Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menggoda Suaminya Sendiri



Menggoda Suaminya Sendiri

"Aku tidak menyangka ternyata kamu bisa bersikap seperti ini," kata Raka sambil tertawa.     

"Anggur ini sangat enak," Anya hanya bisa meringis dengan malu mendengar tawa Raka.     

"Kita bisa membawanya pulang nanti. Kalau kamu mabuk, kita tidak akan bisa jalan-jalan besok," kata Aiden sambil mengisi air di gelas Anya. "Minum air yang banyak."     

"Baiklah," Anya merasa enggan melihat air putih di gelasnya, tetapi ia tetap menuruti apa kata suaminya.     

Anya merasa sangat bosan sehingga akhirnya tangannya bergerak untuk mengambil makanan lagi. Namun, setiap kali tangannya ingin meraih makanan, Aiden langsung menjauhkan piring makanan itu darinya.     

Aiden sama sekali tidak melihat ke arah Anya sehingga Raka berpikir Aiden tidak mengetahui bahwa Anya ingin mengambil makan.     

"Anya, apakah kamu ingin daging ini?" tanya Raka. Saat Raka memberikan piring berisi tusukan daging pada Anya, ia mendengar Aiden berkata, "Kamu sudah makan lima kebab, dua chicken wings, satu ikan panggang, dan dua jagung bakar. Kalau kamu makan lagi, perutmu bisa sakit."     

Anya menatap Aiden dengan tidak percaya. "Kamu sedang sibuk mengobrol dengan Raka. Bagaimana kamu bisa tahu apa saja yang aku makan?"     

"Kembalikan juga gelas anggurku yang kamu ambil," kata Aiden sambil memandang wajah istrinya.     

"Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan," kata Anya sambil mengalihkan pandangannya.     

Aiden hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghela napas. "Anya, kembalikan gelas anggurku. Aku akan memberimu satu tusuk kebab lagi."     

"Mengapa hanya satu? Aku masih bisa makan banyak …" gumam Anya sambil cemberut.     

Ia benar-benar bosan. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah makan. Kalau tidak ada makanan, ia benar-benar akan mati kebosanan!     

"Kalau kamu makan terlalu banyak, nanti perutmu sakit," Aiden mengambil gelas anggurnya dan meletakkan satu kebab di piring Anya.     

Raka hanya bisa melihat interaksi di antara Anya dan Aiden sambil tersenyum. Sebelumnya, melihat mereka berdua membuat ia merasa sakit hati dan sedih.     

Tetapi hari ini, Raka hanya merasakan kebahagiaan.     

Ia bisa melihat tidak ada kepura-puraan dari diri Anya saat bersama dengan Aiden. Anya tidak menjaga image-nya di hadapan Aiden dan menunjukkan dirinya yang sesungguhnya.     

Anya bahkan terlihat seperti anak kecil yang nakal, tetapi Aiden tetap sangat menyayanginya. Aiden selalu memikirkan mengenai Anya dan memperhatikan apa pun yang Anya lakukan.     

Melihat Anya sudah menikah dengan pria yang benar-benar mencintainya dan memiliki rumah untuk pulang, Raka ikut merasa bahagia.     

Ketika waktu menunjukkan pukul satu pagi, akhirnya mereka kembali ke kamar mereka masing-masing.     

Aiden mengambil inisiatif untuk membayar makan malam mereka hari ini dan meninggalkan tip yang besar untuk para pelayan, membuat semua orang di sana merasa sangat senang.     

Ketika mereka berjalan menuju ke kamar mereka, baru lah Anya merasa sedikit pusing. Kepalanya terasa melayang dan jalannya oleng.     

"Aiden, aku pusing," Anya bersandar di bahu Aiden dan memeluk pinggang Aiden erat-erat.     

Meskipun Raka juga berada di tempat tersebut, Aiden tidak ragu untuk menggendong tubuh Anya ke dalam pelukannya.     

Anya langsung menguburkan wajahnya di dada suaminya. Ia merasa hangat dan aman ketika mendengar detak jantung Aiden.     

"Di mana kamar kalian? Aku akan membantu kalian untuk membuka pintu," kata Raka.     

Aiden tidak menolak. Ia memberikan kunci kamar yang ada di kantongnya pada Raka.     

Setelah mengetahui nomor kamar Anya dan Aiden, Raka berjalan di hadapan mereka dan membantu mereka untuk membukakan pintu. Aiden langsung membaringkan Anya di tempat tidur.     

Sementara itu, Raka meletakkan kunci kamar Aiden dei atas meja TV dan berpamitan.     

Setelah mendengar suara pintu ditutup, Aiden mencubit hidung istri kecilnya dengan gemas.     

"Kamu semakin berani mencuri anggurku," Aiden mengatakannya dengan nada menegur, tetapi tatapannya penuh dengan sayang.     

"Aku pusing dan mual," Anya hanya bisa mengerutkan keningnya.     

