Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hadiah Untuk Tara



Hadiah Untuk Tara

1Bima mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata Maria. "Keara masih menyukai Aiden? Tetapi mengapa ia mau bertunangan dengan Ivan? Dia pikir dia siapa? Apa dia pikir tidak ada wanita lain di dunia ini yang bisa mendampingi putra-putraku?"     
0

"Ayah, aku tahu setelah pertunangan Nico, kamu ingin mempercepat pernikahan Ivan. Tetapi aku ingin mengingatkanmu sekali lagi. Kalau kamu membiarkan Keara menginjakkan kakinya di pintu rumah kita, aku akan pergi. Aku tidak akan mengurus pesta pernikahan kita dan aku yakin pesta pernikahan itu akan kacau balau," Maria sudah menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya lebih dari 20 tahun. Ia kenal betul bagaimana sifat Bima.     

Maria tahu betul apa yang dipikirkan oleh Bima dan apa yang dikhawatirkan olehnya.     

Bima menggelengkan kepalanya. "Apakah kamu pikir aku belum cukup malu? Hari ini saja sudah cukup memalukan untukku. Aku tidak akan membicarakan pernikahan kalau hubungan Ivan dan Keara seburuk ini. Mereka harus membatalkan pertunangan mereka. Aku tidak mau Ivan semakin tua dan tidak memiliki pasangan."     

"Tidak usah terburu-buru, Yah. Aku rasa Ivan belum punya rencana untuk menikah. Keara lebih tua dari Nico. Dia lah yang kehabisan waktu. Cepat lambat, ia harus menikah," hibur Maria. "Kalau memang pertunangan ini harus dibatalkan, biarkan Keluarga Pratama yang membahasnya terlebih dahulu."     

"Idemu sangat bagus. Tetapi kamu juga harus memikirkan mengenai Ivan. Meski aku sudah tua, aku tidak bodoh dan pikun. Aku tidak akan membiarkan Imel berbuat seenaknya," kata Bima.     

"Aku akan memperhatikan Ivan," jawab Maria sambil tersenyum.     

Bima mengangguk dan memandang ke arah Anya dan Aiden sekali lagi. Semakin ia memandang mereka berdua, ia semakin bahagia.     

Memiliki keluarga yang bahagia memang sangat menyenangkan.     

Setelah itu, ia memandang ke arah Nico dan Tara. Nico dan Tara adalah teman dekat sehingga mereka nyaman satu sama lain. Mereka sama-sama ceria, baik hati dan juga patuh pada orang tua.     

Kemudian, tatapan Bima kembali kepada Ivan lagi. Ia merasa kasihan pada putra keduanya itu. Ia menyayangi Ivan sama seperti menyayangi Aiden dan mengharapkan yang terbaik untuk semua putranya.     

Saat kecil, Ivan tidak tumbuh bersama dengan Keluarga Atmajaya. Ia sangat menderita.     

Ditambah lagi, meski ia masih muda, pinggangnya terluka hingga harus melewati masa rehabilitasi terlebih dahulu.     

Bima menghela napas panjang saat memikirkan nasib putranya.     

"Ayah, hari senin besok aku akan mengantar Anya ke dokter kandungan. Aku akan menunjukkan hasil USG nya kepadamu nanti," kata Aiden dengan keras.     

Keara juga mendengar suara Aiden sehingga ia langsung memandang ke arahnya.     

"Apakah kalian akan menemui Dokter Norah?" tanya Bima.     

"Iya," jawab Aiden sambil mengangguk.     

"Bagus. Dokter Norah adalah dokter yang hebat. Ia bisa memastikan keselamatan bayi dan juga kesehatan ibunya," kata Bima sambil tersenyum. "Anya, ketika kamu datang untuk makan malam di rumah, aku akan memberimu hadiah!"     

Anya merasa terkejut sekaligus terharu saat mendengar kata-kata Bima.     

Dulu, meski Bima sudah mulai menerimanya, tetap saja ayah mertuanya itu tidak menyukai latar belakang keluarganya. Tetapi sekarang ayahnya itu mulai membuka diri karena merasa bahagia dengan berita kehamilannya.     

"Terima kasih, ayah. Tidak perlu repot-repot," jawab Anya.     

"Kami pasti akan ke sana," ketika mendengar bahwa Bima memiliki hadiah untuk Anya, Aiden tidak akan melewatkan kesempatan ini.     

Bima mengangguk dengan senang. Kemudian, ia melihat Keluarga Srijaya menghampiri mereka dari jauh. "Maria, Keluarga Srijaya datang untuk berbicara."     

"Terserah ayah saja. Aku tidak peduli. Toh, akhirnya putraku bisa bertunangan dengan wanita yang disukainya," Maria tahu bahwa semua ini adalah rencana Nico dan sekarang keinginan Nico sudah tercapai.     

Hal yang paling penting untuknya adalah kebahagiaan Nico. Jadi ia tidak terlalu memikirkan masalah ini.     

"Aiden, bagaimana menurutmu?" tanya Bima.     

