Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bertemu Kembali



Bertemu Kembali

0"Anya …" Raisa tersenyum dengan manis saat menyebut nama Anya, tetapi entah mengapa Anya malah merasakan firasat buruk akan datang begitu melihat senyuman itu.     
0

Ia tidak ingin berurusan dengan gadis ini, namun ia tidak bisa ke mana pun sekarang. Raisa menghalangi pintu keluarnya dan tidak membiarkan Anya untuk melewatinya.     

Anya hanya bisa menghela napas saat melihat tubuh Raisa yang menghalangi jalannya. Ia berusaha untuk tetap tenang saat menghadapi gadis itu. "Raisa ..." sapanya dengan pelan.     

"Anya, kebetulan aku bertemu denganmu di sini! Kakakku sudah pulang. Aku ingin membeli aromaterapi untuk kamarnya. Apakah kamu tahu aromaterapi mana yang harus aku pilih?" kata Raisa sambil memandang wajah Anya dengan seksama seakan-akan sedang mengamati reaksi wanita di hadapannya itu.     

Wajah Anya memucat ketika mendengar berita bahwa kakak Raisa sudah pulang. Ia begitu terkejut saat mendengar berita itu sehingga ia hanya bisa terdiam di tempatnya.     

Itu artinya, Raka sudah kembali ke Indonesia ...     

Melihat Anya hanya diam dan tidak kunjung menjawabnya, Raisa langsung mengomel. "Manajer, wanita ini karyawan di tempat ini, kan? Mengapa ia tidak segera membantu untuk mencarikan pesananku?" kata Raisa dengan angkuh.     

Ben langsung bergegas menghampiri mereka. Pria itu sudah lama bekerja di tempat ini dan sudah menghadapi berbagai macam pelanggan dengan tingkah-tingkah aneh mereka, termasuk pelanggan yang sombong seperti Raisa. Tidak perlu orang genius untuk melihat bahwa bahwa hubungan antara kedua wanita ini tidak baik, tetapi itu bukan urusannya. Saat ini, ia hanyalah seorang manajer toko yang sedang melayani pembeli.     

"Nona, karyawan ini baru memulai kerjanya besok. Biar saya yang mengurus pesanan Nona. Apa yang Nona Raisa inginkan?" kata Ben.     

"Tidak! Aku mau dia yang membantuku!" katanya sambil menunjuk ke arah Anya. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Anya. "Kamu tidak sedang sibuk kan? Cepat pilihkan aromaterapi untukku. Aroma apa yang kakakku suka?"     

Ben bisa melihat Raisa bersikap keras kepala, tetapi wanita itu adalah pelanggan dan pelanggan adalah raja. Ia berusaha untuk membantu Anya karena memang Anya belum mulai bekerja hari ini dan belum mengenal produk mereka dengan baik. "Nona Raisa, ini adalah produk-produk terbaru dari Rose Scent. Bagaimana kalau Anda melihatnya? Mungkin ada produk yang sesuai dengan keinginan Nona."     

Raisa sama sekali tidak memedulikan Ben. Ia tetap berdiri kukuh di tempatnya dan menghalangi pintu keluar yang ingin dilewati Anya. Ia tidak akan membiarkan Anya pergi dari toko ini.     

Anya menegang. Jantungnya terasa berdetak dengan kencang. Ia berusaha untuk menampilkan senyum sopan meski ia merasa gugup, "Aku datang untuk wawancara kerja hari ini. Jadi aku belum terlalu mengenal produk-produk toko ini. Aku rasa aku tidak pantas untuk membantumu."     

Saat Anya mengatakannya, Raisa tidak memandangnya, tetapi memandang ke arah jendela luar toko seolah sedang memperhatikan hal lainnya. "Hmm ... Kalau begitu, manajer, kamu saja yang bantu aku memilihkan beberapa aromaterapi!"     

"Baik, Nona. Tolong tunggu sebentar," Ben mengangguk dengan sopan dan berjalan ke sisi etalase lainnya. Ia merasa lega karena akhirnya Raisa mau mengalah.     

Melihat Ben pergi untuk memilihkan aromaterapi pesanan Raisa, tanpa sadar Anya berkata, "Pak, Tuan Raka memiliki alergi terhadap mugwort."     

Entah apa yang merasuki pikiran Anya sehingga ia tiba-tiba saja mengatakan hal itu ...     

Rasanya kalau bisa memutar waktu, lebih baik ia kembali dan memukul mulutnya agar tidak berbicara sembarangan!     

Lebih buruknya lagi, ketika Anya mengatakan hal tersebut, sosok pria bertubuh tinggi memasuki toko tersebut. Sosok pria yang dikenalnya ...     

