Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kesempatan yang Sangat Berharga



Kesempatan yang Sangat Berharga

0"Siapa?" tanya Anya.     

"Apakah kamu lihat pria berjas abu-abu itu? Ia adalah kakak seniorku dan juga seorang dokter. Barusan, ia masuk rumah sakit karena dihajar oleh orang-orang suruhan keluarga Lisa. Ia tahu bahwa hari ini Lisa akan bertunangan sehingga ia melarikan diri dari rumah sakit," kata Tara. "Pria itu tahu kalau aku mengenal Nico. Ia meneleponku untuk menanyakan mengenai sifat-sifat Nico, setelah itu aku pikir ia sudah menyerah terhadap Lisa. Aku tidak mengatakan kepadanya kalau Lisa sedang hamil. Siapa yang tahu ia akan muncul di tempat ini."     

"Aku yang mengatakan kepadanya bahwa Lisa hamil anaknya. Kalau ia benar-benar mencintai Lisa, ia tidak akan diam saja dan mengabaikan pertunangan ini," kata Aiden secara tiba-tiba.     

"Aiden, kamu … Kamu hebat," Anya sangat terkejut hingga ia tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa mengangkat kedua jempolnya ke arah Aiden.     

Mata Lisa terlihat basah saat memandang pria yang dicintainya. Bahunya sedikit gemetaran.     

"Nico, maafkan aku. Aku tidak bisa bertunangan denganmu," kata Lisa sambil menitikkan air mata.     

Nico melangkah maju dan memeluk Lisa dengan lembut. Kemudian ia menepuk pundak Lisa, "Pergilah. Aku berharap kamu akan bahagia."     

"Terima kasih," Lisa langsung mengangkat bagian bawah gaunnya agar ia bisa berlari.     

Pria berjas abu-abu yang berada di bawah panggung hanya bisa menatap Lisa dengan bodoh hingga Lisa berlari ke arahnya dan melemparkan dirinya dalam pelukan pria itu. Ia hanya bisa memeluk tubuh kekasihnya dengan erat sambil menangis bersama-sama.     

Mengapa cinta mereka harus sepahit ini?     

"Apa yang kamu lakukan? Usir pria itu dari tempat ini," raung ayah Lisa dengan murka.     

"Ayah, aku mohon. Kami saling mencintai dan aku sudah mengandung anaknya," Lisa terus berusaha untuk melindungi kekasihnya.     

"Lisa, minggirlah!" tegur ayahnya.     

"Jangan sentuh dia. Ia masih sakit. Pergilah! Jangan mendekat!" Lisa berteriak dengan histeris pada orang-orang yang mendekatinya. Ia menggunakan tangannya untuk memukul dan mencakar siapa pun yang mendekati mereka.     

"Lisa, bagaimana agar aku bisa menjadi pria yang pantas untukmu," pria itu berusaha untuk melindungi Lisa di pelukannya, takut orang-orang di sekitarnya akan mencelakai bayi di kandungan Lisa.     

Orang-orang suruhan ayah Lisa langsung menangkap dan menahan pria itu, meski pria itu berusaha keras untuk meronta. Bajunya yang berwarna putih mulai dilumuri darah yang merah …     

"Aiden …" Anya merasa cemas dan langsung memegang tangan suaminya.     

"Itu adalah masalah Keluarga Srijaya. Kita tidak bisa ikut campur," kata Aiden.     

"Cukup! Hentikan semua ini. apakah kalian tidak malu?" Indah melangkah maju dan menghentikan keributan.     

"Bibi, tolong bantu kami. Bantu kami …" Lisa menangis dan berlutut di hadapan Indah.     

Indah mengabaikan keponakannya itu. Pandangannya tertuju ke arah pria yang berusaha untuk melindungi Lisa. "Aku tidak ingin tahu siapa kamu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa setelah Lisa membatalkan pertunangan hari ini, ia akan diusir dari Keluarga Srijaya dan tidak memiliki apa-apa. Apakah kamu bersedia untuk menikah dengannya dan melindunginya serta bayi di kandungannya, seumur hidupmu?"     

"Aku bersedia. Aku mencintai Lisa, bukan karena keluarganya. Aku bahkan tidak tahu kalau ia berasal dari Keluarga Srijaya," kata pria itu dengan jujur.     

"Benar, Bibi. Dia tidak tahu siapa aku sebenarnya. Kami benar-benar saling mencintai. Meski aku harus diusir dari rumah tanpa uang sepeser pun, aku tetap ingin bersama dengannya," kata Lisa sambil menangis.     

Tatapan Indah tertuju pada tangan dua pemuda pemudi yang saling bertautan dengan erat. Hatinya ikut merasa sedih atas penderitaan dua anak muda yang ingin mendapatkan kebahagiaan ini. "Pergilah."     

"Indah! Kamu tidak boleh membiarkan mereka pergi," kata ayah Lisa.     

"Kakak, kalau kamu tidak membiarkan mereka pergi, apakah kamu akan menangkap Lisa dan memaksanya untuk menyelesaikan pertunangan ini?" tanya Indah.     

"Kalau Lisa pergi, bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya pada Keluarga Atmajaya?"     

