Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rumah Sakit Jiwa



Rumah Sakit Jiwa

0"Untuk Bu Esther, terima kasih banyak karena telah mendukungku dan terus mendorongku untuk mengikuti kompetisi ini. Tanpa ibu, mungkin aku sudah melewatkan kesempatan belajar yang sangat berharga ini …     

Untuk pria yang paling penting di hidupku, pria yang telah mendukungku hingga aku bisa berdiri disini. Terima kasih karena selalu berada di sampingku. Terima kasih karena selalu percaya padaku …     

Untuk semua orang yang mendukungku, aku mencintai kalian semua."     

Setelah mengatakannya, Anya membungkuk ke arah kamera yang menyorotnya.     

Suara tepuk tangan yang meriah terdengar dari bangku penonton. Setelah itu, pembawa acara mengumumkan bahwa pemenang kedua hari ini adalah seorang parfumeur asing, dan pemenang ketiga adalah Keara.     

Wajah Keara terlihat datar, tanpa rasa gembira sedikit pun, saat ia melewati semua prosesi. Ketika ia menerima hadiahnya, ia bahkan ingin meremukkan piala kecil di tangannya karena begitu marah.     

Deny ikut meneteskan air matanya saat melihat putrinya memenangkan kompetisi ini. Putrinya yang ia abaikan, putrinya yang ia perlakukan dengan tidak adil …     

Putrinya itu telah tumbuh menjadi wanita yang hebat …     

Hatinya dipenuhi dengan rasa penyesalan saat menatap wajah putrinya dari layar TV.     

Pada saat ini, orang yang paling bergembira tentunya adalah Keluarga Atmajaya.     

"Ayah, lihat! Benarkan apa kataku! Anya memenangkan kompetisi ini. Aku tahu ia pasti bisa melakukannya," kata Maria dengan bangga seolah ia lah yang memenangkan kompetisi itu.     

"Setidaknya ia tidak mempermalukan nama Keluarga Atmajaya," Bima juga merasa sangat senang, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya tetap pedas.     

"Tentu saja! Sayang sekali orang-orang masih belum tahu bahwa Anya adalah menantu Keluarga Atmajaya. Mereka hanya mengenalnya sebagai kekasih Aiden," kata Maria.     

Begitu melihat bahwa Anya memenangkan kompetisi yang bergengsi ini, Bima merasa gatal dan ingin memberitahu kepada semua orang bahwa menantunya lah yang memenangkan kompetisi ini.     

"Tunggu setelah pertunangan Nico dan Lisa. Setelah itu aku akan menyuruh Aiden mengadakan pesta pernikahannya," kata Bima. "Meski semua orang tidak tahu bahwa Anya adalah menantuku, setidaknya mereka tahu bahwa Anya adalah kekasih Aiden."     

"Meski keberuntungannya sangat bagus, Keara tidak bisa dibandingkan dengan Anya," cibir Maria.     

"Setelah Ivan menikah dengan Keara, kamu tidak boleh pilih kasih seperti ini. Anya dan Keara sama-sama adik iparmu," kata Bima.     

"Ayah, Nadine belum ditemukan dan tidak bisa pulang ke rumah. Kalau keberadaan Nadine masih belum diketahui, aku tidak akan pernah menerima pernikahan Ivan dan Keara. Aku tidak akan membiarkan Keara masuk ke dalam Keluarga Atmajaya. Kalau ayah bersikeras, aku akan keluar dari rumah ini," kata Maria dengan marah. Ia bangkit berdiri dan mengambil tasnya, sebelum pergi menuju ke pintu depan rumah.     

"Ke mana kamu akan pergi? Apakah kamu tidak akan memasak makan malam?" Bima menghentikannya.     

"Minta saja pada calon menantu keduamu itu," gerutu Maria dengan kesal.     

Maria langsung menuju ke rumah Aiden, membuatkan masakan yang lezat bersama dengan Hana. Ia ingin merayakan kemenangan Anya bersama-sama.     

Begitu mendengar bahwa ibunya pergi ke rumah pamannya, Nico langsung mengajak Tara untuk ikut makan bersama.     

Suasana di rumah Aiden penuh dengan tawa bahagia, tetapi suasana di rumah Keluarga Mahendra sangat suram.     

Irena juga sedang menonton TV. Ia berseru dengan keras. "Nama belakangnya sama. Tetapi mengapa yang satu bisa berprestasi, sementara yang lainnya hanya bisa membuat masalah?"     

Natali hanya duduk dalam diam. Saat ini, ia tidak diperbolehkan untuk pergi ke mana pun.     

Mendengar kata-kata Irena, ia semakin membenci Anya. Semua ini karena Anya.     

Namun, saat menyaksikan siaran langsung di TV, ia bisa melihat bahwa Keara juga tidak menyukai Anya. Ia memiliki rekan!     

"Apakah kamu sudah gila? Mengapa kamu menghancurkan pisang yang kamu pegang? Itu menjijikkan," Irena bangkit berdiri dari sofa dan menatap Natali dengan jijik.     

Natali tidak mengatakan apa pun. Ia hanya melemparkan pisang di tangannya ke tempat sampah.     

Saat makan malam, Irena menyarankan agar Natali dikirimkan ke rumah sakit jiwa untuk pengobatan. Ia merasa Natali sudah sakit jiwa.     

