Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Disiram Air!



Disiram Air!

0"Anya! Anya! Keluar kamu!" suara teriakan Mona terdengar dari luar saat mereka sedang bersantai di teras taman.     

"Aku akan melihatnya. Kamu temani ibu ke dalam rumah," Aiden menggenggam tangan Anya sebentar dan memintanya untuk masuk.     

"Bu Hana, tolong antarkan ibu ke dalam. Aku akan menemui Bu Mona," Anya berpikir bahwa semua masalah ini terjadi karenanya sehingga ia tidak boleh membiarkan Aiden menanggung semuanya sendiri.     

"Nyonya, ada banyak wartawan di luar. Ayo kita masuk dulu," Hana memegang tangan Diana, membantunya untuk masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang.     

Anya dan Aiden berjalan menuju ke arah gerbang, menghampiri Mona yang sedang mengenakan turban untuk menutupi kepalanya yang botak dan kacamata menutupi matanya. Ia berkacak pinggang dan wajahnya terlihat galak.     

"Dasar wanita jalang! Kamu menyuruh orang untuk melukai putriku? Mengapa polisi belum juga menangkapmu?" Mona merasa sangat marah begitu melihat Anya dan Aiden.     

"Siapa yang kamu panggil jalang? Bukankah kamu yang wanita jalang? Kamu hamil sebelum menikah sehingga dikeluarkan dari sekolah. Dengan perut besarmu yang berisi anak haram, kamu mendatangiku. Bukankah itu perbuatan wanita jalang? Kamu memaksa masuk ke dalam rumahku dan memukuli anak tirimu, bukankah kamu yang jalang?" sebelum Anya bisa membuka mulutnya, Diana sudah angkat bicara terlebih dahulu.     

"Diana! Kamu belum mati juga!" cibir Mona. "Memang benar orang baik cepat mati sementara orang jahat memiliki hidup yang panjang."     

"Tentu saja aku tidak mati. Biar aku peringatkan sekali lagi kepadamu, aku akan merobek-robek mulutmu kalau kamu berani menghina putriku dengan mulut kotormu," kemudian, Diana berkata pada Hana. "Bu Hana, bukakan pintunya."     

"Ibu, mengapa kamu membiarkan wanita itu masuk dan membuat masalah?" tanya Anya dengan cemas.     

Aiden menoleh ke belakang dan melihat dua orang pelayannya masing-masing sedang membawa ember berisi air.     

Keitka Mona melihat pintu rumah Aiden terbuka, ia sudah siap melangkah maju dan masuk. Para wartawan yang berada di sekitar juga sudah mempersiapkan kamera mereka, menantikan pertengkaran yang akan terjadi.     

Saat Aiden melihat Diana mengambil ember dari tangan pelayannya, tangan Aiden bergerak dengan cepat. Ia menarik tubuh istrinya dan mundur beberapa langkah agar istrinya tidak ikut tersiram air.     

Diana menumpahkan air di dalam ember tersebut pad Mona.     

Awalnya Mona pikir Diana takut akan terjadi perkelahian di depan rumah dan mendatangkan begitu banyak penonton. Diana takut malu sehingga mengundang Mona untuk membahas masalah ini di dalam.     

Siapa tahu ternyata Diana membuka pintu hanya untuk menyiramkan air kotor di tubuh Mona.     

"Ah! Apa ini? Mengapa bau sekali?" Mona segera mengusap wajahnya.     

"Tadi kami membersihkan daging babi hutan dengan air ini. Dan aku tidak sengaja menumpahkan airnya padamu. Apakah kamu baik-baik saja?" Diana mengatakannya dengan dingin, sama sekali tidak ada kepura-puraan sama sekali.     

"Dasar setan! Kamu sengaja melakukannya. Kamu sendiri juga berselingkuh dengan Galih Pratama saat kamu masih merupakan istri Deny. Itu sebabnya ginjal putrimu yang jalang itu tidak cocok dengan Deny. Siapa yang tahu kalau ternyata ia bukan keturunan Keluarga Tedjasukmana," Mona berteriak dengan marah. "Kalian berdua sama saja. Ibunya tidak tahu malu, sehingga anaknya juga tidak tahu malu. Putrimu telah merebut tunangan ... Ah!"     

Mona terus berteriak dengan marah. Tetapi saat mulutnya masih terbuka, Diana sudah menyiramkan ember berisi air kotor yang sama kepadanya. Kali ini, air itu langsung masuk ke dalam mulut Mona.     

"Ahhhh ...." Mona merasa mual. Sementara itu para wartawan yang cukup gesit langsung menjauh dari Mona.     

Mona merasa dirinya kotor dan bau. Ia juga tidak bisa mengatakan apa pun karena tersedak oleh air kotor tersebut.     

