Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Body Lotion



Body Lotion

0"Aku sudah mendapatkan kamar. Barusan ada orang yang keluar. Katakan padanya aku tidak akan tinggal bersamanya malam ini. Kalau Tara takut tidur sendirian, suruh dia telepon aku," kata Nico dengan santai.     

Mendengar kata-kata Nico, Tara dengan kesalnya sampai bangkit berdiri dari tempat tidur dan berteriak ke arah speaker, "Sudah gila ya? Siapa yang mau ditemani kamu. Aku lebih nyaman tidur sendirian. Kalau ada kamu, aku malah semakin takut."     

"Sayang sekali. Padahal aku mau melindungimu, tetapi ternyata kamu tidak menyukainya," Nico sengaja menggunakan nada yang sedih.     

"Jangan menggoda Tara lagi. Apakah kamu sudah bertemu dengan pamanmu? Aku sangat lapar sekarang," Anya baru sadar sekarang sudah jam makan siang dan tadi pagi ia melewatkan sarapan.     

"Belum. Aku baru saja mengurus kamarku. Aku akan mencarinya sekarang," Nico langsung menutup telepon.     

Raka yang mendengar pembicaraan itu di samping Nico langsung menawarkan diri untuk membantu. "Aku dengar Anya kelaparan. Bagaimana kalau kamu mencari Aiden dan aku akan membawa mereka berdua makan siang terlebih dahulu. Nanti kita bisa bertemu di tempat makan."     

"Tidak, tidak! Kamu tidak bisa muncul sekarang!" Nico langsung menghentikannya.     

"Mengapa?" Raka terlihat kebingungan.     

"Kemarin malam aku bilang pada mereka bahwa paman dan bibiku pamer kemesraan di hadapanmu sehingga kamu sakit hati dan check out dari hotel pagi-pagi sekali," kata Nico sambil tertawa.     

Mendengar penjelasan Nico, tangan Raka langsung terulur untuk menjitak kepala Nico. Tetapi dengan gesit Nico langsung menghindarinya.     

"Raka, jangan marah," kata Nico sambil meringis. Ia bergulung ke sisi tempat tidur yang satunya dan melanjutkan. "Kamu bisa menghindari kita beberapa hari ini."     

"Jarang-jarang aku bisa liburan, tetapi sekarang aku malah harus main petak umpet denganmu. Apa yang Anya pikirkan ketika tahu aku keluar dari hotel karena dirinya? Ia pasti merasa tidak nyaman," gerutu Raka. "Aku benar-benar bahagia untuknya. Aku ikut senang melihat Anya bahagia bersama dengan pamanmu. Tidak seperti yang kamu katakan!" Raka langsung melompat ke atas tempat tidur dan menyerang Nico.     

Sebelum bisa melarikan diri, Raka langsung menangkap Nico dan tubuh mereka terjatuh di atas tempat tidur. "Cepat telepon Anya dan jelaskan bahwa aku masih berada di hotel ini. Aku tidak bisa terus menerus bersembunyi!"     

"Bagaimana kalau kamu menggunakan masker kemana-mana?" Nico tertawa.     

Raka menjewer telinga Nico dengan keras, membuat Nico berteriak kesakitan. "Sakit, sakit! Lebih lembut sedikit dong!"     

Dua orang petugas hotel yang sedang berada di depan pintu bisa mendengar teriakan dari dalam. Ia merasa dilema, tidak tahu apakah ia harus mengetuk pintu atau tidak.     

Manajer hotel tersebut lewat dan melihat petugas tersebut kebingungan, langsung bertanya. "Ada masalah apa?"     

"Tamu kamar ini meminta room service, tetapi di dalam … Di dalam …"     

"Apa yang terjadi di dalam?" manajer hotel yang merupakan seorang wanita itu langsung melihat nomor kamar. Ia langsung mengingat siapa yang memesan kamar ini karena Raka Mahendra termasuk orang yang cukup terkenal di kota tersebut. Ia pikir ada sesuatu yang terjadi di dalam dan langsung mengetuk pintunya.     

Raka yang mendengar suara ketukan pintu langsung melepaskan Nico dan bangkit berdiri untuk membuka pintu.     

Nico mengikuti Raka karena penasaran siapa yang tiba-tiba mengetuk pintu kamar mereka.     

Raka membuka pintu, sementara Nico merangkulkan tangannya di bahu Raka. Kepalanya sedikit miring ketika melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu.     

Mereka melihat manajer hotel dan dua petugas hotel berdiri di koridor, sambil membawa sprei baru, peralatan untuk membersihkan kamar dan lain sebagainya.     

"Masuklah!" Raka berusaha untuk menyingkirkan tangan Nico yang seperti gurita di bahunya, tetapi Nico malah merangkulnya lebih erat. Ia mendekatkan kepalanya ke telinga Raka dan berbisik. "Manajer hotel itu terus memandang ke arahmu. Apa mungkin ia tertarik padamu?"     

Raka berdeham dengan canggung. "Jangan ngawur. Ayo kita turun dan makan saja."     

