Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Ada Hadiah?



Tidak Ada Hadiah?

0"Raka, Yura yang melakukan semua ini sendirian! Ini tidak ada hubungannya denganku. Kamu harus percaya padaku!" kata Natali.     

Air mata mengalir di wajah Natali. Napasnya tersengal-sengal, berusaha keras untuk menahan air mata yang mengalir.     

Ia tidak boleh menangis. Ia sudah menghabiskan banyak waktu untuk merias wajahnya dan menutupi luka-lukanya. Bagaimana ia bisa berperan sebagai wanita yang bahagia dari liburan bersama dengan tunangannya kalau wajahnya penuh dengan memar?     

Raka tidak mau membantunya. Itu sebabnya ia berusaha keras untuk mengikuti Raka dan merias wajahnya.     

Ia tahu Raka tidak ingin bertunangan dengannya. Sehingga setelah pesta pertunangan mereka, Raka langsung menghilang.     

Raka tidak mencintainya …     

Raka tidak memedulikannya …     

Itu sebabnya, Natali sangat membenci Anya.     

Pada akhirnya, ia hanya bisa menyalahkan Yura karena kebodohannya. Yura benar-benar tidak berguna. Lihat saja, Raisa bisa melakukan banyak hal dengan mudah dan bahkan kabur ke luar negeri.     

Tetapi Yura tidak hanya tertangkap. Ia juga mengakui perbuatannya dan menyeret namanya.     

Untung saja, Natali adalah menantu Keluarga Mahendra. Tidak mungkin Keluarga Mahendra membiarkan ia tertangkap polisi setelah ia baru saja bertunangan dengan Raka.     

Ia harus menggunakan kesempatan ini sebagai dalih.     

Ketika kejadian penculikan Anya terjadi, ia sedang mengurus pesta pertunangannya dan setelah itu ia langsung pergi berlibur bersama dengan Raka.     

Dengan alibi itu, mana mungkin ia bisa melukai Anya?     

Ia bisa memutar balikkan semua pengakuan Yura dengan alasan itu dan mengatakan bahwa Yura lah yang telah melakukan semuanya sendirian.     

Ia bersedia untuk bekerja sama selama Keluarga Mahendra bisa melindunginya, selama Raka tidak membatalkan pertunangannya.     

Ekspresi rumit di wajah Natali terpancar jelas di mata Raka.     

Raka hanya bisa merasa bodoh karena sebelumnya ia merasa wanita di hadapannya itu adalah wanita baik-baik dan polos.     

"Aku akan mengatur agar kamu bisa bertemu dengan Yura di siang hari dan menyuruhnya untuk tidak berbicara omong kosong. Sekarang, selama Anya tidak berniat menyelidiki masalah ini, kamu akan baik-baik saja," Raka bangkit berdiri dan meninggalkan Natali.     

Natali bergegas mengikutinya, bersama dengan para staf medis dan asistennya yang membawakan barang-barang mereka.     

Kaki Raka yang jejang membuat langkahnya lebar dan cepat. Natali harus berjalan dengan cepat, tetapi setiap langkah yang ia ambil membuatnya kesakitan. Ia merasa seolah lukanya robek laki.     

"Raka, pelan-pelan. Aku tidak bisa mengejarmu," kata Natali. "Selama kamu bersedia membawaku pulang, aku akan menunggumu."     

Kali ini, akhirnya Raka bereaksi. Ia berhenti dan menatap ke arah Natali. "Aku mau kamu meminta maaf pada Anya."     

"Mengapa aku harus meminta maaf? Ia tidak terluka dan aku hancur seperti ini. Mengapa harus aku yang meminta maaf? Aku berharap aku bisa membunuhnya sekarang juga dan memeras semua darah di tubuhnya," kata Natali dengan kejam.     

"Hingga saat ini pun kamu masih keras kepala. Apakah kamu tidak sadar bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang," wajah Raka terlihat dingin dan tidak ada perasaan sedikit pun dalam suaranya.     

"Apa maksudmu? Bukankah kamu bilang Keluarga Mahendra akna melindungiku?" tanya Natali.     

"Keluarga Mahendra akan melindungimu asalkan Yura mengubah pengakuannya dan mengakui bahwa ia sendiri yang melakukan semua ini, tidak ada hubungannya denganmu. Selain itu, aku juga harus memastikan Aiden tidak akan mempermasalahkan kejadian ini. Ia pernah memaksaku untuk menjual tanah perusahaan kami yang berharga untuk menyelamatkan Raisa karena Raisa adalah adikku. Tetapi Keluarga Mahendra tidak akan melakukannya untukmu. Oleh karena itu, minta maaflah pada Anya. Berlututlah di hadapannya kalau perlu."     

Raka mengenal Anya dengan baik. Anya adalah wanita yang sangat lembut. Natali sudah merasakan ganjaran atas perbuatannya. Selama Natali bersedia untuk meminta maaf dan berubah, Anya pasti akan memberikan Natali kesempatan kedua, demi Keluarga Mahendra dan juga ayahnya.     