Ia menunjuk ke arah Anya dan Diana sambil terbatuk-batuk. "Dasar kalian wanita jalang! Tunggu saja pembalasan dariku!"     

Aiden mengangkat ponselnya ke telinga, "Apakah kalian dengar? Bu Mona menghina Bibi Diana dan Anya di depan rumahku sendiri. Cepat tangani dia."     

Setelah itu, Aiden memberi isyarat pada pengawalnya untuk menahan Mona. Para pengawal itu sebenarnya merasa enggan. Mereka juga jijik. Tetapi mereka tidak punya pilihan lain selain menahan Mona agar wanita itu tidak kabur.     

"Para wartawan sekalian, saya sudah membuatkan teh untuk kalian. Tolong tunggu sebentar, polisi akan segera datang dan menanyakan masalah ini pada kalian semua,," Hana melangkah maju dan mengundang para wartawan yang bersedia bersaksi untuk masuk ke dalam rumah.     

Beberapa orang merasa khawatir dan was-was, takut perlengkapan kamera mereka akan disita. Sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke mobil.     

Setelah semua orang bubar, Hana langsung meminta beberapa pelayan untuk membersihkan tempat tersebut. meski air itu tidak ditumpahkan di dalam rumah, tetap saja baunya sangat tidak sedap.     

"Ayo kita masuk," Diana berbalik dan berjalan ke dalam rumah dengan bantuan salah seorang pelayan.     

"Ibu, ibu begitu hebat," Anya tidak menyangka ibunya segalak ini.     

Aiden berkata, "Ibumu bisa hebat seperti ini karena mau melindungimu."     

"Ibu memang yang terbaik," Anya berlari ke arah ibunya dan memeluk pinggang Diana dari belakang.     

Diana hanya mengerutkan keningnya. "Lepaskan ibu. Tangan ibu bau karena air itu."     

Tetapi Anya tidak malu melepaskan ibunya dan menggandeng lengan ibunya. "Aku akan menemanimu untuk cuci tangan."     

Mereka berdua menuju ke kamar mandi di lantai bawah. Anya membantu ibunya untuk menyabuni dan membersihkan setiap jari hingga benar-benar wangi, baru membilasnya dengan air.     

Hana yang mengikuti Anya dan Diana menunggu di depan pintu. "Bau airnya sangat luar biasa. Aku rasa polisi yang datang akan ikut membencinya," kata Hana sambil tertawa.     

"Bu Hana, apakah kamu memiliki selimut atau kain yang sudah tidak terpakai? Berikan satu pada polisi agar mobilnya tidak kotor," kata Diana.     

Hana berpikir sejenak dan menjawab. "Ada kain untuk gorden yang tidak terpakai di gudang. Aku akan mencarinya."     

Ketika polisi tiba, para pelayan sudah membersihkan jalanan di depan hingga tidak berbau lagi. Pengawal Aiden langsung membukakan pintu dan menawarkan teh untuk mereka, setelah itu menceritakan apa yang telah terjadi.     

Ketika insiden itu terjadi, Aiden sudah menelepon polisi sehingga polisi tersebut sudah mendengar secara langsung bahwa Mona sengaja datang untuk membuat keributan.     

Setelah pengawalnya menceritakan kejadian tadi pada polisi, Aiden memberikan rekaman telepon tersebut pada polisi.     

Para wartawan yang bersedia untuk bersaksi juga mengatakan bahwa mereka melihat Mona berteriak dan menghina Diana serta Anya.     

Mona telah menghina Diana dan Anya di depan semua orang. Aiden merekamnya dan semua wartawan menjadi saksinya.     

Oleh karena itu, tidak perlu waktu lama, polisi yang datang langsung menangkap Mona.     

"Pak polisi, tunggu sebentar." Hana berlari menghampiri mereka sambil membawa kain. "Wanita itu bau. Gunakan kain ini untuk menutupi tubuhnya. Jangan sampai kalian tersiksa karena baunya."     

"Ini tidak adil! Aku hanya berteriak dan langsung ditangkap seperti ini. Bagaimana dengan mereka? Mereka menyiramku dengan air, bukankah itu sengaja ingin melukaiku? Mengapa kalian tidak menangkap mereka?" teriak Mona dengan marah.     

"Apakah kamu tidak paham hukum?" wartawan yang sedang minum teh dengan tenang mengambil inisiatif untuk angkat bicara. "Kamu tidak terluka jadi ini tidak bisa dianggap sebagai kejahatan. Tetapi kamu membuat keributan di depan rumah orang. Kamu dianggap telah mengganggu dan mencemarkan nama baik orang tersebut."     

"Kalau memang ini menyebabkan cedera atau luka padamu, kami bisa menangkapnya atas dasar kejahatan. Air apa yang mereka gunakan untuk menyirammu?" tanya salah satu polisi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.