suaminya. Apalagi, ia harus bekerja setiap hari. Ia tidak tahu apakah Aiden akan memberi ijin atau tidak …     

"Aku akan segera meneleponnya," kata Anya pada Hana. Kemudian, ia berjalan menuju ke kamar dan berganti pakaian.     

Setelah selesai, ia duduk di pinggir tempat tidurnya dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Aiden.     

Satu kali, dua kali, tiga kali … Aiden tidak mengangkat teleponnya.     

Apakah Aiden sedang sibuk?     

Anya memutuskan untuk meneleponnya sekali lagi. Jika panggilannya yang terakhir ini tidak diangkat, ia akan menunggu hingga Aiden pulang.     

…     

Sementara itu di Kantor Aiden, Harris terlihat cemas saat melihat ekspresi tuannya. Aiden sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Ponsel Aiden berbunyi dan layarnya menunjukkan nama Anya, tetapi pria itu sama sekali tidak berusaha meraihnya seolah tidak ingin mengangkatnya.     

Ia baru saja mendapatkan informasi dari pengawal, yang ia suruh untuk mengikuti Anya, bahwa Anya telah bertemu dengan Raka. Ditambah lagi, Abdi memberitahunya bahwa Anya menangis di dalam mobil.     

Ia tahu mengapa wanita itu menangis seorang diri di dalam mobil. Itu karena Anya sangat mencintai Raka …     

Raka bisa dianggap sebagai dunia Anya sejak ia masih kecil hingga bertumbuh dewasa. Aiden tahu seberapa istimewanya Raka bagi Anya …     

Setelah tiga tahu berpisah pun, Anya tidak bisa jatuh cinta lagi. Itu bukan karena Anya terlalu sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya, tetapi karena ia tidak bisa jatuh cinta pada pria mana pun, selain Raka. Nama itu seolah terukir di hatinya untuk selamanya.     

Raka Mahendra …     

Raka masih seperti luka menganga di hati Anya. Luka itu seakan belum kering terasa perih saat disentuh.     

Namun sekarang Raka telah kembali ke Indonesia!     

"Mengapa Raka Mahendra pulang lebih awal? Bukankah seharusnya ia pulang bulan depan?" tanya Aiden pada Harris.     

"Mungkin karena proyek pembangunan kawasan kota yang baru, Tuan," kata Harris. Tetapi ia tahu bahwa bukan itu jawabannya. Ia tahu betul bahwa ada sebuah jawaban lain yang tidak bisa dipungkiri. "Atau mungkin karena nyonya Anya …" suara Harris semakin lama semakin mengecil, tetapi Aiden masih bisa mendengarnya.     

Dahi Aiden berkerut saat mendengar kata-kata Harris. Ia tahu bahwa itu adalah kenyataan, tetapi rasanya sulit untuk menerimanya.     

"Nyonya Anya sepertinya terlihat goyah setelah bertemu dengan Raka Mahendra secara tiba-tiba," kata Harris, berusaha mengingatkan Aiden.     

"Hmm … Tetapi sekarang Anya adalah istriku dan selamanya ia akan tetap menjadi Anya Atmajaya …" kata Aiden, pandangannya seolah menerawang jauh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.