Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menghilang



Menghilang

0Harris hanya menyaksikan semua itu dari kejauhan dan diam saja. Ia berada di sana untuk memastikan bahwa Natali tidak mati.     

Apa yang Natali rencanakan pada Anya, pada akhirnya, ia merasakan semuanya sendiri.     

Aiden sangat kejam. Ia menyuntikkan obat penambah gairah tersebut pada kedua pria itu, tetapi membiarkan Natali tetap sadar. Ia ingin Natali menyadari rencana jahat yang ia rancang untuk Anya.     

Suara tangisan dan teriakan Natali terdengar di ruang bawah tanah mall Atmajaya Group. Tetapi sayangnya, tempat itu terlalu jauh dan terpencil sehingga tidak ada yang mendengarnya.     

…     

Di kamar rawat inap rumah sakit, Deny terbangun dari tidurnya. "Natali …"     

"Suamiku, kamu sudah bangun. Apakah kamu lapar?" tanya Mona dengan lembut.     

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Deny hanya memandangnya dengan dingin.     

Ia tidak membiarkan Mona menghadiri pesta pertunangan Natali. Setelah pesta pertunangan itu berakhir, Deny langsung kembali ke rumah sakit.     

Mungkin karena ia terlalu lelah, dua hari terakhir ini, pikirannya terasa kacau. Ia bahkan bisa mendengar Natali menangis dan meminta bantuannya di dalam mimpi.     

"Dokter bilang kamu tidak nafsu makan. Aku khawatir jadi aku menginap di sini. Sekarang ayo makan lah sesuatu," Mona segera menuangkan bubur dari termos ke sebuah mangkuk.     

"Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu," kata Deny dengan dingin.     

"Suamiku … Apakah kamu masih marah soal video itu? Anya yang sengaja memprovokasiku. Aku begitu marah hingga salah bicara. Jangan menganggapnya serius."     

Deny hanya mendengus mendengar alasan yang tidak masuk akal itu. "Keluarga Tedjasukmana akan menjadi milikmu. Apakah kamu mengharapkan aku menutup mata dan tidak bangun lagi? Gagal ginjal bukanlah penyakit yang serius. Meski aku tidak bisa mendapatkan donor ginjal, dialisis masih bisa mempertahankan nyawaku hingga 20 tahun ke depan sekali pun. Rencanamu akan gagal!"     

"Suamiku, aku benar-benar marah karena ditipu Anya sehingga aku salah bicara. Aku mengatakannya dalam keadaan emosi. Aku benar-benar mencintaimu. Mana mungkin aku ingin kamu mati. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu?" Mona mulai menangis.     

"Pergilah dari sini. Aku tidak mau melihatmu. Air matamu tidak akan mengubah keputusanku," Deny menutup matanya dengan sedih. "Bagaimana keadaan Natali?"     

Mona terlihat malu dan berkata, "Aku masih berbicara dengannya tadi siang dari telepon. Irena sangat baik padanya. Tetapi Raka telah menghilang selama dua hari dan tidak bisa dihubungi."     

"Menghilang setelah bertunangan? Dasar kurang ajar," Deny mengerang dengan marah. "Sejak dulu aku tahu bahwa Raka tidak bisa melupakan Anya. Keluarga Mahendra bersedia untuk menerima Natali hanya karena mereka menginginkan tanahku. Natali akan menderita di keluarga itu."     

"Aku sudah berusaha menghibur Natali. Raka adalah anak baik dan kita juga melihatnya tumbuh besar. Ia adalah pria yang bertanggung jawab. Aku yakin Raka tidak akan memperlakukan Natali dengan buruk," kata Mona.     

"Aku harap juga begitu. Kamu harus lebih memperhatikan Natali. Raka menghilang selama dua hari, aku khawatir Natali akan diperlakukan dengan buruk di Keluarga Mahendra. Baru saja aku bermimpi Natali meminta tolong dan menangis memanggil namaku. Aku bertanya apa yang terjadi padanya, tetapi ia tidak bisa mengatakan apa pun. Aku begitu ketakutan hingga terbangun dengan penuh keringat," Deny menghela napas panjang.     

"Aku akan meneleponnya lagi nanti malam. Jangan khawatir. Semuanya baik-baik saja," Mona mengambil mangkuk bubur di atas meja. "Biar aku menyuapimu."     

Namun, Deny mengangkat tangannya dan menumpahkan bubur itu ke lantai. "Aku tidak berani makan makanan yang kamu bawa. Bagaimana kalau kamu meracuniku."     

"Suamiku … Sudah bertahun-tahun aku tinggal bersama denganmu. Apakah kamu tidak tahu bagaimana sifatku?"     