"Aku tidak gila," kata Natali.     

"Ia sedang menonton TV dengan tenang, tetapi tiba-tiba saja ia meremukkan pisang yang dipegangnya. Itu sangat menjijikkan. Aku tidak berani tinggal serumah dengannya. Aku takut setelah ini aku yang akan diremukkan olehnya," Irena melebih-lebihkan masalah ini.     

"Ibu, aku hanya merasa kesal dan tanpa sengaja mencengkeram pisang itu. Aku tidak berteriak, aku tidak membanting barang atau merusak apa pun. Aku duduk dengan tenang. Apakah aku salah?" kata Natali.     

"Tentu saja. Aneh sekali kalau wanita terlihat begitu tenang setelah diperkosa," kata Irena dengan pahit.     

"Apakah reaksi yang normal hanya bunuh diri? Ketika aku mengalami hal yang sangat menyakitkan, tidak ada satu orang pun yang menghiburku. Aku harus menanggungnya seorang diri. Aku merasa kesal sehingga mencengkeram pisang itu terlalu erat. Apakah hal itu membuatku pantas untuk dikirimkan ke rumah sakit jiwa. Aku tidak bisa tinggal di rumah ini lagi," Natali bangkit berdiri dan naik ke lantai atas untuk mengemasi barang-barangnya.     

Raka terlihat lelah. Tetapi ia tahu betul, ia tidak bisa membiarkan Natali kembali ke rumahnya. Ia tidak bisa membiarkan Natali pergi dari pengawasannya.     

"Ayah, bicaralah pada ibu. Aku akan naik dan melihat kondisi Natali," katanya sebelum menyusul Natali.     

"Raka, biarkan saja dia pergi," kata Irena.     

"Dasar bodoh. Mengapa kamu tidak mengerti? Aku menyuruhmu untuk mengurus Natali dengan baik. Mengapa kamu malah membuatnya marah. Natali sangat menyukai Raka. Ketika ia mengalami hal yang buruk seperti itu, Raka juga tidak peduli padanya. Setidaknya kamu harus menenangkan dan menghiburnya …" tegur Rian pada istrinya.     

"Cepat batalkan pertunangannya dengan Raka. Aku tidak mau putraku berurusan dengan wanita kotor sepertinya," gerutu Irena.     

Rian memukul meja dengan marah. "Sudah cukup. Apakah tidak cukup Raisa yang terkena masalah? Sekarang kamu juga ingin membuat putramu terkena masalah? Kalau kamu seperti ini lagi, aku akan mengirimmu untuk menemani Raisa di luar negeri dan tidak memperbolehkan kamu kembali ke Indonesia tanpa seijinku."     

"Suamiku, mengapa kamu seperti ini? Aku tidak salah. Lihat saja wanita itu. Apakah kamu rela putramu menikah dengan wanita seperti itu?" Irena merasa diperlakukan dengan tidak adil.     

"Raka adalah putraku. Aku juga memikirkan mengenai Raka. Kamu tidak perlu tahu apa rencanaku dan apa yang ingin aku lakukan. Aku sudah mengatur semuanya. Pokoknya, urus saja Natali dan awasi dia agar tidak membuat masalah. Ingatlah, sekarang ia masih tunangan Raka sehingga ia juga mewakili Keluarga Mahendra. Lebih baik mengawasinya di rumah ini, dari pada membiarkan Natali berkeliaran di luar sana dan membuat masalah," kata Rian.     

Irena masih terlihat tidak senang, tetapi demi semuanya ia memutuskan untuk mendengarkan suaminya. "Baiklah, aku mengerti."     

Ia menyadari apa yang dikatakan oleh suaminya benar. Kalau Natali keluar dari rumah ini, tidak akan ada yang bisa mengawasinya.     

Lebih baik mengurungnya di rumah ini agar ia tidak bisa berbuat apa-apa …     

Di kamar, di lantai dua, Raka menghentikan Natali yang sedang mengemasi barang-barangnya.     

"Ibuku hanya emosi sesaat karena memikirkan mengenai Raisa. Ia melihat beberapa komentar yang beredar di internet dan menganggap bahwa kamu yang menyebabkan Raisa tidak bisa pulang ke Indonesia. Ketika amarahnya mereda, semuanya akan baik-baik saja," hibur Raka.     

"Aku tahu ibumu sangat mencintai Raisa. Kalau ibumu berpikir bahwa aku yang melukai Raisa, ia akan selalu membenciku," mata Natali memerah. "Biarkan aku pulang. Ayahku sendirian di rumah sakit dan tidak ada yang menjaganya. Aku ingin menemaninya."     

"Kalau kamu ingin mengunjungi ayahmu di rumah sakit, aku akan menemanimu di hari minggu," kata Raka. "Ada banyak wartawan di luar sana. Kalau ada yang mengambil gambarmu, bagaimana kamu akan menjelaskan mengenai luka di tubuhmu?"     

"Raka, apakah kamu khawatir padaku? Atau kamu hanya takut aku akan merusak nama baik keluargamu?" tanya Natali.     

"Apakah ada bedanya? Kamu adalah tunanganku dan kamu adalah bagian dari keluargaku. Semua yang kamu katakan dan lakukan juga mewakili Keluarga Mahendra," jawab Raka dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.