Aiden langsung menelepon resepsionis hotel dan meminta obat untuk pencernaan. Tetapi Anya menolak untuk membuka mulutnya. Ia tidak mau minum obat …     

"Mengapa kamu menyuruhku makan lagi? Aku sudah mual," kata Anya dengan mata tertutup. Ia benar-benar mabuk sehingga tidak menyadari bahwa apa yang diberikan Aiden adalah obat.     

"Ini bukan makanan. Ini obat," kata Aiden.     

"Tidak mau, tidak mau," Anya yang mabuk bertingkah seperti anak kecil yang nakal. Ia meronta-ronta saat Aiden ingin memberinya obat.     

Aiden tidak punya pilihan lain selain memberikan obat itu kepada Anya melalui mulutnya. Tetapi siapa yang tahu begitu ia menyentuh bibir Anya, ia tidak bisa melepaskannya lagi.     

Malam itu, Anya benar-benar aktif, seperti anak kecil yang tidak bisa diam. Mereka tidak tidur hingga pagi dan menghabiskan waktu untuk bercinta.     

Malam panjang mereka habiskan dengan penuh keringat hingga alkohol di dalam tubuh Anya menguap sepenuhnya.     

Anya merasa sangat lelah dan akhirnya tertidur.     

…     

Ketika Anya terbangun, waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Anya tidak menemukan Aiden di kamar.     

Anya berusaha untuk bangkit berdiri, tetapi ia langsung merasa pinggang dan kakinya pegal.     

Ia menepuk kepalanya, berusaha untuk mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Ia ingat bahwa ia duluan yang mencium bibir Aiden dan terus menggoda suaminya semalaman!     

Tentu saja Aiden menerimanya dengan senang hati …     

"Astaga!" Anya hanya bisa menutupi wajahnya dengan malu. Apa yang sudah ia lakukan?     

Ia berinisiatif untuk mengajak Aiden bercinta. Terus menggodanya, meminta Aiden untuk terus 'mencintainya'.     

Alhasil, Aiden menuruti permintaan Anya sehingga menyebabkan pinggang sakit dan kakinya pegal sekarang. Anya sudah tidak punya tenaga untuk bangun lagi.     

Ini semua adalah ulahnya sendiri!     

Anya berjalan ke kamar mandi dan berendam air hangat, tetapi rasa pegal pinggangnya masih terasa. Anya hanya bisa menghela napas panjang dan menyesali perbuatannya.     

Sepertinya ia harus berhenti minum …     

Setelah selesai mandi, Anya kembali ke kamar dan menemukan ponselnya yang tergeletak di samping tempat tidur berdering. Tara yang meneleponnya.     

"Anya, apakah kamu di kamarmu? Aku di lobby hotel. Nico sedang pergi bersama dengan Raka. Aku datang untuk menemanimu!" kata Tara dengan bersemangat.     

"Aku di kamar," sepertinya Lisa menolak untuk pergi bersama dengan Nico sehingga akhirnya Tara datang.     

"Tunggu aku, aku akan ke kamarmu!" Tara menutup teleponnya. Ia bergegas meletakkan semua barang bawaannya di kamarnya dan kemudian pergi ke kamar Anya.     

Anya langsung mengganti pakaiannya dengan panik dan mengambil tasnya sebelum keluar dari kamar. Ia tidak mau bertemu dengan Tara di kamarnya!     

Namun, begitu ia membuka pintu kamarnya, Tara sudah berdiri di koridor.     

"Tara, ayo kita ke kamarmu saja. Kamarku masih sangat berantakan dan harus dibersihkan," Anya tidak membiarkan Tara masuk ke dalam. Kalau melihatnya, Tara pasti akan tahu apa yang telah terjadi di dalam.     

Kamarnya seperti baru saja diterpa angin topan!     

"Aku memahami apa yang kamu dan Aiden lakukan kemarin malam. Aku paham," Tara sengaja menggoda Anya dengan menepuk pinggangnya. "Aku akan membantu memijat pinggangmu."     

Wajah Anya memerah karena malu. Tetapi saat ini ia sedang berhadapan dengan Tara yang tidak tahu malu, sehingga Anya memutuskan untuk jujur. "Kamu datang tepat waktu. Semua tubuhku sakit dan aku sudah hampir mati sekarang …"     

Keluhan Anya hanya mendapatkan sambutan tawa dari Tara. Tara langsung merangkul pundak sahabatnya dan mengajaknya kembali ke kamarnya.     

Setelah tiba di kamar Tara, Tara langsung menginterogasi Anya mengenai apa yang terjadi kemarin malam.     

" …. Itu yang terjadi kemarin malam dan Aiden telah menyapuku hingga bersih," kata Anya sambil menundukkan kepalanya dengan malu.     

"Kamu yang berinisiatif ingin bercinta dengan Aiden semalam. Bagaimana rasanya bercinta di bawah pengaruh alkohol? Apakah rasanya lebih menggairahkan?" tanya Tara dengan tidak tahu malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.