"Anya ..." panggil pria itu. Suara itu terdengar dari belakangnya.     

Suara itu ...     

Suara yang dikenalnya ...     

Suara yang sudah lama tidak ia dengar ...     

Anya bisa merasakan tubuhnya kaku. Ia tidak menyangka mereka akan bertemu kembali dalam situasi seperti ini setelah mereka berpisah tiga tahun yang lalu.     

Anya berbalik dan melihat sosok pria itu, sosok pria yang tampan dan hangat. Senyuman selalu menghiasi wajah tampannya, bagaikan musim semi yang menggantikan dinginnya salju. Senyuman yang sama seperti dulu ...     

Raka berdiri di tengah toko tersebut sambil memandang ke arahnya. Senyum hangatnya terpancar saat melihat sosok Anya di tempat itu.     

"Kakak! Aku ingin membeli aromaterapi untuk kamarmu. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Anya di tempat ini!" kata Raisa dengan suara tingginya. "Katanya kakak memiliki alergi terhadap mugwort," ia berpura-pura polos seolah tidak melakukan apa pun.     

Raka sama sekali tidak memedulikan keberadaan siapapun meski ia bisa mendengar apa yang Raisa katakan. Tatapannya tertuju pada satu wanita, wanita di hadapannya. Wanita yang ia rindukan ...     

Senyum merekah di wajahnya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Raisa, "Kamu masih mengingatnya ..."     

Anya sadar bahwa ia tidak bisa lari dari keadaan ini sehingga ia memutuskan untuk menghadapinya. Ia menghela napas dalam-dalam dan berkata, "Hmm ... Lama tidak berjumpa. Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini." Anya menyapanya dengan kaku seolah mereka tidak saling mengenal.     

Raka sama sekali tidak memedulikan sapaan dingin itu. Ia merasa cukup senang bisa bertemu dengan Anya. Bola mata hitamnya tampak sedikit berbinar saat menatap Anya. Tatapannya begitu dalam seakan berusaha untuk menenggelamkan Anya di dalam pandangannya.     

"Aku selalu merindukanmu selama ini. Apakah kamu juga merindukan aku?" tanyanya. Ia menanyakan hal itu tanpa memedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya. Ia merasa hanya ada mereka berdua di dunia ini, keberadaan orang-orang lainnya sama sekali tidak penting.     

Topeng dingin di wajah Anya langsung runtuh ketika mendengar bahwa Raka merindukannya. Pria itu mengatakan bahwa ia merindukannya!     

Anya bisa merasakan matanya terasa perih saat menahan air mata yang mengancam untuk keluar. Ia ingin memaksakan sebuah senyuman di wajahnya dan berpura-pura untuk tenang, tetapi ia sama sekali tidak bisa tersenyum. Bibirnya terasa sangat kaku, sehingga sebuah tawa yang canggung terdengar darinya.     

"Kita baru saja bertemu setelah sekian lama. Rasanya tidak pantas jika kamu bercanda seperti itu," jawab Anya sambil berusaha untuk tetap tegar.     

Raka hanya bisa terdiam saat mendengar jawaban Anya. Ia berdiri di tempatnya tanpa bergerak sedikit pun, tetap memandang ke arah Anya. Wanita yang selama ini ia rindukan sekarang tepat berada di hadapannya.     

Keheningan menyelimuti toko tersebut. Bahkan para pegawai toko itu juga berhenti melakukan pekerjaannya untuk memperhatikan mereka.     

Anya mengambil kesempatan itu keluar dari situasi yang menyulitkan ini, "Silahkan memilih aromaterapi yang kalian inginkan. Aku pamit dulu," Anya mengatakannya dengan tenang dan berbalik, menuju ke pintu samping yang sebelumnya dihalangi oleh Raisa.     

Raisa sudah tidak berusaha menghalangi jalannya seperti sebelumnya karena tujuannya sudah tercapai. Ia hanya berdiri diam di samping, berpura-pura seperti gadis polos yang tidak tahu apa-apa dan hanya tersenyum manis pada Anya saat Anya melewatinya.     

Ketika tangan Anya memegang kenop pintu, suara Raka kembali menghentikannya.     

"Anya, aku kembali untukmu. Tolong jangan pergi dariku," kata pria itu sambil memohon.     

Ketika mendengar kata-kata itu, Anya tidak kuasa menahan air matanya. Air mata itu mengalir dengan bebas, perlahan membasahi wajahnya. Ia tidak mau sampai ada orang yang melihatnya menangis sehingga ia tidak berbalik, berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Raka. Setelah itu, ia pergi dari tempat itu dengan langkah cepat sambil menghapus air matanya ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.