Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kompetisi Berlangsung Sengit



Kompetisi Berlangsung Sengit

0Anya adalah orang pertama yang memasuki babak kedua. Tetapi hingga babak kedua dimulai sekali pun, ia tidak bergerak. Wajahnya terlihat serius.     

"Ibu, ada apa dengan Anya?" tanya Aiden dengan curiga.     

"Keluarga Pratama adalah pembuat rempah-rempah. Tidak sulit bagi Keara untuk menentukan kualitas rempah-rempah dan membuat minyak esensial. Namun, bagi Anya, ini sangat sulit. Ia tidak terlalu sering berhubungan dengan rempah-rempah. Bagaimana mungkin ia bisa menentukan kualitasnya?" Diana menunjukkan kekhawatirannya.     

Mata Aiden terlihat dalam saat memandang istrinya dari kejauhan. Sepertinya babak kedua kompetisi ini sangat menguntungkan Keara.     

Hari ini, Galih dan Indah juga datang untuk menemani Keara. Begitu Keara berhasil melewati babak pertama dan masuk ke babak kedua, wajah Indah terlihat penuh dengan senyuman. "Keara tidak akan kalah!"     

"Aku harap Keara akan mendapatkan hasil yang terbaik hari ini," tatapan penuh sayang Galih jatuh pada putrinya. Tetapi pada saat yang bersamaan, ia juga memandang Anya yang berdiri diam di tempatnya. Dalam hatinya, ia merasa sedikit gelisah.     

Ia mengambil kesempatan saat istrinya sedang fokus melihat Keara dan memandang ke kursi penonton di sekitarnya. Seperti yang ia duga, ia melihat bahwa Aiden dan Diana sedang menatap Anya dengan khawatir.     

Akhirnya Anya mengumpulkan hasilnya sebelum babak kedua berakhir.     

Keara memiliki keuntungan dalam babak ini sehingga nilainya jauh lebih tinggi.     

"Selamat untuk kalian berdua. Aku lihat Keara masih muda tetapi sangat berbakat," Imel menghampiri Galih dan Indah.     

"Bagaimana bisa Keara menandingimu yang merupakan pemilik Amore. Kamu bahkan bisa mengajarinya menjadi hebat seperti ini," jawab Indah sambil tersenyum.     

Galih tidak mengatakan apa pun. Meski putrinya bertunangan dengan Ivan, ia sama sekali tidak menyukai Imel. Di hatinya, ia sangat membenci wanita kejam ini. Untuk mendapatkan Amore, ia bahkan menggunakan cara yang kejam untuk melukai Diana.     

"Aku tidak punya bakat di dalam bidang ini. Aku tidak sebaik Keara," Imel menertawai dirinya sendiri.     

Indah tidak berkata apa-apa. Imel memang tidak bisa membuat parfum, tetapi ia bisa menjalankan Amore hingga sesukses ini. Itu adalah kemampuannya.     

Babak kedua berakhir dan mereka langsung menuju ke babak bertiga.     

"Aku tidak tahu apa isi babak ketiga," tanya Galih dengan bingung.     

"Seharusnya para peserta disuruh membuat parfum secara langsung," jawab Imel. Ia sering membawa para bawahannya untuk mengikuti kompetisi parfum karena kalau bawahannya menang, ia juga bisa mengiklankan Amore secara gratis.     

Benar seperti apa yang Imel katakan, beberapa saat kemudian, pembawa acara membacakan peraturan mengenai kompetisi ini.     

Penyelenggara sudah menyediakan bahan-bahan yang diperlukan sehingga para peserta bisa langsung membuatnya di tempat.     

Babak terakhir ini adalah babak yang paling penting.     

Meski nilai di babak pertama dan babak kedua tidak terlalu tinggi, tetapi jika para peserta bisa menghasilkan parfum yang bagus, kesempatan untuk menang sangatlah tinggi.     

Walaupun nilai Anya tidak tinggi di babak kedua, ia masih bisa memenangkan kompetisi ini kalau ia bisa menghasilkan parfum yang bagus di babak ketiga.     

Dibandingkan dengan Keara yang sangat tegang saat memasuki babak ketiga, Anya terlihat sangat tenang karena resep parfum buatannya sangat cocok dengan gayanya.     

Tetapi Keara merasa panik karena ia tidak tahu bahwa resep parfum yang dituliskan di babak kedua itu akan digunakan pada babak ketiga.     

Saat di babak kedua, tujuan utama Keara adalah memilih rempah-rempah yang terbaik dan mengambil semuanya sebagai bagian dari parfumnya tanpa memikirkan mengenai bagaimana saat rempah-rempah itu dicampurkan satu sama lain.     

Ia pikir, dengan memilih rempah-rempah berkualitas tinggi, maka kemenangannya sudah pasti tercapai.     

Di kursi juri, para juri saling berdiskusi satu sama lain. "Apakah kalian sadar bahwa peserta nomor 6 dan 9 sangat mirip. Aku tidak bisa membedakan mereka."     

"Apakah mungkin mereka adalah saudara kembar?" kata seseorang dengan penuh semangat. Kalau memang benar, bukankah hebat sekali ada saudara kembar dengan minat yang sama dan saling bersaing dalam kompetisi yang sama …     

"Nomor 6 bernama Anya Tedjasukmana dan nomor 9 bernama Keara Pratama. Nama belakang mereka berbeda."     