Nico melepaskan rangkulan tangannya pada pundak Raka dan memakai kacamata hitam di sakunya. Raka sudah keluar dari kamar terlebih dahulu dan menunggu di koridor. Sementara itu, Nico mengambil tasnya yang tertinggal di samping tempat tidur.     

Sebelum ia keluar dari kamar, ia melihat sebuah jejak yang mencurigakan di atas tempat tidur.     

Ia segera menyusul Raka dan berkata, "Raka, di tempat tidur …"     

"Aku menumpahkan body lotion di tempat tidur tadi …" kata Raka.     

Dua petugas hotel yang berdiri di depan pintu saling memandang satu sama lain sambil tersenyum. Manajer hotel itu menyapa Nico dan Raka dengan sopan. Setelah Nico dan Raka pergi, mereka bertiga langsung masuk ke dalam.     

"Mengapa kalian berdua tersenyum-senyum sendiri seperti itu?" tanya manajer hotel tersebut.     

"Tadi sebelum masuk, kami mendengar orang di dalam mengatakan 'sakit' dan 'lebih lembut' sehingga kami tidak berani mengetuk pintu," kata salah satu petugas sambil berjalan menuju ke tempat tidur. Kemudian ia melanjutkan, "Manajer, lihatlah ini."     

"Itu … Benar-benar body lotion?" kata petugas hotel lainnya dengan tidak percaya.     

Wajah manajer tersebut langsung terlihat merona. "Tidak heran mereka sedekat itu. Ternyata mereka adalah pasangan. Sayang sekali dua pria yang tampan seperti mereka ternyata tidak menyukai wanita," kata salah satu pelayan.     

Raka yang sudah berjalan menuju ke lift baru saja menyadari bahwa ia meninggalkan ponselnya. Ponselnya masih tergeletak di atas meja TV.     

Ketika ia kembali ke kamarnya, ia mendengar ketiga wanita itu sedang membicarakan hubungannya dengan Nico. Ia hanya bisa mengetuk pintu dengan canggung. "Aku ingin mengambil ponselku yang tertinggal."     

Petugas hotel tersebut langsung ketakutan setengah mati, sementara sang manajer hotel terdiam kaku di tempatnya. Ia langsung menegur dua petugas tersebut dan meminta maaf pada Raka.     

"Maafkan kami. Mereka hanya berbicara omong kosong. Jangan dimasukkan ke hati," manajer hotel tersebut memandang ke arah Raka dengan gugup.     

"Kemarin malam aku terlalu lama berenang sehingga kulitku kering. Tadi aku menggunakan body lotion tetapi tidak sengaja menumpahkannya di tempat tidur. Kalau tidak bisa dibersihkan, aku akan mengganti rugi," kata Raka sambil mengambil ponselnya dan segera pergi.     

"Tidak usah, tidak usah. Ini bisa dibersihkan," kata manajer itu dengan cepat.     

Raka menghentikan langkahnya dan memandang ketiga wanita itu dengan dingin. "Aku dan Nico Atmajaya sudah bersahabat selama bertahun-tahun. Kami memang sering bercanda dan menggoda satu sama lain. Menguping pembicaraan tamu dan ingin tahu urusan pribadi tamu bukanlah hal yang dilakukan oleh pegawai hotel. Sepertinya staf hotel ini butuh dididik lagi."     

"Tuan, saya minta maaf. Saya …" sebelum manajer hotel tersebut selesai bicara, Raka sudah pergi. Ia tidak mau mendengarkannya lagi.     

Ketika ia kembali ke lift, ia menemukan Nico masih berada di dalam lift. Selain Nico, ada juga seorang wanita dengan pakaian renang dan dibalut dengan handuk besar. Sepertinya ia ingin turun untuk berenang di kolam renang hotel.     

Dengan tidak tahu dirinya, Nico terus memencet tombol membuka pintu lift untuk menunggu Raka. Nico mengajak wanita itu berbasa-basi agar tidak kebosanan.     

Wanita cantik itu tidak keberatan menunggu karena Nico sangat tampan. Melihat Raka datang, ia merasa terpana melihatnya.     

Memang pria tampan hanya berteman dengan pria tampan lainnya …     

"Terima kasih …" Raka memasuki lift dan berterima kasih pada wanita itu karena bersedia menunggunya.     

"Sama-sama. Apakah kalian sudah punya rencana untuk nanti malam? Katanya akan ada api unggun. Apakah kalian mau pergi bersama-sama?" kata wanita itu, mengambil inisiatif untuk menggoda Nico dan Raka.     

"Maafkan kami, sayang. Kami hanya ingin berdua saja," kata Nico sambil sekali lagi merangkul pundak Raka dan mengecup pipi Raka secara tiba-tiba.     

Tubuh Raka langsung menegang. Bulu kuduknya merinding saat bibir Nico menyentuh pipinya. Ia menahan keinginannya untuk menghajar sahabatnya ini.     

"Terima kasih atas ajakannya. Tetapi kami sudah punya rencana," jawab Raka dengan kaku.     

"Kalian berdua …" wanita itu terlihat terkejut, menutup mulutnya yang menganga. Wajahnya terlihat terpana saat memandang ke arah Raka dan Nico berulang kali …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.