"Aku akan menemanimu untuk meminta maaf pada Keluarga Atmajaya. Aku sudah bilang padamu agar kamu tidak memaksa putrimu untuk menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Biarkan mereka memilih sendiri, dengan siapa mereka ingin hidup selamanya …" kata Indah.     

"Lisa, aku benar-benar malu karena kamu. Pergilah dan jangan kembali lagi," kata ibu Lisa pada akhirnya.     

"Aku minta maaf, ayah, ibu. Terima kasih bibi," Lisa pergi dari tempat itu setelah berpamitan pada keluarganya.     

Nico yang sedang berdiri di atas panggung sendirian menatap kepergian Lisa. Ia mengambil kembali mikrofon yang telah ia letakkan dan berkata dengan keras. "Lisa, kamu harus bahagia!"     

Lisa menoleh ke belakang dengan senyum lebar. Ia melambaikan tangannya sebelum menghilang dari tempat tersebut.     

Walaupun tidak ada perasaan cinta di antara mereka, saat merencanakan semua ini, dua orang yang berpura-pura saling mencintai itu telah membentuk persahabatan yang mendalam.     

"Apakah kamu tidak peduli meski kamu ditolak?" kata Bima dengan kesal.     

Nico berjongkok di hadapan kakeknya dan berkata. "Kakek, bagaimana kalau aku mencari pengganti Lisa agar keluarga kita tidak malu?"     

"Kamu adalah cucu tertua Keluarga Atmajaya. Apakah kamu takut tidak bisa mendapatkan kekasih? Cepat turun. Jangan berdiri di atas panggung dan membuat dirimu semakin malu," kata Bima dengan marah.     

"Lebih baik aku mencari pengganti Lisa. Kita tidak boleh membiarkan pesta ini berhenti di tengah jalan. Sayang sekali kalau kita harus menyia-nyiakan tempat dan makanan yang sudah disediakan," Nico kembali berdiri. Sebelum menunggu jawaban Bima, ia berkata dengan keras. "Aku suka wanita yang belajar ilmu kedokteran. Apa ada dokter di sini? Siapa yang ingin bertunangan denganku?"     

"Nico, aku dokter ilmu kebidanan!"     

"Aku adalah dokter anak!     

"Aku spesialis urologi dan andrologi!"     

"Aku tidak membutuhkan dokter di bidang itu. Bagaimana kalau dokter gigi? Gigiku lebih sensitif. Kalau aku tidak merawat gigiku dengan baik, gigiku mudah lubang. Apakah ada dokter gigi di sini?" kata Nico dengan sengaja sambil memandang Tara.     

"Aku seorang dokter gigi dan masih lajang. Apakah kamu keberatan dengan seorang pria?" seorang pria di tengah kerumunan menjawab dengan penuh semangat.     

"Tidak, tidak. Aku tidak suka pria. Aku lebih suka wanita," Nico sangat takut dan langsung menolaknya.     

"Nico, apakah kamu serius? Selama calonnya adalah seorang wanita dan dokter gigi, kamu pasti bersedia? Kalau begitu aku akan menceraikan suamiku sekarang, tunggu aku," seorang bibi berusia 50 tahunan sengaja menggoda Nico.     

"Bibi, jangan goda aku," kata Nico dengan malu. "Mengapa kamu masih tidak muncul juga?"     

Semua orang di bawah panggung langsung melihat ke sekelilingnya dengan bingung saat tidak ada satu orang pun yang naik ke atas panggung.     

"Wanita yang disukai oleh Nico, cepat naiklah ke atas panggung."     

"Siapa yang disukai Nico?"     

"Hanya ada sedikit dokter gigi wanita yang terkenal di kota ini. Bukankah …"     

"Tara, jangan berani-berani kabur kamu!" mata Nico yang tajam menemukan bahwa Tara sedang menjinjing gaunnya dan berlari ke arah pintu keluar ruang acara. Ia benar-benar ingin melarikan diri dari tempat ini.     

"Lisa tidak mau bertunangan denganmu. Dan sekarang Tara juga kabur. Bukankah kamu malah akan mempermalukan Keluarga Atmajaya?" sebenarnya Bima menyukai Tara, tetapi ia merasa latar belakang keluraga Tara tidak cukup pantas untuk bersanding dengan keluarganya.     

"Nico, jangan membuat masalah. Cepat turunlah dari panggung," Maria juga merasa khawatir. Ia bisa melihat Tara sudah siap untuk melarikan diri. Itu artinya Tara tidak tertarik pada Nico.     

Tirta yang sedang duduk di samping Bima hanya bisa terperangah melihat semua ini.     

Apakah Nico baru saja ditolak dua kali?     

Pertama-tama, Lisa melarikan diri dari pertunangan mereka. Dan kemudian, saat Nico mengungkapkan perasaannya pada Tara, Tara juga ingin melarikan diri …     

"Aku akan membawa Tara kembali," Anya bergegas menyusul Tara, tetapi Aiden langsung menghentikannya. "Biarkan mereka yang menyelesaikan masalah mereka sendiri."     

"Kalau Tara pergi, apa yang harus Nico lakukan? Ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kalau Nico bisa bertunangan dengan Tara di hadapan semua tamu ini, ayah terpaksa harus merestui hubungan mereka," Anya takut Tara benar-benar kabur dan melewatkan kesempatan yang sangat berharga ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.