Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Dimarahi



Dimarahi

0"Anya, ini ayah. Natali menghilang. Aku tidak bisa keluar dari rumah sakit. Bisakah kamu membantu ayah untuk mencarinya?" kata Deny, begitu panggilannya tersambung pada Anya.     

Mendengar kata-kata Deny, tenggorokan Anya serasa tercekat. Ia tidak bisa mengatakan apa pun.     

"Anya, apakah kamu mendengarku? Ayah baru saja bermimpi Natali sedang menangis. Aku begitu panik dan takut sesuatu terjadi padanya. Bisakah kamu meminta bantuan Aiden untuk mencarinya. Ayah khawatir Natali mengalami masalah," kata Deny dari telepon.     

"Aku tidak punya waktu. Natali adalah menantu Keluarga Mahendra. Kalau ada sesuatu yang terjadi padanya, suruh saja Keluarga Mahendra mencarinya," kata Anya dengan dingin.     

"Anya, Natali adalah adikmu. Jangan seperti ini. Ayah sudah merencanakan pernikahan yang besar untukmu setelah ayah menerima investasi dari Keluarga Mahendra. Ayah tidak akan mempermalukan putri ayah," kata Deny, berusaha untuk membujuk Anya.     

"Natali adalah putrimu. Aku tidak memiliki hubungan apa pun denganmu lagi. Jangan telepon aku lagi," Anya langsung menutup teleponnya.     

Mobil mereka sudah berhenti di depan rumah. Aiden menyuruh pengawalnya untuk keluar dan meninggalkan mereka berdua di dalam mobil.     

Anya sudah hampir menangis ketika menerima telepon dari Deny.     

Meski ia tahu bahwa Deny bukan ayahnya, ketika mengetahui bahwa Deny benar-benar peduli dan khawatir terhadap Natali, entah mengapa Anya merasa sakit hati.     

Ia merasa sangat sedih …     

Mungkin karena selama ini Deny adalah gambaran ayah baginya …     

Atau mungkin karena ia merindukan sosok ayah di kehidupannya …     

Ketika Natali menghilang, Deny adalah orang pertama yang khawatir dan mencarinya.     

Tetapi saat Anya sedang mengalami masalah, siapa yang memedulikannya.     

"Jangan menangis. Kamu masih punya aku," Aiden menarik tubuh Anya ke dalam pelukannya.     

"Aiden, sebenarnya aku juga menginginkan kasih sayang ayahku. Aku benar-benar menginginkannya sejak kecil, tetapi hanya ada Natali di hatinya," Anya menyandarkan kepalanya di dada Aiden. "Apakah aku tidak pantas dicintai?"     

"Apakah tidak cukup aku yang mencintai dan memanjakanmu?" Aiden menundukkan kepalanya dan menghapus air mata yang mengalir di wajah Anya. "Aku tidak keberatan kalau harus 'mencintaimu' hingga subuh hari ini."     

Kata-kata Aiden membuat Anya tertawa di sela-sela tangisnya. "Aku tidak sanggup menghadapimu. Lupakan saja," katanya sambil tertawa kecil.     

"Bukankah kamu ingin dicintai?" Aiden mengangkat dagu Anya dan mengulum bibirnya.     

Anya membalas ciuman Aiden, tetapi matanya sedikit melirik ke arah pintu rumah dengan khawatir. Bagaimana kalau ada pelayan yang keluar? Bagaimana kalau Hana melihat mereka?     

Ciuman Aiden semakin dalam hingga ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Namun, bukannya segera melepaskan istrinya, ia malah sengaja tetap mencium Anya.     

Hingga wajah Anya memerah dan memukul pundak Aiden pelan. Aiden hanya tertawa kecil saat melihat Anya memperbaiki baju dan rambutnya sebelum keluar dari mobil.     

Hana berhenti di depan pintu rumah dan menatap mereka berdua sambil tersenyum.     

Aiden turun dari mobil terlebih dahulu dan kemudian membantu Anya untuk turun.     

"Kalian sudah kembali! Nyonya Diana sudah menunggu," ekspresi di wajah Hana terlihat sedikit khawatir.     

"Ibu masih bangun? Memangnya ada apa?" tanya Anya dengan terkejut.     

Ia dan Aiden pergi setelah makan malam. Sekarang, hari sudah larut. Mengapa ibunya menunggu kepulangannya?     

"Nyonya Diana sudah tidur, tetapi ia menerima telepon dari Tuan Deny. Katanya Nona Natali tidak bisa dihubungi, jadi …" Hana terlihat ragu saat menjelaskannya.     

Wajah Aiden terlihat serius. "Apakah ibu mengetahuinya?"     

"Nyonya Diana kehilangan ponselnya saat ia pergi ke taman. Setelah itu, seseorang berusaha untuk mencelakai Anya. Beberapa hari kemudian, Natali menghilang. Nyonya Diana merasa curiga dan menyimpulkannya sendiri," kata Hana.     