"Mungkin saja mereka menggunakan nama ayah dan nama ibu mereka dalam kompetisi ini. Aku yakin mereka kembar."     

Indah dan Galih duduk di beberapa baris belakang para juri. Saat mendengar komentar para juri di hadapannya, wajahnya terlihat memucat.     

Imel memandang Indah dan melihat perubahan ekspresi di wajahnya. Begitu melihat ekspresi Indah, cibiran terlintas di wajah Imel sebelum ia segera menutupinya dengan senyuman.     

"Anya dan Keara memang sangat mirip. Bahkan para juri pun salah paham," kata Imel dengan sengaja.     

"Tidak heran kalau ada orang yang mirip. Bagaimana pun juga, di dunia ini ada berpuluh-puluh juta orang," kata Galih dengan dingin. Tangannya terulur untuk menggandeng tangan istrinya.     

Merasakan tangan suaminya yang hangat, suasana hati Indah langsung membaik.     

"Keara Pratama adalah putri Galih Pratama, raja rempah-rempah di Indonesia. Ia adalah penghasil rempah-rempah dan sekarang terjun dalam industri parfum. Sepertinya Keara memiliki bakat alami dan keunggulan."     

"Nomor 6 juga tidak buruk. Apakah kalian tidak bisa menebak siapa ibu Anya Tedjasukmana?"     

"Siapa?" tanya beberapa juri secara serempak.     

"Penemu Amore, Diana Hutama. Parfum buatannya masih menjadi parfum terlaris yang pernah diciptakan oleh Amore."     

"Ah! Ternyata ia adalah putri Diana Hutama. Pantas saja ia bisa melewati babak pertama dengan sangat baik dan menjadi orang pertama yang memasuki babak kedua."     

"Hasil dari babak pertama dan babak kedua dari kompetisi ini hanya untuk menunjukkan bahwa para peserta memiliki dasar yang kuat dalam bidang industri parfum. Itu saja tidak cukup untuk menjadi seorang pembuat parfum. Pada akhirnya, semuanya bergantung pada kualitas parfum yang mereka ciptakan."     

"Aku dengar Anya Tedjasukmana sangat berbakat dalam membuat parfum. Menurut data, ia masih berusia 20 tahun. Usianya masih sangat muda."     

"Aku menyukai si nomor 6 ini. Ia tampak lemah lembut dan baik hati. Aku harap ia bisa memberi kejutan yang luar biasa pada kita."     

"Aku juga menantikan penampilan Keara Pratama. Aku penasaran seperti apakah parfum yang diciptakan oleh putri raja rempah-rempah."     

…     

Waktu terus berjalan. Diana menggenggam kedua tangannya dengan erat, merasa gelisah. Namun Aiden malah terlihat tenang dan santai semenjak babak ketiga dimulai.     

Itu karena ia melihat istri kecilnya sama sekali tidak gugup atau pun cemas. Bahkan Anya terlihat sedikit bangga dan percaya diri terhadap hasil ciptaannya.     

Hari ini, Anya mengenakan gaun berwarna putih yang didesain khusus oleh Maria. Pada saat ulang tahun Bima, Maria sudah berjanji akan memberi baju desainnya sendiri kepada Anya dan ia merasa kompetisi ini adalah saat yang tepat. Dengan gaun itu, Maria menunjukkan dukungannya kepada Anya dan mengharapkan hasil yang terbaik untuk adik ipar kesayangannya itu.     

Selain itu, Anya juga mengenakan gelang emas warisan dari ibu Aiden.     

Anya hanya pernah menggunakan gelang itu satu kali saja, saat Maria memintanya pada makan malam di rumah Keluarga Atmajaya, untuk membuat Imel marah. Setelah itu, Anya menyimpannya baik-baik karena takut benda yang sangat berharga itu akan rusak atau kotor.     

Di hari yang penting ini, ia mengenakan gaun yang disiapkan oleh kakak iparnya dan gelang emas warisan dari ibunya.     

Diana mengepang rambut Anya, membuat Anya terlihat sangat cantik dan segar.     

Selama kompetisi ini berlangsung, Anya menjadi peserta yang tercantik di ruangan itu. Selain Anya, Keara juga menjadi pusat perhatian karena wajah mereka berdua bak pinang dibelah dua.     

Bima dan Maria sedang duduk di depan TV besar mereka di ruang keluarga, menyaksikan siaran langsung dari kompetisi tersebut.     

Bima menyadari bahwa Anya mengenakan gelang emas pemberiannya. Ia tidak berkomentar apa pun, namun bibirnya sedikit melengkung, menunjukkan kepuasan.     

Maria berkata dengan gembira, "Ayah, aku yang mendesain dan menyiapkan gaun yang dipakai oleh Anya. Bukankah gaunnya bagus?"     

"Aku tidak berharap ia akan menjadi juaranya. Tetapi setidaknya, dengan pakaian sebagus itu dan gelang emas warisan Keluarga Atmajaya, ia harus mendapatkan hadiah kedua atau ketiga," dengus Bima.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.