Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Wanita Bergaun Putih



Wanita Bergaun Putih

0Tara tidak menjawab pertanyaan Nico, tetapi ia kembali bertanya. "Kekasih Lisa tidak mau menikahinya, tetapi mengapa Lisa bersikeras untuk melahirkan anak itu?"     

Bibir Nico menyunggingkan senyum tipis. "Karena Lisa mencintainya. Bukannya pria itu tidak mau menikahi Lisa, tetapi semua orang menghalangi hubungan mereka. Lisa pernah ketahuan bertemu dengan pria itu secara diam-diam dan ayahnya langsung mengirim seseorang untuk menghajarnya dan mematahkan tiga tulang rusuk pria tersebut. Sekarang ia sedang berada di rumah sakit."     

Wajah Tara menjadi semakin tidak sedap dipandang saat mendengarnya. "Apakah pria itu tidak tahu kalau Lisa sedang hamil."     

"Setelah kembali ke Indonesia, ayah Lisa menghalangi karir pria itu. Lisa tidak ingin menyusahkan kekasihnya sehingga ia berencana untuk membesarkan anaknya seorang diri. Itu sebabnya Lisa tidak memberitahukan kehamilannya," jawab Nico. Kemudian ia menoleh ke arah Tara. "Mengapa kamu begitu tertarik pada Lisa dan kekasihnya?"     

��Dasar bodoh. Aku hanya tertarik pada hal-hal yang menyangkut kamu. Kasihan sekali Lisa, ia tidak bisa bersama dengan pria yang dicintainya. Karena kalian saling membantu, kamu harus menjaganya dengan baik sampai ia bisa melahirkan dengan selamat," kata Tara.     

"Tara, setelah satu tahun, Lisa akan pergi ke luar negeri bersama dengan anaknya. Aku tidak akan membuatmu menunggu lama. Bisakah kamu menungguku, satu tahun saja?" desak Nico. Ia benar-benar membutuhkan jawaban Tara.     

Tara mengangguk. Jangankan satu tahun, sepuluh tahun pun Tara rela untuk menunggu Nico.     

Nico adalah orang pertama yang membuatnya merasa nyaman. Tara tidak perlu memikirkan apa pun dan bisa menjadi dirinya sendiri saat bersama dengan Nico.     

Nico menerimanya apa adanya dan tidak membuatnya merasa tertekan.     

Nico membuatnya merasa bahagia …     

Tara adalah wanita yang mandiri. Ia bisa hidup seorang diri tanpa bantuan pria. Kalau ia harus memilih seorang suami, ia akan memilih pria yang membuatnya merasa nyaman dan bahagia …     

"Kalau kamu ingin aku datang ke pesta pertunanganmu, aku akan mengambil kembali amplop itu. Biaya untuk mendatangkan aku sangat mahal," kata Tara dengan sengaja.     

"Aku tidak membutuhkan uang itu. Aku hanya ingin melihatmu," kata Nico dengan suara rendah.     

Tara mengambil kembali amplop itu dengan senang dan memasukkannya ke dalam tasnya. "Aku akan mengundur semua pekerjaanku agar bisa datang."     

…     

Tiga hari kemudian, ketika Tara tiba di tempat acara, parkiran hotel itu sudah dipenuhi dengan mobil-mobil mewah.     

Untung saja ia datang dengan menggunakan taksi. Kalau tidak, ia tidak akan bisa mendapatkan tempat parkir.     

Ia mengenakan gaun panjang berwarna putih. Saat berjalan memasuki ruang acara, pandangan semua orang langsung tertuju ke arahnya.     

"Wow, siapa wanita cantik itu? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya."     

"Dari keluarga mana dia?"     

"Aku mengenalnya. Ia adalah cucu dari Dokter Tirta, dokter cantik yang memiliki klinik gigi."     

"Benarkah? Apakah ia Tara Dartha? Aku ingat dia dulu sangat jelek. Apakah ia melakukan operasi plastik?"     

"Jangan ngawur. Ia hanya mengenakan behel untuk merapikan giginya. Dokter Tirta sangat kolot sehingga biasanya ia tidak akan membiarkan cucunya memakai pakaian yang terbuka."     

Hari ini adalah hari pertunangan Nico. Anya dan Maria mengenakan gaun serupa.     

Sebagai ibu dari Nico, Maria mengenakan warna merah terang. Sementara gaun Anya lebih berwarna merah maroon karena orang-orang masih belum tahu bahwa ia adalah menantu Keluarga Atmajaya.     

Meski demikian, mereka berdua masih terlihat mengagumkan.     

Ayah Nico sudah tidak ada dan kakeknya sudah tua sehingga peran ayah Nico digantikan oleh paman-pamannya, Aiden dan Ivan.     