Aiden berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Kalau mereka meminta maaf dengan tulus dan kerja sama di antara dua keluarga tidak terpengaruh, kita bisa melupakan masalah ini."     

"Baiklah. Aku juga setuju," kata Bima.     

Ayah dan ibu Lisa merasa sangat enggan menghampiri meja Bima. Mereka datang bersama dengan Galih dan juga Indah.     

Keara langsung bangkit berdiri dan menyapa mereka semua, "Ayah, ibu. Paman, bibi …"     

Mereka semua duduk saling berhadapan, tetapi tidak ada yang memulai pembicaraan.     

Maria pun yang biasanya menjadi penengah kali ini memutuskan untuk bungkam dan mengabaikan semuanya.     

Aiden dan Anya juga terdiam, sementara Bima menunggu Keluarga Srijaya untuk memulai percakapan.     

Ayah Lisa melihat bahwa tidak ada satu orang pun dari Keluarga Atmajaya yang keberatan dan marah atas kejadian hari ini, tetapi ia tetap berkata dengan keras kepala. "Bima, kekacauan hari ini adalah salah Lisa. Tetapi apakah Nico harus mencari penggantinya dan bertunangan dengan orang lain di tempat ini juga? Keluarga kita pun ikut malu."     

"Kamu datang ke sini bukan untuk meminta maaf, tetapi untuk menyalahkanku?" Bima mengatakannya dengan tenang, tetapi suaranya terdengar keras.     

"Kami datang untuk meminta maaf. Putriku memang bersalah. Aku telah gagal mendidiknya. Tetapi Nico juga memiliki wanita yang dicintainya sendiri dan bertunangan langsung. Kalau tidak, masalah ini tidak akan terjadi," kata ibu Lisa.     

"Apa salahnya kalau Nico mencari pengganti? Apakah ia harus dipermalukan di depan umum dengan kaburnya putrimu? Kalau memang tidak mau bertunangan, mengapa kalian harus mempermainkan kami seperti ini? Cucuku berdiri di atas panggung sendirian saat Lisa meninggalkannya begitu saja. Apakah kalian pikir itu tidak memalukan?" kata Bima dengan marah.     

Indah memandang kakak dan kakak iparnya dengan kesal. Mereka datang untuk meminta maaf dan menjelaskan semua ini agar hubungan kedua keluarga tidak menjadi buruk. Tetapi mengapa kakaknya dan kakak iparnya malah membahas pertunangan Nico?     

Kalau Lisa tidak melarikan diri, apakah Nico perlu mencari pengganti?     

"Bima, bukan seperti itu maksud kami. Sejak kecil memang terlalu dimanja dan semua ini kesalahan kami karena memaksanya untuk bertunangan dengan Nico. Kami ingin memiliki hubungan yang baik dengan Keluarga Atmajaya sehingga kami melupakan mengenai perasaan anak kami. Akhirnya Lisa membuat kesalahan yang besar pada hari pertunangan yang seharusnya membahagiakan ini. Hari ini, keluarga kami lah yang bersalah. Kami meminta maaf padamu," Indah sama sekali tidak membahas mengenai pertunangan Nico. Ia hanya mengatakan bahwa hari ini adalah kesalahannya dan ia tidak ingin hubungan keluarga mereka menjadi buruk.     

Ketika mendengar kata-kata Indah, kemarahan di dada Bima langsung berkurang. "Aku juga ingin memiliki hubungan yang baik dengan kalian. Tidak ada yang menyangka ini akan terjadi. Hari ini, aku juga merasa malu, tetapi yang sudah terjadi biarkanlah terjadi. Kalian juga harus mengerti."     

"Kami mengerti. Kami ingin mengucapkan selamat kepada kalian. Nico dan Tara sangat serasi," kata ibu Lisa dengan cepat. Kemudian, ia menyenggol kaki suaminya. Walaupun suaminya merasa enggan, akhirnya ia tetap mengucapkan selamat.     

"Walaupun keluarga kita tidak bisa bersatu, setidaknya kita masih bisa berteman. Lisa memang tidak bisa menjadi bagian dari keluarga kami. Tetapi dengan adanya Keara, mungkin kita semua bisa menjadi keluarga," kata Bima sambil tersenyum.     

Keara yang duduk di samping ibunya menundukkan kepala dengan senyum malu.     

Indah tersenyum dan berkata, "Aku senang mendengarnya. Kami berharap kejadian hari ini tidak mempengaruhi hubungan di antara keluarga kita. Nico dan Tara memiliki hubungan yang sangat manis. Ini ada sedikit hadiah dari kami untuk Tara. Aku harap kalian bisa menerimanya."     

Maria memandang ke arah Bima. Ia tidak tahu apakah pantas untuk menerima hadiah ini.     

"Terimalah," Bima mengangguk.     

"Sebagai ibu mertuanya, aku mewakili Tara untuk mengucapkan terima kasih pada kalian semua," Maria menerima kotak hadiah dari Indah.     

Anya menatap semua itu dalam diam. Kemudian ia berbisik kepada suaminya. "Aiden, mengapa Bibi Indah memberikan hadiah untuk Tara?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.