Natali merasa sangat marah. Ia lah yang disakiti. Tetapi karena Anya memiliki dukungan dari Aiden, Raka tidak mau membantunya.     

Ia malah harus meminta maaf pada Anya …     

Tetapi dalam hati, Natali sebenarnya tahu bahwa Raka memberikan jalan terbaik untuknya. Ia tahu bahwa sulit untuk mengubah keputusan Aiden sehingga ia hanya bisa membujuknya melalui Anya.     

Meski Anya tidak mau memaafkannya, wanita itu terlalu baik hati sehingga ia memikirkan perasaan Keluarga Mahendra dan juga perasaan ayahnya.     

"Aku akan mendengarkanmu. Apakah kamu mau menemaniku?" Natali memegang baju Raka dan menatapnya dengan tatapan memelas.     

Akhirnya Raka mengangguk.     

Raka tidak mencintai Natali, tetapi ia adalah pria yang bertanggung jawab. Sebagai tunangan Natali, ia harus melindunginya.     

…     

Di pagi hari, Anya menemani ibunya menuju ke taman bunganya yang baru. Setelah itu, ia pulang untuk beristirahat sejenak dan sorenya mereka pergi ke taman vanili bersama-sama.     

Hasil vanili yang sudah dihilangkan dan sekarang hanya menyisakan vanili yang berkualitas tinggi. Semuanya sedang berkembang dengan baik.     

Saat perjalanan pulang, Anya dan Diana diikuti oleh para pengawal Aiden.     

"Ibu, aku sudah menghitung uang yang kita miliki dan tidak banyak tersisa. Sebagian besar uang dari rumah kita telah dikembalikan pada Aiden. Setengah uang dari rumah ibu dan ayah masih tidak cukup untuk membeli rumah baru. Aku tidak mau Aiden mengeluarkan banyak uang untuk kita," kata Anya.     

"Aiden bilang ia akan memberi diskon semaksimal mungkin untuk kita dan membiarkan kita mencicil rumah itu. Begitu vanilinya nanti terjual, kita bisa membayar sisanya," kata Diana.     

"Baiklah kalau begitu. Begitu tahun baru, kita bisa pindah ke rumah baru. Anggap saja kita menempatinya duluan dan membayarnya setelahnya," kata Anya sambil menyandarkan kepalanya di bahu ibunya.     

Diana mengelus kepala Anya dan berkata, "Ya, aku akan pindah ke rumah baru saat tahun baru. Aku harus tinggal sendiri dan menunggu putriku dan menantuku untuk mendatangiku di tahun baru."     

"Iya. Ibu sudah menceritakan keinginan ibu itu berulang kali," Anya sudah tidak memedulikan mengenai ayahnya lagi. Ia hanya ingin ibunya hidup dengan nyaman dan bahagia di masa tuanya.     

Mereka berbincang-bincang dan tertawa.     

Begitu mereka kembali, mereka melihat ada sebuah mobil yang terparkir di depan pintu.     

"Apakah ada tamu?" tanya Diana.     

"Itu mobil Raka," kata Anya dengan sekali lihat saja.     

"Apa yang ia lakukan di sini?" wajah Diana terlihat dingin. "Aiden tidak ada di rumah. Kamu tidak boleh bertemu dengan mantan kekasihmu. Cepat telepon Aiden."     

"Sekarang?" Anya terkejut. Ia pikir itu tidak perlu. Toh, ia sudah tidak ada hubungan apa pun dengan Raka.     

"Sekarang! Cepat!" Diana menghalangi Anya untuk masuk ke dalam rumah dan bersikeras menyuruhnya untuk menelepon Aiden.     

Anya tidak punya pilihan lain dan menuruti ibunya. "Aiden, kapan kamu pulang? Raka datang ke rumah. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku baru saja pergi ke taman bersama dengan ibu dan melihat mobilnya di depan pintu."     

"Aku di rumah. Masuklah," Aiden keluar dari rumah dan menyambutnya dengan senang.     

"Aiden …" Anya langsung berlari ke arah suaminya sambil tersenyum.     

Tangan Aiden terulur dan ia langsung menangkap tubuh istrinya. Tetapi matanya tetap tertuju pada Diana, "Ibu, aku sudah pulang."     

"Aku akan duduk di taman sebentar. Kalian bisa membicarakan masalah kalian dengan tenang," kata Diana. Hana langsung menghampiri Diana dan membantunya untuk berjalan ke arah taman, tanpa melewati rumah.     

Setelah Diana pergi, Aiden menggandeng tangan Anya dan berkata, "Aku senang kamu meneleponku terlebih dahulu sebelum menemui Raka."     

Anya menatap ke arah suaminya sambil tersenyum lebar. "Hanya pujian? Apakah tidak ada hadiah?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.