"Aku tidak tahu bagaimana sifatmu, aku tidak tahu bagaimana kamu sebenarnya. Ketika Diana hamil Anya, aku sudah bilang padamu jangan pernah menemuinya. Tetapi apa yang kamu lakukan? Kamu sengaja mendatanginya, membuat Anya lahir prematur dan Diana tidak bisa hamil lagi. Aku sudah bilang bahwa aku akan bertanggung jawab padamu dan anak di kandunganmu, tetapi kamu malah sengaja memaksaku untuk bercerai dengan Diana. Kalau bukan karena aku menginginkan, aku tidak akan pernah menikahimu."     

Mona terkejut. Ia tidak pernah menyangka bahwa Deny berpikir seperti ini.     

"Diana menolak untuk memberimu seorang putra. Apa salahnya kalau aku yang melahirkan putra untukmu?" kata Mona, membela dirinya.     

"Diana bukan menolak untuk memberiku putra. Tetapi semuanya karena kamu yang membuatnya shock saat kehamilan pertamanya. Hal itu membuatnya tidak bisa mengandung lagi. Apakah kamu pikir aku tidak tahu itu?" Deny meluapkan semua kemarahannya.     

Mona bangkit berdiri dari kursinya dan berkata dengan marah. "Deny, apakah kamu menyesal menceraikan Diana dan menikahiku? Pada saat bercerai, Diana ingin membawa Anya pergi. Kalau kamu setuju, tidak akan ada yang terjadi pada pernikahan kita. Tetapi kamu malah membiarkan Anya tinggal di rumah kita. Saat itu aku sedang hamil putramu, tetapi aku juga harus mengurus anak sialan itu. Semua ini salahmu!"     

"Diana terluka dan harus berobat ke luar negeri. Bagaimana ia bisa mengurus Anya pada saat seperti itu? Apakah kamu tidak punya hati? Kamu menganggap putrimu sebagai harta karunmu yang berharga, tetapi Anya juga putriku," kata Deny. "Apakah kamu pikir kamu jauh lebih baik dibandingkan Diana? Selama bertahun-tahun pernikahan kita, apa yang bisa aku banggakan darimu? Kamu hanya bisa menghabiskan uang. Sikapmu bahkan sama sekali tidak elegan sehingga membuatku malu setiap kali kita pergi acara."     

"Jadi apa maumu? Apakah kamu ingin menceraikan aku?" Mona menatap Deny dengan dingin.     

"Aku tidak ingin bersama dengan wanita yang mendambakan kematianku, wanita yang ingin menguasai seluruh hartaku. Demi Natali, aku tidak akan menceraikanmu. Tetapi aku tidak ingin kamu muncul di hadapanku lagi," setelah mengatakannya, Deny berteriak pada asistennya.     

Asisten Deny langsung bergegas masuk ke dalam kamar tersebut.     

"Tuan, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" tanya asisten tersebut dengan hormat.     

"Usir wanita ini dari kamar ini. Jangan biarkan ia masuk ke kamar ini lagi tanpa ijin," kata Deny.     

"Deny, aku adalah istrimu tetapi kamu malah mengusirmu. Jangan pikir aku tidak tahu bahwa kamu masih memikirkan mengenai Diana. Apakah kamu benar-benar melakukan ini kepadaku hanya karena wanita sialan itu? Hanya karena aku menjual resep parfumnya?" Mona berteriak histeris.     

"Aku tidak akan menceraikanmu dengan Natali. Tetapi kalau kamu berulah lagi, aku akan membuatmu menyesali semua perbuatanmu," Deny terlihat sangat kecewa pada Mona sehingga tidak bisa merasakan perasaan apa pun kepada istrinya itu.     

"Kamu …" Mona menggertakkan giginya dengan marah. Tetapi demi uang, ia tidak bersikap gegabah dan membuat masalah. "Suamiku, aku tahu kamu sedang marah. Aku akan kembali setelah kamu lebih tenang."     

Deny sama sekali tidak melihat Mona hingga Mona keluar dari ruangan itu sekali pun.     

Setelah Mona pergi, Deny baru bisa menghela napas panjang.     

'Jangan harap kamu bisa hidup dengan tenang,' batinnya.     

Perasaannya terhadap Mona seolah menguap, digantikan oleh kemarahan yang berkobar. Tetapi ia tetap mencintai putrinya, Natali.     

Saat memikirkan kembali mengenai mimpinya, ia memutuskan untuk menelepon Natali. Tetapi panggilan itu tidak terhubung. Ponsel Natali sedang mati.     

Ia tidak mempercayai Keluarga Mahendra, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain menanyakan keberadaan Natali pada mereka.     

Tidak disangka, ia menemukan bahwa Natali pergi tanpa berpamitan pada siapa pun dan menghilang begitu saja. Supir Keluarga Mahendra pun kebingungan mencarinya.     

Deny merasakan firasat buruk dan segera menelepon Anya. "Anya, ini ayah. Natali menghilang. Aku tidak bisa keluar dari rumah sakit. Bisakah kamu membantu ayah untuk mencarinya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.