Hari ini, Diana dan Anya menghadiri pesta pertunangan Nico. Bima mempertimbangkan mengenai perasaan mereka berdua sehingga akhirnya memutuskan untuk tidak mengundang Imel.     

Tara mengucapkan salam pada beberapa orang yang ia kenal dan kemudian menghampiri Anya. "Anya, tugasku hari ini adalah menemanimu. Kamu sudah seperti binatang langka yang harus dilestarikan."     

"Kamu menggodaku lagi," Anya memukul tangan Tara pelan sambil tersenyum malu. "Ngomong-ngomong, hari ini kamu sangat cantik!"     

Tara tidak memedulikan pujian dari Anya, malah memandang makanan yang ada di depan sahabatnya itu. "Apakah kamu tidak mau memakannya? Kalau tidak, berikan kepadaku. Aku lapar."     

"Gaunmu sangat bagus. Kalau kamu terlalu banyak makan, perutmu akan terlihat gendut nanti," kata Anya.     

"Aku akan makan lebih sedikit dari biasanya," gerutu Tara. "Aku tidak tahu bagaimana cara berdandan. Hari ini, aku sampai meminta bantuan dari temanku yang merupakan seorang stylist untuk mendandaniku."     

"Temanmu sangat hebat. Ia bisa memilihkan riasan dan gaun yang sangat cocok untukmu. Lihat saja, para pria di tempat ini memandang ke arahmu," Anya menatap Tara dengan senyum bangga. Tidak biasanya ia melihat Tara berdandan seperti ini.     

"Aku bersusah payah lebih dari dua jam hari ini. Temanku mengira aku akan pergi ke pesta pertunangan mantan kekasihku sehingga ia mendandaniku habis-habisan. Aku harus bertahan selama dua jam sebelum akhirnya aku bisa kabur," kata Tara dengan tidak berdaya.     

Anya tertawa mendengar cerita Tara. Tiba-tiba saja, Nico datang menghampirinya. "Bibi, apakah bibi melihat Tara."     

"Kamu mencari Tara?" Anya memandang Nico sambil tertawa. "Ia tidak punya waktu untuk bicara sekarang. Ia sibuk makan."     

"Ah?" Nico tertegun sejenak dan melihat Tara yang sedang makan di samping Anya. Sebelumnya, wajah Tara tertutupi oleh tubuh Anya sehingga Nico tidak bisa melihatnya dengan jelas. Selain itu, Nico juga tidak pernah melihat Tara berdandan seperti ini. Ia sampai tidak bisa mengenalinya.     

"Tara?"     

Tara meletakkan sendok garpunya dengan canggung. Ia mengambil tisu untuk mengusap bibirnya dan kemudian berdiri sambil memaksakan senyuman. "Halo, calon mempelai pria."     

Nico menatap Tara dengan terkejut. Biasanya, saat menghadiri pesta sekali pun Tara selalu mengenakan pakaian formal yang konservatif. Ini adalah pertama kalinya Nico melihat Tara mengenakan gaun. Tubuhnya yang indah selama ini telah ditutupi oleh pakaian yang kebesaran.     

Gaun panjang berwarna putih itu membuat Tara terlihat sangat menawan.     

"Kamu sangat cantik hari ini," kata Nico dengan tatapan terpana.     

"Kamu juga tampan," jawab Tara sambil tersenyum.     

"Ada krim kue di hidungmu. Jangan terlalu banyak makan, nanti gaunmu akan robek," Nico baru saja memujinya, tetapi kemudian ia langsung menggoda Tara lagi.     

"Kamu … Demi pertunanganmu hari ini, aku datang ke tempat ini. Tetapi mengapa aku tidak boleh makan? Hari ini aku tidak hanya akan makan, tetapi juga minum sepuasnya," balas Tara.     

Nico tertawa melihat Tara marah. Memang hari ini penampilan Tara berbeda dari biasanya, tetapi Tara di hadapannya masih tetap Tara yang biasanya. Tara kesayangannya …     

"Nico, mengapa kamu di sini? Acaranya sudah mau dimulai," Maria datang untuk menyeret Nico.     

Setelah tiga langkah, Nico menoleh ke belakang dengan tatapan enggan.     

Tara mengangkat kepalanya sehingga matanya beradu dengan mata Nico. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menahan tangisnya dan berpura-pura tenang. "Anya, aku ke kamar mandi sebentar untuk memperbaiki make up ku."     

"Pergilah," ketika melihat Tara dan Nico seperti ini, Anya juga ikut merasa sedih. Tetapi apa yang bisa ia lakukan?     

"Kakak …"' Tara baru saja pergi, tetapi tiba-tiba saja Natali muncul. Ia duduk di samping Anya sambil tersenyum.     

Senyum itu terlihat sangat mengerikan di mata Anya.     

"Aku dengar kamu hamil. Selamat!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.