Anya bergerak-gerak dengan gelisah saat mendengar penjelasan Hana. "Ibuku sangat peka. Sebaiknya kita mencari cara bagaimana menjelaskan semua ini kepadanya."     

"Tidak usah. Biar aku yang menjelaskan," Aiden menggandeng tangan Anya dan memasuki ruang keluarga.     

Diana sedang duduk di sofa, terlihat seperti orang tua yang siap untuk memarahi anaknya yang berbuat salah.     

"Ibu, kami pulang. Apakah kamu menungguku?" Anya langsung menyapanya dan berpura-pura tenang.     

"Lepaskan Natali." Diana tidak berbasa-basi. Ia bahkan tahu bahwa Natali ada di tangan Aiden. Kalau tidak, tidak mungkin Anya dan Aiden keluar malam-malam seperti ini.     

"Ibu, aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan," kata Anya.     

"Deny menelepon dan mengatakan bahwa Natali menghilang. Beberapa hari yang lalu, aku kehilangan ponselku. Seseorang meneleponmu dengan menggunakan ponselku dan hampir saja mencelakaimu. Untung saja Aiden menemukanmu tempat waktu. Kalau ini memang ada hubungannya dengan Natali, serahkan ia kepada polisi. Jangan kotori tangan kalian untuk orang-orang seperti itu," kata Diana dengan tegas.     

Anya menoleh untuk menatap suaminya. Ia tidak tahu apakah ia harus mengakui atau terus mengelak.     

"Aku yang menangkap Natali. Aku hanya ingin ia merasakan apa yang ia ingin lakukan pada Anya. Kalau tidak, ia tidak akan pernah menyadari kesalahannya," jawab Aiden dengan jujur.     

Diana menatap Anya dan Aiden yang sedang berdiri di hadapannya. Mereka belum lama menikah, tetapi Aiden benar-benar mencintai Anya, lebih dari mencintai dirinya sendiri.     

Diana juga merasa sangat marah saat mengetahui Natali berniat mencelakai Anya. Tetapi setelah menenangkan diri, ia menyadari bahwa mereka tidak seharusnya mengotori tangan mereka untuk orang seperti Natali.     

"Aiden, sebagai ibu Anya, aku juga merasa sangat marah saat mengetahui Natali ingin mencelakai putriku. Tetapi tidak seharusnya kamu mengadili Natali sendiri seperti ini. Serahkan dia pada pihak yang berwajib," kata Diana.     

"Ibu …" Anya memeluk ibunya dengan lega. "Aku pikir ibu akan memarahi kami."     

Diana mengelus rambut putrinya dengan penuh sayang. "Tentu saja aku akan memarahi kalian. Bisa-bisanya kalian menyembunyikan hal sebesar ini dariku?"     

"Dengan adanya Aiden, tidak akan ada masalah yang menimpaku. Lihat aku, aku baik-baik saja," kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku bisa tenang kalau Aiden ada bersamamu. Tetapi kebodohanmu juga harus sedikit dikurangi," Diana menunjuk ke arah kening Anya. "Kembalilah ke kamarmu. Ibu ingin berbicara sebentar dengan Aiden.     

Anya menatap Aiden dengan hati-hati, khawatir ibunya akan menegur suaminya.     

"Ekspresi macam apa itu? Ibu tidak akan memakan suamimu. Sudah berapa lama kalian menikah hingga kamu begitu posesif padanya?" Diana tertawa saat mengatakannya.     

"Ibu, apa yang ibu katakan! Aku mau mandi dulu," Anya segera bangkit berdiri dan kabur untuk menyembunyikan rona di wajahnya.     

Begitu Anya pergi, hanya ada Aiden dan Diana saja di ruang keluarga. Aiden menyuruh Hana dan semua pelayan lainnya untuk istirahat.     

"Duduklah," kata Diana.     

Aiden langsung duduk. Wajahnya terlihat biasa saja seolah ia tidak melakukan kesalahan apa pun.     

"Apakah kalian menemui Natali?" tanya Diana.     

"Anya terlalu lembut. Ia pikir ada alasan dibalik kekejaman Natali kepadanya selama ini. Aku membawa Anya untuk menanyakan semuanya langsung di hadapan Natali," Aiden tidak menyembunyikan apa pun dan mengatakan yang sejujurnya di hadapan Diana.     

"Tidak peduli sudah berapa kali Natali melukainya, Anya selalu menganggap Natali sebagai saudaranya karena ia pikir darah Deny sama-sama mengalir di tubuh mereka. Kamu melakukan yang benar. Biar Anya tahu kebenarannya agar ia tidak berbelas kasihan lagi lain kali. Kali ini, untung saja kamu menyelamatkan Anya, kalau tidak …"     

Diana menutup matanya dengan sedih. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada putrinya jika Anya jatuh ke tangan dua pria itu.     

"Ibu, selama ada aku di sini, tidak akan ada yang bisa menyakiti Anya. Jangan khawatir," kata Aiden.     

"Apakah Natali memohon di hadapan Anya? Apa yang Anya katakan?" tanya Diana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.